Tembang Dolanan “Tak Lélo-Lélo Ledhung”
6.4. Tembang Dolanan “Tak Lélo-Lélo Ledhung”
Tak Lélo-Lélo Ledhung Cup menengo aja pijer nangis anakku sing ayu/bagus rupané nèk nangis ndak ilang ayuné/baguse tak gadang bisa urip mulya dadiyo wanita/priyo kang utama ngluhurké asmané wong tua dadiyo pendekaring bangsa cup menengo anakku cah ayu/bagus
PROSIDING
tak lélo lélo lélo ledhung cup menenga anakku cah ayu/bagus tak emban nganggo bathik kawung yèn nangis mundhak gawé bingung
tak lélo lélo lélo ledhung srengéngé nyunar kanthi mulya anginé midid klawan rena manuké ngocèh ono ing wit-witan kéwane nyegrut ono ing pasuketan kabèh padha muji Allah kang mulya kabèh padha muji Allah kang mulya
Syair tembang dolanan yang berjudul ‘Tak Lélo Lélo Lédhung’ tersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah:
Tak Lélo-Lélo Ledhung
Diamlah jangan selalu nangis Kalau nangis nanti hilang ayune/baguse Tak gadang dapat hidup mulia Jadilah wanita atau pria yang utama Memuliakan namanya orang tua Jadilah pendekarnya bangsa
Diamlah anakku yang cantik atau yang bagus Itu rembulannya terbit seperti kepala butho atau raksasa yang menakutkan lagi mencari anak nangis
Tak Lélo-Lélo Ledhung Diamlah anakku yang cantik atau manis Tak gendong pakai batik kawung Kalau menangis membuat bingung
Tak Lélo-Lélo Ledhung matahari menerangi dengan mulia anginnya semilir dengan senang burungnya bersiul di pohon-pohon hewannya makan rumput di rerumputan semua sama memuji Allah yang mulia semua sama memuji Allah yang mulia
Tembang dolanan Tak Lélo-Lélo Ledhung adalah sejenis lagu yang dibuat untuk meninabobokan anak biar tidur dan tidak menangis. Terbukti dengan
PROSIDING PROSIDING
6.4.1 Nilai Kasih Sayang
Dalam budaya Jawa tembang yang berjudul Tak Lélo-Lélo Ledhung Ledhung itu sangat akrab sekali dinyanyikankan orang tua kepada anaknya untuk menunjukkan betapa sangat sayang dan cintanya orang tua terhadap anaknya. Lagu tersebut menunjukkan keeratan orang tua terhadap anaknya seperti dalam syair berikut.
Tak Lélo-Lélo Ledhung Diamlah jangan selalu nangis Kalau nangis nanti hilang ayune/baguse Tak gadang dapat hidup mulya Jadilah wanita atau pria yang utama Memuliakan namanya orang tua Jadilah pendekarnya bangsa
Di samping nilai kasih sayang, dengan dinyanyikan tembang Tak Lélo- Lélo Ledhung menandakan betapa eratnya hubungan seorang anak dengan
orang tuanya. Orang tua jaman dulu lebih mengutamakan anak dari pada karir. Ibu-ibu zaman dulu lebih mengutamakan mengurus rumah tangga khu- susnya memelihara anak dari bayi hingga dewasa. Lain dengan ibu- ibu di zaman modern lebih mengutamakan karir daripada mengurus anak. Terbukti anak-anak sekarang lebih banyak tinggal samapembantu daripada sama orang tuanya. Ibu- ibu di jaman modern ini mungkin tidak kenal dengan syair tem- bang dolanan Tak Lélo-Lélo Ledhung, apalagi menyanyikannya lebih tidak bisa. Anak- anak sekarang ini mengenal lagu tembang dolanan hanya lewat guru di sekolahan, itu saja bila guru keseniaannya mengajarkan bila tidak ya anak tidak akan tahu. Tapi lain dengan ibu yang terlahir di desa kemungkinan besar masih bisa menyanyikan tembang dolanan Tak Lélo-Lélo Ledhung.
Di dalam syair itu, juga terdapat harapan orang tua terhadap masa depan anaknya. Harapan orang tua biar anak-anaknya nanti dapat hidup mulia, jadi wanita atau pria yang baik dan dapat menjadi pahlawan bangsa yang bisa mengharumkan nama orang tua.
6.4.2 Nilai Religius
Menurut Atmosuwito yang termasuk dalam kriteria-kriteria religius da- lam karya sastra adalah penyerahan diri, tnduk, dan taat kepada Tuhan; kehi- dupan yang penuh kemuliaan; perasaan batin yang ada hubungannya dengan
PROSIDING
Tuhan; perasan batin yang ada hubungannya dengan rasa berdusa; perasaan batin yang ada hubungannya dengan rasa takut; dan pengakuan akan kebe- saran Tuhan. Larik dalam tembang dolanan ini menggambarkan adanya pe- ngakuan akan kebesaran Tuhan yaitu Allah sebagai sang pencipta alam semesta ini telah memberikan anugerah kepada ciptannya. Matahari adalah ciptaan Allah yang diperuntukkan bagi manusia buat penerangan pada siang, tanpa matahari dunia serasa gelap gulita seperti pada syair srengenge nyunar kanthi mulya .
Kebesaran sang pencipta juga tercermin dalam larik berikutnya yaitu Tuhan menciptakan angin untuk memberikan kesejukan pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan di alam semesta ini. Dengan diciptakannya tumbuh- tumbuhan tersebut hewan-hewan dapat makan rumput dan daun- daun dari tumbuh-tumbuhan itu, seperti pada syair berikut.
tak lélo lélo lélo lédhung srengéngé nyunar kanthi mulya anginémidid klawan rena manuké ngocèh ono ing wit-witan kewané nyegrut ono ing pasuketan kabèh padha muji Allah kang mulya kabèh padha muji Allah kang mulya