Gaya Bahasa Penerapan Strategi Think-Talk-Write TTW dan Teknik Meneruskan

strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Dalam sebuah cerpen pengarang bisa terlibat langsung atau tidak terlibat dalam cerita. Jika pengarang ingin terlibat dalam cerpen yang ditulisnya akan lebih baik jika penulisannya bukan hanya merupakan ungkapan hati atau keresahan hati pengarang tanpa adanya konflik yang menarik. Pembaca tentu tidak akan suka dengan cerpen yang tanpa konflik. Dari definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah penempatan posisi pengarang dalam cerita. Pengarang bisa terlibat dalam cerita maupun tidak terlibat dalam cerita.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang dimaksudkan di sini adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa, tingkah laku berbahasa ini merupakan sarana sastra yang amat penting Baribin 1985:64. Menurut Kusmayadi 2010:27 gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah, pengolahan bahasa harus didukung oleh pemilihan kata diksi yang tepat. Aminuddin 2009:72 mengemukakan gaya bahasa mengandung pengertian cara seorang pengarang menyampaiakan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Dalam menulis cerpen gaya bahasa akan membuat ciri khas tersendiri bagi pengarangnya. Buatlah gaya penulisan tersendiri dalam menulis cerpen agar penulis mempunyai ciri tersendiri bagi karya-karya yang dibuatnya. Jadi gaya bahasa adalah cara pengarang menyampaikan gagasannya melalui bahasa yang digunakan. Gaya bahasa yang digunakan pengarang satu dengan yang lainnya berbeda, karena setiap pengarang mempunyai gaya bahasa yang khas.

g. Amanat

Amanat cerpen adalah pesan moral pengarang cerpen yang ingin disampaikan kepada pembacanya agar di akhir cerita itu pembaca dapat memetik hikmah di balik peristiwa itu Sukirno 2010:90. Kosasih 2012: 40 menyebutkan bahwa amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Nurgiyantoro 2009:320 amanat atau moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Dalam menulis sebuah cerpen tentunya pengarang ingin menyampaikan pesan kepada pembacanya. Sebuah cerpen yang baik tentunya harus mengandung ajaran-ajaran moral yang baik yang dapat dipelajari oleh pembacanya. Pesan yang akan disampaikan bisa secara langsung, misalnya melalui dialog antartokoh dalam cerita. Bisa juga disampaikan secara tidak langsung, pembaca harus lebih jeli untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan pengarang. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang ditulisnya. Pesan tersebut dapat disampaikan secara implisit langsung dan eksplisit tidak langsung.

2.2.2 Hakikat Teks Cerita Pendek

2.2.2.1 Pengertian Teks Cerita Pendek

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis teks, artinya pembelajaran yang menjadikan teks sebagai dasar. Berbagai macam teks digunakan sebagai dasar pembelajaran dalam kurikulum 2013, baik teks sastra maupun nonsastra. Teks cerpen merupakan salah satu teks yang diajarkan dalam kurikulum 2013 dan harus dikuasai siswa. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Mahsun dalam Sufanti 2013:38 mengungkapkan bahwa teks itu ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya ada situasi dan konteksnya. Sedangkan Maryanto dalam Sufanti 2013:38 juga menyatakan bahwa yang dimaksud teks dalam kurikulum 2013 berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal seperti gambar. Hartoko dan Rahmanto dalam Sufanti 2013:38 mendefinisikan teks sebagai urutan teratur sejumlah kalimat yang dihasilkan dan atau ditafsirkan sebagai suatu keseluruhan yang kait mengait. Kim dan Gilman dalam Sufanti 2013:38 juga membedakan teks dengan istilah visual teks dan spoken teks, pengertian ini mendukung pendapat bahwa teks dapat terdiri atas teks tulis dan teks lisan. Dari beberapa definisi teks di atas dapat disimpulkan bahwa teks cerpen merupakan karya sastra yang berasal dari ungkapan pikiran seseorang berbentuk prosa, berisi cerita mengenai seorang tokoh dan peristiwa yang dialaminya, konflikya sederhana, memiliki kesan tunggal, dan bisa disampaikan secara lisan maupun tulisan.

