Pengayom Sastra Wayang dalam Koran dan Majalah di Yogyakarta
3.1 Pengayom Sastra Wayang dalam Koran dan Majalah di Yogyakarta
Pengayom sastra wayang di sini adalah pengayom pemerintah dan pengayom swasta. Adapun yang dimaksud pengayom adalah orang dan seba- gainya yang mengayomi (Sugono, 2008: 106). Menurut Laurenson dan Swingewood, pengayom bertugas membantu dan melindungi pengarang dalam proses menulis dan menghadirkan karyanya di hadapan pembaca. Me- nurut Ackoff dalam Tanaka, kehadiran pengayom dapat berupa apa saja yang ada di dalam lingkaran sistem sastra (Widati, 2000: 8).
3.1.1 Pengayom Pemerintah
Di sini sastra wayang diayomi oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam majalah Sempulur, alamat kantor redaksinya di
PROSIDING
Jalan Cendana 11, Yogyakarta 55122, telepon (0274) 562628, faksimile (0274) 564945. Kepala kantornya adalah Drs. GBPH. H. Yudaningrat, M.M.
3.1.2 Pengayom Swasta
Pengayom swasta dari koran Kedaulatan Rakyat adalah dr. Gun Nugroho Samawi dan para pemimpin redaksinya yang mengurusi sastra wayang, misal- nya pemimpin redaksi “Mekar Sari” adalah Bp. Sutopo Sugihartono. Pemimpin redaksi koran Merapi adalah Bp. Nurhadi. Pemimpin redaksi koran Minggu Pagi adalah Drs. Nisbi Sabakingkin. Pengayom dari sastra wayang di majalah Djaka Lodang adalah Drs. H. Abdullah Purwadarsono.
3.1.3 Kiprah Pengayom Pemerintah
Kiprah pengayom pemerintah di majalah Sempulur adalah sebagai berikut. Menurut pemimpin redaksi majalah Sempulur Dwiyanto Budiutama, S.S., majalah Sempulur dinaungi oleh pemerintah daerah, Daerah Istimewa Yogya- karta. Anggarannya dari Pemerintah. Pemimpin redaksi majalah Sempulur tidak boleh menerima dana dari sponsor di luar pemerintah. Siapa saja boleh menulis di rubrik-rubrik yang ada di majalah Sempulur. Tujuan pengayom sastra wayang di majalah Sempulur di Yogyakarta adalah sebagai berikut. Menurut pemimpin redaksi, sastra wayang telah mendarah daging dalam sanubari masyarakat Jawa. Kebanyakan orang Jawa selalu mengidolakan tokoh wayang. Oleh karena itu, di dalam majalah Sempulur terdapat rubrik sastra wayang. Perlu diketahui bahwa sastra wayang mempunyai nilai-nilai filosofi, yakni perilaku orang Jawa dituntun oleh sifat tokoh-tokoh wayang. Jadi, perilaku wayang itu dijadikan pedoman bagi orang Jawa.
Cerita wayang yang dimuat di majalah Sempulur bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Di samping menulis cerita wayang pengarang ada yang menjadi ahli karawitan dan wartawan. Sepanjang sejarahnya, majalah Sempulur belum pernah menerima tulisan cerita wayang yang dikarang oleh para dalang wayang purwa. Pengarang cerita wayang di majalah Sempulur belum ada yang mendapat penghargaan, tetapi mereka mendapat honorarium. Majalah Sempulur memunculkan rubrik sastra pewayangan karena bertujuan untuk melestarikan wayang, untuk membentuk budi pekerti luhur masyarakat, dan untuk nguri-uri atau melestarikan kebudayaan wayang. Nama rubrik cerita wayang di majalah Sempulur adalah “Cempala” dan “Pakeliran”.
Yang menentukan ilustrasi dalam cerita wayang adalah ilustrator yang bekerja di redaksi majalah Sempulur. Di samping itu, ada juga pengarang cerita wayang yang mengirimkan ilustrasinya dan menentukan cerita wayang itu berbentuk cerita pendek berbahasa Jawa adalah tim redaksi. Cerita wayang bersifat sekali muat selesai, disebut sebagai cerita carangan. Jumlah kolom cerita wayang yang ditulis di majalah Sempulur sebanyak dua sampai tiga
PROSIDING
3.1.4 Kiprah Pengayom Swasta
Kiprah pengayom swasta yang mengayomi sastra wayang dalam majalah dan koran di Yogyakarta, antara lain terdapat di majalah Djaka Lodang, “Mekar Sari ” (di dalam koran Kedaulatan Rakyat), koran Merapi, dan koran Minggu Pagi.
(1) Kiprah Pengayom di Majalah Djaka Lodang Menurut pemimpin redaksi, Drs. H. Abdullah Purwodarsono, cerita wa- yang di majalah Djaka Lodang muncul sejak tahun 1971. Kepengayoman sastra wayang berupa pemberian rubrik, honorarium (diambilkan dari iklan dan hasil penjualan majalah Djaka Lodang di masyarakat). Rubrik cerita wayang adalah “Padhalangan”. Pengayom sastra wayang bertujuan untuk menghibur, untuk melestarikan wayang, dan untuk menambahkan rasa cinta kepada cerita wayang.
