Kelas III SD
248
Hari keenam, berfirmanlah Allah, “Hendaklah dari bumi muncul ternak dan binatang-binatang liar dan melata.” Maka muncullah
kambing, domba, sapi, kerbau, kuda, kemudian muncul lagi singa, harimau, kucing, anjing, gajah, ular dan lain-lain.
Setelah itu Allah berfirman, “Baiklah kita jadikan manusia menurut rupa Kita, supaya mereka menguasai segala ikan di laut, burung-
burung di udara dan semua binatang.” Maka Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan menurut rupa Allah sendiri. Kepada
manusia itu Allah bersabda, “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah muka bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-
ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang jinak maupun liar.” Maka jadilah demikian. Allah melihat semuanya itu
baik.
Demikianlah Allah menciptakan dunia dengan segala isinya. Pada hari ketujuh Allah berhenti mencipta dan beristirahat. Hari itu disebut
hari Tuhan bagi manusia. Semua orang berkumpul untuk memuliakan Tuhan.
3. Pendalaman
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggali pengalaman Kitab Suci, misalnya:
1. Apa saja yang diciptakan Tuhan? 2. Bagaimana ciptaan Tuhan pada mulanya
3. Mengapa sekarang ini banyak gunung yang gundul dan tanah
menjadi gersang? 4. Apa akibatnya bagi manusia?
5. Bagaimana cara supaya ciptaan Tuhan kembali menjadi baik dan indah
4. Peneguhan
Guru memberikan peneguhan berdasarkan pertanyaan, jawaban peserta didik dan memberikan penjelasan, misalnya:
Tuhan telah menciptakan dunia dengan segala isinya. Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan dalam keadaan baik. Ada burung-
burung di udara. Ada binatang-banatang di darat dan ikan-ikan di laut. Segala macam tumbuhan tampak indah. Tetapi sekarang
manusia menebang pohon, membunuh segala jenis burung dan
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
249
binatang. tanah menjadi gersang sehingga dunia berkurang keindahannya. Padahal manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
mulia. Manusia mempunyai akal budi, yang dapat berpikir dan mempunyai kemampuan untuk menjaga, merawat dan melestarikan
ciptaan Tuhan yang indah ini. Bagaimana caranya? Mari kita simak dari kisah Santo Fransiskus Asisi.
5. Pengamatan
Guru menampilkan fotogambar Santo Fransiskus Asisi bersama sahabat-sahabatnya dan kemudian peserta didik menyimak kisah
Santo Fransiskus Asisi bersama serigala melalui buku siswa. Pada waktu itu di kota Gubbio hiduplah seekor serigala yang amat
besar, mengerikan, dan ganas. Serigala itu tidak saja memakan binatang-binatang, tetapi juga manusia. Semua penduduk kota hidup
dalam ketakutan dan tidak berani pergi sendirian. Melihat situasi yang demikian Fransiskus merasa kasihan, sehingga ia mendamaikan
serigala itu dengan penduduk kota Gubbio, sekalipun mereka melarangnya pergi.
Ketika Fransiskus memasuki daerah serigala itu bersama-sama sahabatnya, ia membuat tanda salib dan menaruh kepercayaan
sepenuh-penuhnya pada Tuhan. Ketika saudara-saudara lain tidak mau pergi mendekati serigala itu, Fransiskus berjalan terus menuju
tempat serigala itu bersarang. Ketika serigala itu melihat Fransiskus, maka ia pun menyerbu ke arahnya dengan cakar terbuka. Ketika
serigala itu mendekat, Fransiskus membuat tanda salib di atasnya dan menyapanya, “kemarilah, saudara serigala. Demi nama Kristus
aku memerintahkan kamu jangan menyerang aku.” Anehnya begitu Fransiskus membuat tanda salib, serigala yang ganaspun tunduk.
Ia menaati Fransiskus. Serigala itu lalu membaringkan diri di kaki Fransiskus dengan lembut seperti seekor anak domba.
Fransiskus lalu mengajak serigala itu membuat suatu perjanjian dengan penduduk kota Gubbio. Dari pihak serigala, ia harus berjanji
bahwa ia tidak akan mengganggu dan melakukan kejahatan dengan penduduk kota Gubbio lagi. Dari pihak penduduk Gubbio, mereka
berjanji akan menyediakan makanan yang dibutuhkan serigala itu setiap hari. Dan sebagai jaminan bahwa perjanjian itu akan
dilaksanakan dan ditepati, maka Fransiskus mengulurkan tangannya,