2.2.2.2 Struktur Teks Cerita Pendek

Secara sederhana struktur teks cerita pendek terdiri atas tiga bagian yaitu orientasi, bagian awal yang berisi pengenalan tokoh, latar tempat dan waktu, dan awalan masuk ke tahap berikutnya Kemendikbud:2013. Kedua komplikasi, pada bagian ini tokoh utama berhadapan dengan masalah problem. Bagian ini merupakan bagian inti dari teks, masalah harus ada. Jika tidak ada masalah harus diciptakan. Dalam komplikasi disajikan berbagai peristiwa yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya Kemendikbud:2013. Bagian terakhir yaitu resolusi, bagian ini merupakan kelanjutan dari komplikasi yaitu pemecahan masalah. Masalah harus diselesaikan dengan cara yang kreatif Kemendikbud:2013. Struktur teks cerpen dapat dilihat dalam bagan berikut : Struktur Teks Cerita Pendek Orientasi Komplikasi Resolusi Bagan 1 Struktur Teks Cerpen Sumber : Kemendikbud 2013 Menurut Gerot dan Wignell 1994:204 struktur teks cerita pendek terdiri atas 1 Orientasi, kumpulan adegan, tempat kejadian, dan pengenalan pelaku dalam cerita, 2 Komplikasi, peningkatan permasalahan, tingkat kegawatan mulai menanjak, 3 Resolution, masalah telah dipecahkan atau diselesaikan, bisa juga disebut sebagai peleraian.

2.2.2.3 Kaidah Kebahasaan Cerita Pendek

Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang lengkap tersusun atas unsur-unsur pembangunnya, seperti tokoh, penokohan, latar, dan alur. Selain itu isi cerita yang ditulis juga harus sesuai dengan tema yang diangkat. Kesesuaian isi dengan tema yang dipilih menggambarkan bahwa penulis menguasai tema cerita pendeknya. Selain unsur pembangun cerita pendek, cerita pendek yang baik sesuai dengan unsur-unsur kebahasaan. Di antaranya adalah organisasi, kosakata, penggunaan bahasa, dan aturan penulisan atau mekanik Kemendikbud 2013:82. 1. Organisasi Gagasan yang disampaikan melalui cerita pendek harus komunikatif, jelas, padat, tertata dengan baik, dan memiliki urutan cerita yang logis, serta kohesif. 2. Kosakata Cerita pendek yang baik adalah cerita pendek yang kaya akan penggunaan kosa kata, menggunakan pilihan kata dan ungkapan yang efektif, dan menguasai pembentukan kata. 3. Penggunaan Bahasa Cerita pendek yang baik memiliki konstruksi yang kompleks dan efektif, serta memiliki sedikit kesalahan dalam penggunaan bahasa baik urutan maupun fungsi kata. 4. Aturan Penulisan atau Mekanik Aturan penulisan atau mekanik mengupas mengenai ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf.