Jenis cerita wayang yang terdapat di dalam majalah Djaka Lodang adalah wayang purwa yang berbahasa Jawa karena untuk nguri-uri ’melestarikan’ sastra Jawa. Dahulu, majalah Djaka Lodang pernah memuat cerita wayang golek, namun timbul kendala karena penulisnya langka sehingga kehabisan bahan. Untuk itu, pemimpin redaksi menghubungi para pengarangnya untuk mencari naskah cerita wayang. Dahulu majalah Djaka Lodang sering berhubungan dengan Senawangi dan Pepadi. Pada waktu itu Bp. Pandam Guritna, ketua Senawangi, sering menulis di majalah Djaka Lodang. Majalah Djaka Lodang beredar di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jakarta, Banjar- masin, Medan dan sebagainya.
(2) Kiprah Pengayom “Mekar Sari” di dalam Koran Kedaulatan Rakyat Menurut Sutopo Sugihartono, pemimpin redaksi di “Mekar Sari” dalam koran Kedaulatan Rakyat, dahulu Mekar Sari berdiri sendiri sebagai majalah Jawa. Akan tetapi, sejak tanggal 1 Maret 2004 “Mekar Sari” merupakan rubrik besar yang menempel di koran Kedaulatan Rakyat. Sutopo Sugihartono sebagai pemimpin redaksi memberi perlindungan (dimuat atau tidaknya) karya tulis yang masuk. Dana penerbitan diperoleh dari iklan dan penjualan koran. Tuju- an pengayom sastra wayang adalah untuk menghibur pembaca, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan Jawa (dalam hal ini adalah seni pewayang- an), membentuk budi pekerti luhur, menyampaikan pesan pemerintah. Jenis- jenis sastra wayang dalam “Mekar Sari” adalah wayang purwa yang berda- sarkan Mahabarata dan Ramayana. Hal itu ditulis karena masyarakat lebih se- nang pada wayang purwa. Dulu “Mekar Sari” pernah memuat cerita wayang golek. “Mekar Sari” dalam koran Kedaulatan Rakyat formatnya sangat terbatas,
PROSIDING PROSIDING
(3) Kiprah Pengayom Koran Merapi Menurut Nurhadi, pemimpin redaksi koran Merapi, naskah cerita wayang yang dimuat adalah cerita tentang Pandawa dan Panakawannya. Naskah berasal dari luar kantor koran Merapi. Naskah tersebut diserahkan ke redaktur lalu diseleksi. Kalau memenuhi syarat, naskah dimuat. Dana untuk memberi honorarium berasal dari perusahaan dan iklan. Pada umumnya cerita wayang di koran Merapi dimuat secara bersambung. Pengarang dan ilustrator menye- rahkan bahan jadi, berupa gambar dan cerita. Kalau bahan jadi layak muat, lalu dimuat. Pemberian rubrik merupakan kebijakan sejak awal.
Cerita wayangnya berupa cerita bergambar. Cerita bergambar berfungsi untuk mengendorkan urat syaraf, untuk menghibur, untuk mendidik, dan untuk memberi tambahan ilmu pengetahuan tentang wayang. Rubriknya ber- nama “Stelkendho” berupa cerita bergambar dan berbahasa Indonesia. Tujuan pengayom sastra wayang di koran Merapi adalah untuk menghibur, untuk mendidik, dan untuk mengendorkan urat syaraf. Jenis sastra wayang yang terdapat di koran Merapi adalah Mahabarata, berbahasa Indonesia, tetapi tetap menghargai bahasa Jawa. Hal tersebut berdasarkan keadaan yaitu tidak semua orang memahami bahasa Jawa. Jalan tengahnya adalah menggunakan bahasa Indonesia dengan disisipi bahasa Jawa. Tujuannya adalah tetap nguri-uri ’me- lestarikan’ kebudayaan Jawa, sedangkan tujuan menggunakan bahasa Indonesia, yaitu untuk mengembangkan cerita wayang ke kancah nasional.
(4) Kiprah Pengayom Koran Minggu Pagi Menurut Drs. Nisbi Sabakingkin, pemimpin redaksi koran Minggu Pagi mulai memuat cerita wayang pada tahun 1960. Perlu diketahui bahwa koran tersebut pertama kali terbit pada tahun 1947. Penulis cerita wayang berasal dari luar pegawai koran Minggu Pagi. Fungsi pengayom adalah memberi rubrik atau kolom, mengenai honorarium ditentukan oleh tim. Dana penerbitan di- peroleh dari perusahaan, penjualan koran, iklan, sponsor, dan dari dana- dana yang tidak mengikat. Perusahaan yang menerbitkan bernama PT. Ambeg Paramarta. Selain itu, kiprah pengayom dalam menerbitkan cerita wayang bertujuan untuk mengacu cerita pakem dan cerita carangan yang diselaraskan dengan keadaan sekarang. Cerita wayang tersebut berdasarkan pada cerita dalam epos Mahabarata dan Ramayana. Nama rubriknya adalah “Bukan Wayang Koclok”, rubrik itu mempunyai arti wayang purwa baku yang di dalamnya terdapat plesetan-plesetan yang bertujuan untuk variasi atau penyegar imajinasi.
PROSIDING