Wujud Formal Struktur Beku Dilihat dari Sudut Pandang Deiksis

3.2 Wujud Formal Struktur Beku Dilihat dari Sudut Pandang Deiksis

Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan, Cooper dan Ross telah membagi struktur beku atau freezes ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kendala fonologis dan semantisnya. Beberapa di antaranya telah dikemukakan oleh Wijana. Dalam pembicaraan struktur beku ini, dibatasi pada sudut pandang deiksis saja, utamanya struktur beku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

3.2.1 Deiksis Persona

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Cooper dan Ross (1975) dan Wijana (2010), struktur beku (freezes) bila dipandang deiksis persona dapat diuraikan sebagai berikut.

Kaidah 1 : Close to me- far from me

Kaidah I mempunyai pengertian bahwa leksem yang bertitik labuh pada atau berdekatan dengan persona pertama didahulukan urutan penyebutannya. Jadi yang dimaksud dengan deiksis persona di sini adalah pronomina menjadi titik labuh, misalnya, pronomina pertama me ’saya’ dan pronomina kedua, you ‘kamu’. Dalam hal ini, pronomina pertama me ‘saya’ diartikan ‘sesuatu yang lebih dekat’, dan pronomina kedua you ‘ sesuatu yang lebih jauh’.

Bila dikaitkan dengan pendapat Wijana tentang penyebab kebekuan kata majemuk (2) adalah faktor ikonik, contoh berikut merupakan contoh penerapan kaidah pertama. Misalnya:

(9) yang ini yang itu (10) begini begitu (11) ini itu (12) di sini di situ Pada contoh (9)—(12) di atas, leksem pertama terlihat lebih dekat dari

jarak titik labuh dipandang dari pronomina ‘saya’ dibandingkan leksem kedua. Leksem kedua terlihat jaraknya lebih jauh dari jarak titik labuh pro- nomina saya. Leksem yang ini, begini, ini, dan di sini terasa lebih dekat ke titik labuh pronomina saya dibandingkan dengan leksem yang itu, begitu, itu dan di situ.

Kasus pola urutan struktur beku close to me-far from me dalam bahasa Indonesia ini juga dapat ditemukan dalam bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa seperti tampak pada contoh-contoh berikut ini.

(13) sing iki apa kuwi ‘yang ini yang itu’ (14) mangkene mangkono ‘begini begitu’ (15) kaya ngene kaya ngono ‘seperti ini seperti itu’

PROSIDING

Kaidah II : Other first

Selain kaidah close to me-far from me, ditemukan pula pola urutan kata struktur beku other first atau ‘yang jauh didahulukan’. Artinya sesuatu yang jauh dari titik labuh atau penutur didahulukan dibandingkan yang lebih dekat far from me, close to me.

Bahasa Indonesia (16) ke sana ke mari (17) luar dalam (18) di sana sini Pada contoh (16) — (18) leksem pertama berupa frase depan ke sana, luar,

dan frase di sana. Ketiga leksem tersebut terletak lebih jauh dari titik labuh pronomina persona me ‘saya’ dibandingkan dengan leksem kedua, yakni frase ke mari , dalam, dan sini.

Kondisi yang mirip juga tampak pada struktur beku dalam bahasa Jawa, seperti berikut ini. (19) mrana mrene ‘ke sana sini’ (20) njaba njero ‘ luar dalam’ (21) ing kana kene ‘di sana sini’

3.2.2 Deiksis Waktu (Temporal)

Kaidah yang kedua adalah kaidah berdasarkan temporal. Dalam struktur beku, temporal diwujudkan dengan kronologis waktu penyebutan. Kaidah ini disebut juga kaidah pemetaan kronologis. Artinya, leksem pertama lebih dulu terjadi daripada leksem kedua. Leksem kedua mengikuti leksem pertama. Seperti pada kaidah yang pertama, kaidah berdasarkan deiksis temporal ini juga ditemukan dalam bentuk (a) kaidah pemetaan kronologis dan (b) kaidah pemetaan nonkronologis (kronologi terbalik). Berdasarkan pendapat Wijana, kaidah ini disebut sebagai faktor ikonik penyebab kebekuan kata majemuk.

3.2.2.1 Kaidah Pemetaan Kronologis

Kaidah urutan kata pada struktur beku berdasarkan pemetaan kronologis atau urutan kejadian dapat ditemukan pada struktur beku (freezes) yang berasal dari paduan leksem verba.