2.2.3 Hakikat Menyusun Teks Cerita Pendek

2.2.3.1 Pengertian Menyusun Teks Cerita Pendek

Keterampilan menyusun teks cerita pendek merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum 2013 untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama SMP khususnya kelas VII. Kompetensi dasar yang dimaksud adalah “menyusun teks hasil observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi dan cerita pendek sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan”. Kompetensi dasar menyusun teks cerita pendek berasarkan konsepnya, sama dengan kompetensi dasar yang diterapkan pada kurikulum sebelumnya yaitu menulis cerita pendek. Tentunya sebelum menyusun teks cerita pendek, siswa terlebih dahulu harus memahami hakikat cerita pendek, mengidentifikasi unsur- unsur pembangunnya, membedakan teks cerita pendek dengan jenis teks yang lain, menangkap makna cerita pendek, kemudian baru menyusun teks cerita pendek. Menulis merupakan salah satu keterampilan bahasa yang harus dikuasai oleh siswa, selain tiga keterampilan lain yaitu menyimak, berbicara dan membaca. Keterampilan menulis yang harus dikuasai siswa menulis ilmiah dan menulis kreatif. Menulis kreatif adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami Gie 2002:3. Sedangkan Sukirno 2010:3 menyatakan bahwa menulis kreatif adalah aktivitas menuangkan gagasan secara tertulis atau melahirkan daya cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan dalam bentuk teks. Salah satu kegiatan menulis yang termasuk menulis kreatif adalah menulis cerita pendek. Menulis cerpen merujuk pada kegiatan mengarang yang penulisannya berdasarkan pada imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya. Menulis cerpen merupakan kegiatan yang memerlukan banyak waktu, karena dalam menulis cerpen pengarang dituntut untuk banyak berimajinasi. Pengarang juga harus memikirkan unsur-unsur pembangun cerpen agar cerpen yang ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh. Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Pada dasarnya cerpen merupakan cerita pengalaman yang pernah dialami, diamati, atau didengar oleh pengarangnya. Namun pada kenyatannya menulis cerita pengalaman pun tidak semudah yang dibayangkan, banyak hambatan yang sering dialami. Menulis cerpen merupakan kegiatan yang memerlukan banyak waktu, karena dalam menulis cerpen pengarang dituntut untuk banyak berimajinasi. Pengarang harus memikirkan unsur-unsur pembangun agar cerpen yang ditulis menjadi sebuah cerita yang utuh. Unsur-unsur pembangun cerpen yang harus diciptakan pengarang antara lain tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Cerpen akan menarik untuk dibaca jika pengarang mampu menciptakan tokoh yang berkarakter kuat, karakter tokoh yang kuat harus didukung dengan latar yang sesuai. Selain tokoh dan latar, hal lain yang dapat membuat cerpen menjadi lebih menarik adalah konflik yang ada di dalamnya. Pengarang harus mampu membuat dan mengakhiri konflik yang dapat memuaskan pembaca.

2.2.4 Strategi Think-Talk-Write TTW

Think-Talk-Write TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk mempengaruhi dan memanipulsi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan, juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide sharing dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. dalam kelompok kecil ini siswadiminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melui tulisan. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think berpikir, talk berbicaraberdiskusi, dan write menulis. a. Tahap 1 :Think Siswa membaca teks berupa soal kalau memungkinkan dimulai dengan soal yang berhubungan dengan permasalahan sehari-hari atau kontekstual. Pada tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban strategi penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahami dengan menggunakan bahasanya sendiri. b. Tahap 2 : Talk Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan hasil penyelidikannya pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan, serta menguji negosiasi, sharing ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam berdiskusi, baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang lain. c. Tahap 3 : Write Pada tahap ini siswa menuliskan ide-ide yang diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi yang diperoleh. Menurut Silver dan Smith dalam Yamin 2012:90 peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat secara aktif berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hati-hati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif, seperti soal-soal yang memiliki jawaban divergen atau open-ended task. Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas, pembelajaran sebaiknya dirancang sesuai dengan langkah-langkah berikut ini : a. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual think, untuk dibawa ke forum diskusi b. Siswa berinteraksi dan berklaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan talk. Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa lisan dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi dalam diskusi, karena itu diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan c. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan write Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write ditunjukkan oleh bagan berikut : Bagan 2 Tahap-tahap Strategi Think-Talk-Write Sumber : Yamin 2012:89

