digunakan untuk mengungkapkan segala hal yang dirasakan guru maupun siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun teks cerita pendek.
Selanjutnya data dapat diperoleh melalui wawancara. Wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran menyusun
teks cerpen dengan strategi TTW dan teknik meneruskan cerita melalui media audiovisual. Wawancara dilakukan di luar jam pembelajaran terhadap beberapa
perwakilan siswa. Pengamatan selanjutnya diambil melalui dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktifitas siswa selama mengikuti
pembelajaran.
3.1.1.4 Tahap Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas setelah selesai melakukan proses tindakan dan pengamatan. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan masukan
dalam penetapan langkah selanjutnya, yaitu pada siklus II. Hasil tes dan nontes menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam proses pembelajaran,
sikap religius, sikap sosial, maupun hasil cerpen siswa. Pada proses pembelajaran terdapat dua aspek yang belum mencapai
ketuntasan, yaitu kekondusifan diskusi kelompok mengidentifikasi struktur teks cerita pendek dan keintensifan diskusi kelompok setelah menyimak tayangan
video. Kekurangan yang terdapat pada kedua aspek tersebut adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini
diasebabkan beberapa siswa tidak cocok dengan anggota kelompok yang telah dibentuk secara acak. Ketidakcocokan tersebut membuat diskusi kelompok tidak
berjalan dengan lancar, tidak semua anggota kelompok aktif dalam diskusi. Hambatan lain yang didapat siswa pada saat diskusi setelah menyimak tayangan
video adalah perbedaan pendapat dan ide dalam meneruskan cerita menyebabkan dalam menuliskan hasil diskusi membutuhkan waktu yang cukup lama karena
harus menyatukan pandangan yang berbeda. Pada aspek sikap religius, kekurangan terdapat pada indikator sikap
religius yang ketiga yaitu memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat atau presentasi. Sebanyak 14 masuk dalam kategori kurang baik karena
tidak semua siswa berani dan mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapat atau presentasi di depan kelas.
Pada aspek sikap sosial terdapat empat sikap yang diamati yaitu sikap percaya diri, sikap toleransi, sikap gotong royong, dan sikap santun. Kekurangan
pada sikap percaya diri indikator pertama adalah terdapat 14 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Pada indikator yang pertama tidak semua siswa berani dan
mempunyai kesempatan untuk presentasi di depan kelas. Indikator sikap percaya diri yang kedua sebanyak 27 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Hanya
beberapa siswa yang berani untuk bependapat, bertanya, atau menjawab. Pada aspek sikap toleransi nilai yang dicapai siswa masuk dalam kategori
cukup baik, hal tersebut belum mencapai standar penilaian penelitian yang sudah ditentuan. Indikator sikap toleransi yang pertama sebanyak 15 siswa masuk
dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kedua sebanyak 13 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang ketiga 13
siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap toleransi yang kelima
sebanyak 12 siswa masuk kategori cukup baik. Indikaor sikap toleransi yang keenam sebanyak 13 siswa masuk kategori cukup baik. Kelemahan pada aspek
toleransi adalah beberapa siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya.
Pada aspek sikap gotong royong indiator yang pertama sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang kedua
sebanyak 12 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Indikator sikap gotong royong yang ketiga semua siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan
yang terdapat pada siap gotong royong adalah siswa kurang bisa mendorong anggota kelompoknya untuk bekerja sama dalam diskusi kelompok.
Pada aspek sikap santun terdapat kekurangan pada indikator yang ketiga yaitu sebanyak 21 siswa masuk dalam kategori cukup baik. Kekurangan pada
indikator yang ketiga adalah penggunaan bahasa yang kurang santun pada saat melasanakan diskusi kelompok.
Pada tahap menyusun teks cerpen, diketahui nilai rata-rata siswa mencapai 2,63. Kekurangan terdapat pada aspek alur, sudut pandang, tokoh dan penokohan,
gaya bahasa. Keempat aspek tersebut masuk dalam kategori cukup baik. Pada aspek alur sebanyak 14 siswa atau sebesar 45,161 masuk dalam kategori cukup
baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang baik dalam menyajikan cerita dalam cerpen sesuai dengan indikator aspek alur.
Pada aspek sudut pandang Sebanyak 12 siswa atau sebesar 38,71 masuk dalam kategori cukup baik. Sedangankan kategori kurang baik terdapat 4 siswa
atau sebesar 12,903 . Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam menyusun
teks cerpen, aspek sudut pandang kurang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
Pada aspek tokoh dan penokohan sebanyak 16 siswa atau sebesar 51,613 masuk dalam kategori cukup baik. Tidak ada siswa yang masuk dalam kategori
kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih kurang mampu menghadirkan tokoh yang bervariasi dan menggambaran watak
tokoh tersebut dalam cerpen yang disusunnya. Pada aspek gaya bahasa sebanyak 13 siswa atau sebesar 41,935 masuk
dalam kategori cukup baik. Sedangkan sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori kurang baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam menyusun teks cerpen,
siswa kurang bervariasi dalam menggunakan gaya bahasa.
3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II