(22) jatuh bangun (23) hidup mati (24) petik jual (25) tabrak lari (26) tanya jawab Dari sudut pandang semantis, leksem jatuh, hidup, petik, tabrak, dan tanya

merupakan leksem verba perbuatan yang terjadi mendahului leksem bangun, terima, jemput, mati, jual, lari dan jawab. Dikatakan ‘bangun’ karena posisi sebe- lumnya terjatuh atau lebih rendah’, ‘terima karena ada sesuatu yang diserahkan’, ‘jemput karena sebelumnya ada yang diantar,’mati karena sesuatu ada yang

PROSIDING PROSIDING

Bila leksem-leksem tersebut dipindahposisikan, pasangan leksem verba tersebut tidak berterima. Dalam bahasa Jawa dapat kita temukan struktur beku dengan pola urutan sesuai kaidah pemetaan kronologis seperti pada contoh berikut ini. (27) niba tangi ‘jatuh bangun’ (28) bukak tutup ‘buka tutup’ (29) munggah mudhun ‘naik turun’ (30) nom tuwo ‘muda tua’ (31) mlebu metu ‘masuk keluar’ (32) maca nulis ‘baca tulis’ Penyebutan struktur beku mengikuti kaidah pemetaan kronologis seperti

pada contoh (27)—(32) di atas, juga ditemukan urutan penyebutan struktur beku yang menggunakan kaidah pemetaan kronologis terbalik. Artinya, lek- sem di sebelah kiri lebih dahulu terjadi daripada leksem di sebelah kanan. Jika leksem itu dibalik, maknanya menjadi tidak berterima. Dalam bahasa Indonesia, paduan leksem struktur beku dengan kaidah pemetaan kronologis ini banyak ditemukan.

3.2.2.2 Kaidah Pemetaan Nonkronologis (Kronologi Terbalik)

Selain itu, penyebutan struktur beku yang tidak sesuai dengan urutan penyebutannya juga ditemukan. Hal ini berarti bahwa urutan kata dalam struktur beku tidak ada hubungannya dengan tipologi bahasa. Kaidah tersebut dinamakan kaidah pemetaan kronologis terbalik.

(33) pulang pergi (34) keluar masuk (35) tua muda (36) timbul tenggelam Struktur beku dengan urutan kronologis terbalik seperti ini juga ditemukan dalam bahasa Jawa.

Dalam bahasa Jawa, kita mengenal struktur beku seperti ini (37) teka lunga ’datang pergi’ (38) mati urip ‘mati hidup’ (39) mumbul mingslep ‘timbul tenggelam’

3.2.3 Deiksis Tempat (Lokasional)

Kaidah struktur beku yang ketiga berhubungan dengan deiksis tempat atau lokasi yang terkait dengan tempat pembicaraan saat tuturan diucapkan. Kaidah tersebut adalah kaidah pemusatan

Dalam kaidah ini, titik labuh berada pada titik pusat atau sentral dari kedua leksem. Jadi, leksem pertama tidak lebih dekat atau lebih jauh dari leksem kedua dari pembicara. Selain itu, baik leksem pertama maupun kedua bersifat relatif. Artinya, penyebutan leksem pertama akan sama, tetapi bisa

PROSIDING

(40) atas bawah (41) kiri kanan (42) muka belakang (43) maju mundur Leksem atas –bawah, kiri-kanan , muka belakang, dan maju mundur merupakan

pasangan leksem lokasi yang bersifat relatif. Kerelatifannya terletak pada posisi mitra bicara yang sama dan sehadap dengan pembicara. Jika tidak sama dan sehadap, arah yang ditunjuk oleh pasangan leksem tersebut tentu akan merujuk ke lokasi yang berbeda.

(44) utara selatan (45) timur barat

Sementara untuk pasangan leksem utara-selatan, dan timur- barat akan selalu sama bagi setiap orang karena merujuk pada arah mata angin, dan oleh karena itu bersifat tetap jika dilihat dari titik labuh penutur. Leksem utara– selatan, timur-barat memenuhi kaidah pemencaran

Dalam bahasa Jawa, dapat kita temukan struktur beku yang mirip dengan bahasa Indonesia. Untuk penyebutan urutan leksem atas–bawah, bahasa Jawa memiliki urutan yang terbalik dengan bahasa Indonesia. Untuk itu, perhatikan contoh berikut.

(46) ngisor ndhuwur ‘bawah atas’ (47) kiwa tengen ‘kiri kanan’ (48) ngarep mburi ‘muka belakang’ (49) ngalor ngidul ‘ke utara ke selatan’ (50) ngetan ngulon ‘’ke timur ke barat’

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62