2.2.5 Teknik Meneruskan Cerita

Teknik meneruskan cerita merupakan suatu kegiatan yang akan meningkatkan daya imajinasi siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis kreatif. Menurut Rahmanto 1988:116 teknik meneruskan cerita Guru Situasi Masalah WRITE THINK TALK Membaca Teks dan Membuat Catatan Secara Individual Interaksi dalam Kelompok untuk Membahas Isi Catatan Konstruksi Pengetahuan Hasil dari Think dan Talk Secara Individual merupakan satu langkah-langkah pertahapan dalam menulis karya sastra yaitu dengan menambahkan episode khayal. Satu cara yang baik untuk memperkenalkan latihan ini dengan memberikan bahan rangsangan pemutaran film yang dihilangkan bagian akhirnya. Sebagai tambahan untuk antusiasme dan menghilangkan kejenuhan, siswa dapat diminta untuk membacakan episode baru hasil ciptaannya sementara yang lain mendengarkan. Menurut Suyatno 2004:34 dari teknik meneruskan cerita diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf. Tujuannya agar siswa dapat mengakhiri cerita dengan benar dan runtut berdasarkan cerita yang sudah ada, dengan daya kreatif dan imajinasi yang dimiliki siswa. Langkah-langkah penerapan teknik meneruskan cerita dalam pembelajaran menulis cerpen adalah : a. sebelum meneruskan cerita siswa harus memperhatikan pemutaran film yang sudah dipotong, b. dalam meneruskan cerita siswa harus melengkapi lanjutan cerita tersebut secara utuh, cerita lanjutan tersebut harus diselesaikan sampai endingnya, c. cerita lanjutan yang ditulis siswa harus ada kaitannya dengan cerita sebelumnya, jalan cerita lanjutan tidak boleh menyimpang dari jalan cerita yang telah ditayangkan. Kelebihan teknik ini antara lain mempermudah siswa dalam menulis cerpen, merangsang untuk berpikir cepat dan menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga hati dan pikiran tergerak untuk menulis. Melatih daya imajinasi siswa serta kepekaan siswa dalam mengembangkan sebuah ide yang ada dalam setiap pemikiran siswa. Siswa dapat leluasa menambahkan tokoh atau latar dalam cerita lanjutan yang ditulis. Teknik ini juga dapat merangsang berpikir cepat, maksudnya dengan cerita yang sudah dibaca sebelumnya dan sekaligus tokoh- tokoh yang sudah ada, mereka tidak perlu berlama-lama untuk memikirkan apa yang akan mereka tulis sehingga proses berpikirnya lebih cepat dibanding harus menuliskan sendiri dari awal. Kelemahan dari teknik meneruskan cerita adalah hanya ada satu ide pokok yang bisa dikembangkan siswa, karena lanjutan cerita yang ditulis harus sesuai dengan cerita yang telah ditayangkan. Antara satu siswa dengan siswa yang lain bisa memiliki kesamaan ide, sehingga membuat cerita lanjutan yang ditulis memiliki jalan cerita dan akhir yang sama. Kurang adanya variasi cerita lanjutan yang ditulis siswa karena karena kesamaan ide.

