Penilaian Keterampilan Non tes Pengayaan

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 113 Indikator 1. Menceritakan kisah pertobatan anak yang hilang dari Lukas 15:11-32 2. Menyebutkan kebaikan Ayah terhadap anaknya yang bertobat dari kesalahannya. 3. Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan bila orang mau bertobat. Bahan Kajian 1. Kisah pertobatan anak yang hilang dari Injil Lukas 15:11-32 2. Kebaikan Ayah terhadap anaknya yang bertobat dari kesalahannya. 3. Hal-hal yang harus dilakukan bila orang mau bertobat. Sumber Belajar 1. Komkat KWI 2010. Menjadi sahabat Yesus. Pendidikan Agama Katolik untuk SD Kelas III. Yogyakarta: Kanisius 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Lembaga Alkitab Indonesia. 2004. Alkitab. Jakarta. Lembaga Alkitab Indonesia Pendekatan : Kateketis dan saintifik Metode : Pengamatan gambar, tanya jawab, penugasan Waktu : 4 Jam Pelajaran. Jika pelajaran ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan atau lebih secara terpisah, maka pelaksanaannya diatur oleh guru Pemikiran Dasar Setiap orang pernah mengalami godaan Iblis untuk melakukan dosa. Meskipun kita tahu bahwa dosa mengakibatkan penderitaan, namun dalam kenyataan banyak di antara kita yang tidak tahan terhadap godaan Iblis dan melakukan dosa. Tidak mudah bagi seorang berdosa untuk melepaskan diri dari belenggu dosa dengan kekuatannya sendiri. Ia membutuhkan bantuan sesamanya, dan terutama kerahiman Tuhan. Dalam Injil Lukas 15:11-32 diceritakan tentang kisah anak yang hilang. Si Bungsu berdosa karena memboroskan harta ayahnya dengan hidup berfoya-foya dan terlibat dalam pergaulan bebas di Kelas III SD 114 kota. Setelah hartanya habis, ia pun jatuh miskin dan menderita kelaparan hingga hampir mati. Tuhan yang maharahim tidak membiarkan ia terus menderita. Meskipun si Bungsu telah berdosa, Tuhan tetap mencintainya. Tuhan menuntunnya untuk kembali ke jalan yang benar. Tuntunan Tuhan ini sering ditanggapi beragam oleh orang-orang berdosa, ada yang menurutinya, namun ada juga yang mengabaikannya. Tetapi si Bungsu memilih untuk menanggapi tawaran Tuhan dengan sikap positif, ia memutuskan untuk bertobat. Meskipun dibayangi oleh perasaan takut dan malu, ia memberanikan diri untuk kembali ke rumah ayahnya, menyatakan penyesalannya dan bertobat. Sejak saat itu si Bungsu kembali hidup damai dengan orang tuanya dan dengan Tuhan karena dosanya telah diampuni. Melalui pelajaran ini, peserta didik diharapkan agar senantiasa waspada terhadap godaan untuk melakukan dosa. Sebab godaan itu memang kelihatannya menarik dan menyenangkan, namun akhirnya akan membuat kita menderita. Apabila mereka jatuh ke dalam dosa, hendaknya mereka segera bertobat seperti yang dilakukan Si Bungsu dalam kisah anak yang hilang. Sebab hanya dengan bertobat mereka bisa merasakan kembali hidup damai dengan Tuhan dan sesamanya, bisa mendapatkan kembali berkat dan sukacita dari Allah Bapa di surga. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 115 Pertama lagu dinyanyikan bersama-sama. Kemudian bervariasi, misal- nya tampil berkelompok di depan kelas, dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai. Kegiatan Pembelajaran Pembuka Guru mengajak peserta didik memulai pelajaran dengan berdoa, misalnya: Ya Tuhan yang maha rahim, Terangilah hati kami dengan cahaya kasih-Mu, agar kami dapat menyadari dosa-dosa kami dan bertobat. Amin Langkah Pertama: Melihat Pengalaman Hidup

1. Pengamatan

Guru mengajak peserta didik mengamati gambar anak yang melakukan kesalahan dan minta maaf kepada ibunya lihat Buku Siswa hal 59 dan mendengarkan cerita. Berani Minta Maaf “Mengapa mainan Adikmu hancurkan?” demikian Ibu memarahi Kakak yang mulai menangis dan berusaha membela diri dari kesalahannya. “Habis…. Mau pinjam sebentar saja, tidak boleh.” kata Kakak berusaha menyalahkan adiknya. “Tapi Kakak kan punya mainan juga Mengapa harus merebut mainan Adik?” kata Ibu pula. Kakak tidak berani menjawab lagi, karena merasa dirinya memang bersalah. “Siapa yang salah harus menanggung hukuman” kata Ibu dengan nada tinggi. Wajah Kakak nampak gugup, sambil memperhatikan pernyataan Ibu selanjutnya. “Karena telah merusak mainan Adik yang baru Ibu beli, maka Kakak dihukum selama satu minggu tidak mendapat uang jajan” demikian Ibu menghukum Kakak. Setelah dua hari menjalani hukuman, Kakak mulai mengeluh: “Wah…..payah kalau tidak punya uang jajan.”