1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum 2013 menekankan keseimbangan antara kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi sikap berhubungan dengan
penanaman karakter pada peserta didik, terdapat dua sikap penting yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan
dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Kedua adalah sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi pengetahuan berhubungan dengan kemampuan siswa
memahami materi pelajaran, menjawab pertanyaan, dan kritis terhadap materi yang disampaikan guru. Sedangkan kompetensi keterampilan merupakan
penerapan dari pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Kompetensi keterampilan bisa berupa praktik misalnya praktik menulis dan berbicara. Ketiga kompetensi
tersebut harus dikuasai siswa agar menjadi peserta didik yang menguasai soft skill dan hard skill.
Pada kurikulum 2013 untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP yang berbasis teks, ada beberapa jenis teks yang diajarkan yaitu teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek. Cerita
pendek adalah satu-satunya teks sastra yang diajarkan pada tingkat SMP. Pemilihan cerita pendek sebagai salah satu jenis teks sastra yang diajarkan dalam
kurikulum 2013 cukup tepat karena dibandingkan dengan jenis prosa yang lain misalnya novel, cerita pendek memiliki bentuk yang paling pendeksingkat
sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami dan menyusunnya. Pembelajaran menyusun teks cerita pendek membutuhkan waktu yang
cukup agar peserta didik benar-benar paham dengan materi yang disampaikan. Pembelajaran menyusun teks cerita pendek meliputi memahami hakikat cerita
pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita pendek, dan menulis atau menyusun teks cerita pendek.
Berdasarkan kurikulum 2013 pada kelas VII semester II kompetensi menyusun teks cerita pendek, terdapat pada KD 4.2 yaitu menyusun teks hasil
observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek berdasarkan berdasarkan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun
tertulis. Pada hakikatnya pembelajaran menyusun teks cerita pendek pada kurikulum 2013 sama dengan kurikulum sebelumya. Peserta didik harus
memahami hakikat cerita pendek, bentuk teks cerita pendek, struktur teks cerita pendek, dan pada akhirnya menyusun teks cerita pendek.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VII SMP N 1 Wonosobo, terdapat beberapa faktor yang membuat siswa
kesulitan dalam menguasai keterampilan menyusn cerita pendek. Dari beberapa masalah yang ditemukan, peneliti fokus pada kesulitan yang dihadapi peserta
didik dalam menguasai keterampilan menyusun teks cerpen. Peneliti memberikan
solusi untuk menggunakan strategi Think-Talk-Write TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual sebagai upaya peningkatan
keterampilan menyusun teks cerita pendek untuk siswa kelas VII A SMP N 1 Wonosobo.
Solusi yang diberikan diharapkan dapat menyelesaikan kesulitan siswa dalam mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, dan pengalamannya
dalam bentuk tulisan untuk dikembangkan menjadi teks cerita pendek. Penggunaan strategi TTW yang dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita
dan media audiovisual membantu siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Siswa tidak akan merasakan kesulitan lagi
dalam mengungkapkan ide dan gagasannya karena siswa tinggal meneruskan cerita pada film animasi yang telah ditayangkan. Dalam meneruskan cerita, siswa
diberikan kebebasan untuk mengembangkan idenya sesuai kreatifitas yang dimiliki.
Penerapan solusi yang ditawarkan oleh peneliti tentunya disesuaikan dengan penerapan kurikulum 2013 yang berbasis teks. Dalam pembelajaran yang
dilaksanakan terdapat tahapan pembelajaran berbasis teks yaitu 1 tahap pembangunan konteks 2 pemodelan teks, 3 kerja sama membangun teks, 3
kerja mandiri menciptakan teks yang sesuai model. Strategi Think-Talk-Write TTW adalah strategi yang memfasilitasi
latihan berbahasa secara lisan dan menyusun bahasa tersebut dengan lancar Huda 2013:218. Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada
dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Sesuai dengan
namanya, strategi
ini mempunyai
urutan think
berpikir, talk
berbicaraberdiskusi, dan write menulis. Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan.
Strategi yang digunakan dikombinasikan dengan teknik meneruskan cerita dan media audiovisual. Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang
akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis kreatif. Menurut Rahmanto 1988:116 teknik meneruskan
cerita merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra yaitu dengan menambahkan episode khayal. Teknik meneruskan cerita bertujuan
agar siswa dapat meneruskan cerita yang sudah ada sesuai dengan daya imanijasi yang dimiliki. Tulisan yang dihasilkan siswa harus sesuai dengan cerita yang telah
ada sebelumnya, namun pada bagian akhir berbeda bergantung pada kreativitas siswa untuk mengakhirinya.
Salah satu cara yang baik untuk memperkenalkan teknik ini adalah dengan memberikan bahan rangsangan berupa pemutaran film yang dihilangkan bagian
akhirnya. Pemilihan film sebagai bahan rangsangan harus disesuaikan dengan peserta didik. Salah satu film yang sesuai dengan peserta didik kelas VII adalah
film animasi, dalam film animasi biasanya disisipkan pesan-pesan yang ingin disampikan kepada penonton. Selain itu film animasi juga dapat menarik peserta
didik untuk mengikuti pembelajaran dan menghilangkan kejenuhan. Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti memilih judul
“Peningkatan Keterampilan Menyusun Teks Cerpen dengan Strategi Think-Talk-
Write TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas VII A SMP N 1 Wonosobo
”
1.2 Identifikasi Masalah