2.2.6 Media Audiovisual

Media audiovisual merupakan media pembelajaran yang pemakaiannya dilakukan dengan cara diproyeksikan melalui arus listrik dalam bentuk suara radio, tape recorder dan media yang diproyeksikan ke layar monitor dalam bentuk gambar dan suara televisi, video, film. Media audiovisual yang dimaksud adalah media yang dapat didengar sekaligus dilihatdisajikan. Menurut Sanaky 2013:119 media audiovisual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Adapun penggunaan media audiovisual ini membutuhkan alat bantu player atau alat yang dapat menampilkan gambaran film yang digunakan. Media ini dapat menambah minat siswa dalam belajar karena siswa dapat menyimak sekaligus melihat gambar. Rohani 2006:97 mengemukakan bahwa media audiovisual adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, meliputi media yang dapat dilihat, didengar, dan yang dapat dilihat dan didengar. Media audiovisual adalah adalah media yang dapat mengkomunikasikan informasi lewat lambang verbal, visual, dan gerak. Informasi yang dikomunikasikan dengan cara itu akan lebih konkret sehingga lebih mudah terserap penerima informasi. Sebagai media pengajaran, media audiovisual ini sangat sesuai melatih keterampilan menyimak, berbicara, dan mengarangmenulis. Media audiovisual membutuhkan perangkat lain untuk menggunakannya, salah satunya adalah dengan cara diproyeksikan melalui layar monitor. Selain monitor alat bantu yang lain adalah player atau alat bantu yang dapat menampilkan gambaran film atau video yang digunakan. Pemanfaatan media ini harus didukung dengan alat bantu lain agar maksimal dalam penggunaannya sebagai media pembelajaran. Media audiovisual yang digunakan dalam penelitian ini adalah film animasi, film animasi adalah film yang merupakan hasil pengolahan gambar tangan menjadi gambar yang bergerak. Animasi merupakan suatu hasil dari proses obyek-obyek yang digambarkan atau divisualisasikan tampak hidup. Dalam film animasi proses memberikan kehidupan bukan hanya dari pergerakan objeknya saja melainkan penambahan watak dan karakter tokoh, emosi, dan ekspresi tokoh akan membuat objek menjadi lebih hidup. Film animasi yang dipilih berjudul Sahabat Pemberani, film animasi tersebut merupakan film animasi buatan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada anak. Film yang berisi nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari ini, disampaikan melalui tiga tokoh utama yang dihadirkan. Ketiga tokoh utama tersebut akan mengajarkan nilai-nilai persahabatan, kejujuran, kedisiplinan, dan bertanggung jawab. Film Sahabat Pemberani dipilih karena dalam film tersebut banyak nilai- nilai kebaikan yang dapat diambil diantaranya, persahabatan, kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Film ini juga dapat digunakan sebagai media untuk pencegahan korupsi sejak dini dengan membangun karakter anak yang berintegritas. Film ini juga cocok digunakan sebagai media pembelajaran pada kelas VII karena ceritanya yang sederhana dan mudah dipahami. Media video atau film yang digunakan memiliki beberapa kelebihan dan kelamahan, kelebihan media video atau film menurut Sanaky 2013:123 antara lain : a. menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan pembelajaran secara realistik, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar b. sifatnya yang audio visual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi pemicu untuk belajar c. sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik d. dapat mengurangi kejenuhan belajar e. menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang objek belajar yang dipelajari f. mudah digunakan dan didistribusikan Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh media video atau film antara lain : a. pengadaannya memerlukan biaya mahal b. bergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat c. sifat komunikasi searah, sehingga tidak memberi peluang untuk terjadinya umpan balik d. mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan yang tidak beraitan dengan pembelajaran. Pendapat lain diungkapkan oleh Anderson dalam Prastowo 2011:304 tentang kelebihan dan kelemahan media video atau film. Kelebihan yang dimiliki media ini antara lain, 1 dengan video kita dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu, gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respon yang diharapkan dari peserta didik, 2 dengan video penampilan peserta didik dapat segera dilihat kembali untuk dikritik atau dievaluasi, 3 dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut, 4 dengan video kita akan mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan, 5 dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi yang berbeda dan dengan jumlah peserta yang tidak terbatas, 6 pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mandiri, siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang. Sementara itu kelemahan yang dimiliki adalah 1 peralatan lain yang mendukung harus tersedia, 2 membutuhkan watu yang lama untuk membuat video atau filim, 3 biaya produksi tinggi, 4 layar monitor yang kecil akan memebatasi jumlah peserta, 5 video atau film yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali, 6 harus dirawat dan ditangani dengan hati-hati.

