Ketidakcermatan Pemakaian Kata Nonreferensial
3.2 Ketidakcermatan Pemakaian Kata Nonreferensial
Kata nonreferensial adalah kata yang artinya baru dapat diketahui secara pasti apabila kata tersebut sudah digabung dengan kata yang lain. Pada umum- nya kata-kata nonreferensial itu berupa konjungsi dan preposisi. Mengingat artinya belum begitu jelas, kata nonreferensial itu dipakai oleh mahasiswa cenderung mengalami ketidaktepatan. Untuk jelasnya ikutilah uraian berikut ini.
a) Konjungsi tetapi
Kata tetapi adalah kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yang agak bertentangan atau tidak selaras (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahsa, 1993:151). Kenyataan ini menunjukkan bahwa kata tetapi sering mengawali kalimat. Hal itu menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia. Untuk jelasnya perhatikan kata pada kalimat berikut.
(15) Pada praktikum kali ini, kita sudah mengetahui fase-fase stadium pembelahan sel mitosis. Tetapi masih terdapat kendala mengenai alat yang digunakan.
(16) Hal tersebut ternyata harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Tetapi masih disayangkan bahwa nilai ekspor jahe Indonesia masih sedikit.
Penggunaan kata tetapi pada kalimat (15) dan (16) itu kurang tepat. Hal itu disebabkan oleh kedudukan kata tetapi pada awal kalimat. Konjungsi tetapi itu hanya terdapat di dalam kalimat atau dengan kata lain sebagai konjungsi intrakalimat. Data pada kalimat (15) dan (16) ternyata kata tetapi
PROSIDING
(15a)Pada praktikum kali ini, kita sudah mengetahui fase-fase stadium pembelahan sel mitosis.
Namun,
Akan tetapi, masih terdapat kendala mengenai alat yang digunakan. (16a)Hal tersebut ternyata harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
dan kuantitasnya. Namun,
masih disayangkan bahwa nilai ekspor jahe Indonesia Akan tetapi, masih sedikit.
b) Konjungsi maka
Konjungsi maka, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, itu sebagai kata penghubung interkalimat untuk menyatakan hubungan akibat. Namun, di dalam pemakaiannya kata maka itu sering kali menyimpang dari kaidah yang ada. Untuk jelasnya, perhatikan data yang terdapat pada kalimat berikut.
(17) Benang-benang plasma yang membentuk spol dapat terjadi karena mengentalnya sitoplasma. Maka fase-fase pembelahannya tidak seperti fase-fase pembelahan mitosis yang normal.
(18) Kromosom-kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan yang jantan. Maka sepasang kromosom itu menjadi kromosom homolog yang sulit untuk diidentifikasi.
Kalimat (17) dan (18) merupakan data yang terdapat pemakaian konjungsi maka yang tidak tepat. Ketidaktepatan pemakaian konjungsi ada dua hal, yaitu konjungsi maka yang dipakai untuk mengawali sebuah kalimat dan konjungsi maka yang digunakan secara bersama-sama dengan konjungsi lain. Jika diamati kalimat (17) dan (18) di sana ditemukan kata maka mengawali sebuah kalimat. Padahal berdasarkan kaidah yang ada konjungsi maka tidak dapat mengawali sebuah kalimat. Oleh karena itu, cara pembetulannya adalah dengan cara menggabung dua buah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan megganti maka dengan konjungsi akibatnya dan sehingga. Untuk jelasnya, perhatikan kalimat (17a) dan (18a) berikut.
(17a)Benang-benang plasma yang membentuk spol dapat terjadi karena mengentalnya sitoplasma, akibatnya fase-fase pembelahannya itu tidak seperti fase-fase pembelahan mitosis yang normal.
PROSIDING
(18a)Kromosom-kromosom yang berasal dari induk betina bentuknya serupa dengan yang jantan, sehingga sepasang kromosom itu menjadi kromosom homolog yang sulit untuk diidentifikasi..
c) Konjungsi sedang/sedangkan
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata sedang/ sedangkan adalah konjungsi yang menyatakan makna sebaliknya yaitu ‘padahal, meskipun’, dan sebagainya. Oleh karena itu, konjungsi tersebut selalu ada di awal anak kalimat dalam kalimat majemuk setara. Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia, konjungsi sedang/sedangkan tidak dapat mengawali sebuah kalimat. Data yang ada justru konjungsi sedang/sedangkan berada di awal kalimat. Untuk jelasnya, perhatikan data pada kalimat berikut.
(19) Kubis ini diduga berasal dari Italia yang kemudian menyebar ke Prancis dan Jerman pada abad ke-l6. Sedangkan kubis tunas terben- tuk sekitar tahun 1750 di Belgia yang kemudian menyebar ke Inggris dan Prancis.
(20) Temperatur minimun adalah temperatur terendah di mana suatu biji dapat berkecambah kurang baik. Sedangkan temperatur optimun adalah temperatur di mana suatu biji dapat berkecambah sangat baik.
Pemakaian kata sedangkan pada kalimat (19) dan (20) tidak tepat. Hal itu disebabkan oleh adanya kesalahan posisi konjungsi sedangkan, kata peng- hubung untuk menandai ‘perlawanan’ yang mengawali sebuah kalimat. Berda- sarkan kaidah bahasa Indonesia, kata konjungsi tersebut sebagai penghubung intrakalimat dalam kalimat majemuk setara. Oleh karena itu, agar fungsi kon- jungsi sedangkan menjadi benar, kalimat (19) dan (20) harus diganti penghubung yang semakna sebagai kata penghubung intrakalimat kalimat majemuk setara yakni akan tetapi dan sebaliknya. Untuk jelasnya, perhatikan kalimat (19a) dan (20a) berikut.
(19a)Kubis ini diduga berasal dari Italia yang kemudian menyebar ke Prancis dan Jerman pada abad ke-l6. Akan tetapi, kubis tunas terben- tuk sekitar tahun 1750 di Belgia yang kemudian menyebar ke Inggris dan Prancis.
(20a)Temperatur minimum adalah temperatur terendah pada saat suatu biji dapat berkecambah kurang baik. Sebaliknya, temperatur opti- mum adalah temperatur pada saat suatu biji dapat berkecambah sangat baik.
PROSIDING