2.2.7 Hakikat Sikap Religius dan Sikap Sosial

Kurikulum 2013 mengedepankan penanaman karakter pada peserta didik, dalam kurikulum 2013 terdapat dua sikap penting yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Yang pertama adalah sikap spiritual yang berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa. Yang kedua adalah sikap sosial berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

2.2.7.1 Sikap Religius

Sikap atau nilai religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Dengan demikian, sikap religius menyangkut kepatuhan pribadi terhadap agama yang dianutnya dan sikap toleransi terhadap penganut agama lain Narwanti 2011:29. Narwanti 2011:56-57 juga berpendapat bahwa pilar religius adalah pilar utama dan pertama. Melalui pilar religiusus akan terbentuk manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga akan selalu terjaga dari perbuatan yang merugikan diri dan lingkungannya. Sebagaimana yang kita tahu, konsep agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Selain tunduk kepada Tuhan dengan beribadah sesuai dengan agama yang dianut, agama juga memandu kita melakukan perbuatan yang baik. Indikator penilaian sikap religius berdasarkan pedoman penilaian yang dikeluarkan oleh kemendikbud adalah sebagai berikut : a. berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu b. menjalankan ibadah tepat waktu c. memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut d. bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa e. mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri f. mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuat g. berserah diri kepada Tuhan apabila gagal dalam mengerjakan sesuatu h. menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat i. memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa j. bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia k. menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai agamanya Pada saat pembelajaran berlangsung aspek religius peserta didik yang dapat diamati dan dijadikan sebagai pnilaian adalah 1 berdoa sebelum mulai mengikuti pembelajaran, 2 berdoa dengan sikap yang baik dan tidak membuat gaduh, 3 memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut, 4 mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu.

2.2.7.2 Sikap Sosial

Selain sikap religius, kurikulum 2013 juga ingin menanamkan sikap sosial pada peserta didik. Sikap sosial dalam pembelajaran akan membentuk peserta didik yang berahklak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Menurut Narwanti 2011:58, bahwa pilar empati menempa kepribadian siswa agar terampil secara sosial. Lewat pilar ini, kepedulian terhadap sesama dibentuk. Dari konsep Narwanti, seseorang yang mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain atau yang kita sebut dengan empati, maka seseorang ini telah mampu bersikap sosial. Terdapat tujuh sikap sosial yang ingin ditanamkan dan menjadi penilaian dalam kurikulum 2013 yaitu : a. jujur b. disiplin c. tanggung jawab d. toleransi e. gotong royong f. sopansantun g. percaya diri Sikap sosial yang pertama adalah jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap jujur yaitu 1 tidak menyontek dalam mengerjakan ulanganujian, 2 tidak menjadi plagiat mengambilmenyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber dalam mengerjakan tiap tugas, 3 mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya, 4 menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan, 5 membuat laporan laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya, 6 mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki. Kedua disiplin, perilaku yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap disiplin yaitu 1 datang tepat waktu, 2 patuh dan tertib pada aturan sekolah, 3 mengerjakanmengumpulkan tugas sesuai waktu yang ditentukan, 4 mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Ketiga tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap tanggung jawab yaitu 1 melaksanakan tugas individu dengan baik, 2 menerima risiko dari tindakan yang dilakukan, 3 tidak menyalahkanmenuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, 4 mengembalikan barang yang dipinjam, 5 mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, 6 menepati janji, 7 tidak menyalahkan orang lain atas tindakan yang dilakukan diri sendiri, 8 melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruhdiminta. Keempat toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap toleransi yaitu 1 tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, 2 menerima kesepatakan meskipun berbeda dengan pendapatnya, 3 dapat menerima kekurangan orang lain, 4 dapat memaafkan kesalahan orang lain, 5 mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan, 6 tidak memaksakan keyakinan atau pendapat diri pada orang lain, 7 kesediaan untuk belajar dari terbuka terhadap keyakinan dan gagasan orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik, 8 terbuka untuk menerima sesuatu yang baru. Kelima gotong royong, bekerja bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap gotong royong yaitu 1 terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah, 2 kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan, 3 bersedia membentu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, 4 aktif dalam kerja kelompok, 5 memusatkan perhatian pada tujuan kelompok, 6 tidak mendahulukan kepentingan pribadi, 7 mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapatpikiran antara diri sendiri dengan orang lain, 8 mendorong orang lain untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Keenam sopan atau santun, adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun tingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya norma kesantunan yang diterima bisa berbedabeda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap sopansantun yaitu 1 menghormati orang yang lebih tua, 2 tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur, 3 tidak meludah di sembarang tempat, 4 tidak menyela pembicaraan, 5 mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain, 6 bersikap 3S salam, senyum, sapa, 7 meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain, 8 memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan. Terakhir atau ketujuh percaya diri, kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan Kemendikbud 2013. Indikator pencapaian sikap percaya diri yaitu 1 berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu, 2 mampu membuat keputusan dengan cepat, 3 tidak mudah putus asa, 4 tidak canggung dalam bertindak, 5 berani presentasi di depan kelas, 6 berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan.

2.3 Penerapan Strategi Think-Talk-Write TTW dan Teknik Meneruskan

Cerita melalui Media Audiovisual dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerita Pendek Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual dalam pembelajaran menyusun teks cerita pendek terdapat beberapa modifikasi dalam tahap-tahap strategi yang digunakan. Modifikasi yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan media yang digunakan. Modifikasi yang dilakukan membuat adanya beberapa perbedaan dalam tahap-tahap strategi yang digunakan, tetapi tidak menghilangkan inti dari strategi tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan materi pembelajaran dan media yang digunakan. Setelah dilakukan modifikasi tahap-tahap strategi TTW ditunjukkan oleh bagan berikut: Bagan 3 Tahap-tahap Strategi TTW dalam Pembelajaran Menyusun Teks Cerpen Guru Situasi Masalah WRITE THINK TALK Mengamati Video dan Membuat Catatan Secara Individual Interaksi dalam Kelompok untuk Membahas Video dan Isi Catatan Konstruksi Pengetahuan Hasil dari Think dan Talk Secara Individual Garis besar langkah pembelajaran menyusun teks cerpen menggunakan strategi Think-Talk-Write TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual adalah sebagai berikut : a. Guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri atas 3-5 siswa. b. Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong c. dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan. d. tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan. e. tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan Penerapan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita serta melalui media audiovisual adalah sebagai berikut : Tabel 1 Penerapan Strategi TTW dan Teknik Meneruskan Cerita melalui Media Audiovisual berdasarkan Pembelajaran Berbasis Teks FASE KEGIATAN SISWA Tahap Pembangunan Konteks dan Pemodelan Teks Think Dalam kelompok siswa memperhatikan penayangan sebuah video yang telah dipotong Tahap Kerja Sama Membangun Teks Talk 1. Dalam kelompok siswa berdiskusi menentukan unsur pembangun cerita pada video yang ditayangkan 2. Tiap kelompok menceritakan kembali cerita dari video yang ditayangkan 3. Tiap kelompok meneruskan cerita berdasarkan video yang telah ditayangkan Tahap Kerja Mandiri Menciptakan Teks yang Sesuai Model Write Masing-masing siswa menyusun teks cerpen sesuai dengan kreatifitasnya

2.4 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

3 21 111

“Pengaruh Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.

0 5 247

Meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) pada siswa kelas IV Mi Al Ishlahat Jatiuwung Kota Tangerang

0 10 0

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

2 16 103

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS DESKRIPSI MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI METODE THINK TALK WRITE DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VII B SMP MARDISISWA 1 SEMARA

1 10 250

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MODEL THINK TALK WRITE (TTW) BERBANTUAN TEKS WAWANCARA TOKOH BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 KUDUS

3 34 231

Pengaruh Strategi Think Talk Write terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Pernapasan pada Manusia

0 15 243

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI ISI CERPEN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 2 JATIKALEN NGANJUK.

4 46 186