“Pekerjaan sebagai guru tidak seperti hakim yang hanya bekerja sewaktu di ruang sidang, menurut saya pendidik itu sebuah profesi yang
menuntut kompleksitas. Bayangkan saja, guru itu bukan berarti keluar kelas kemudian selesailah tugas, justru ketika sudah di luar kelas, guru
benar-benar hrus menunjukkan profesionalitasnya. Perilakunya langsung disoroti masyarakat, apa yang dilakukan selepas jam ngajar,
apa yang dibawa muridnya sepulang dari diajar, itu juga bagian penting dari tugasnya” WWS14122009
Pernyataan yang sedikit berbeda disampaikan oleh YK yang berpendapat bahwa profesi guru itu menuntut seseorang untuk total menjalaninya karena baginya
pekerjaan mendidik itu tidak bisa hanya dilakukan sebatas jam pelajaran di sekolah jadi guru harus rela meluangkan seluruh waktunya untuk anak didiknya. Berikut
penuturan langsungnya:
“Ngajar itu tidak cukup hanya di kelas. Guru harus rela waktunya habis untuk murid, kalau mau jadi guru ya totalitaslah, lakukan semua yang
bisa membuat anak didik jadi pinter, jadi bercita-cita tinggi, meski guru sendiri harus banyak berkorban untuk semua itu. Belum lagi dalam
keluarga, baik itu posisinya sebagai istri, suami, ibu atau pun anak tugas-tugas di keluarga itu tidak kemudian diserahkan pada anggota
keluarga lain hanya karena dia sibuk ngajar.” WYK18122009.
Dari pendapat para informan tersebut terlihat alasan pandangan profesi pendidik yang multidimensi karena tugas dari seorang pendidik sangat kompleks,
baik yang menyangkut tugas dinas maupun non-dinas, yaitu meliputi tugas mendidik, tugas kemasyarakatan dan tugas kemanusiaan.
d. Profesi Pendidik Kurang diperhatikan oleh Pemerintah
Guru selama beberapa dasawarsa digambarkan sebagai sebuah profesi yang cukup memprihatinkan. Bahkan seorang penyanyi legendaris, Iwan fals sampai
menciptakan sebuah lagu Oemar Bakri dengan tipikal sepeda bututnya untuk menggambarkan kondisi memprihatinkan dari pahlawan tanpa tanda jasa yang
belakangan justru disebut pahlawan kurang dibalas jasa. Salah seorang informan mengatakan:
“Kalau bisa menjadi yang lain saya tidak dulu menjadi guru, kasihan sekali jadi guru itu hanya jadi orang pinggiran di pinggir gemerlapnya
menteri. Gaji kecil, kerja berat” WND20122009
YK menambahkan menurutnya pengakuan dan penghargaan terhadap guru tidak sebanding dengan apa yang mereka ambil dari seorang guru:
“Meskipun bagi sebagian orang guru itu terhormat tapi kadang orang menganggap itu bukan gurunya yang hebat. Perhatikan saja misalnya
sebuah sekolah atau kampus terkenal, apa guru atau dosennya yang terkenal itu, tidak kan? Pasti sekolah atau kampusnya. Saya sendiri tidak
pernah mendengar orang bilang ~eh Si itu lho pinter banget lha muride pak guru A atau bu Guru B, paling-paling juga pada bilang tu lho Si itu
pinter lha sekolahnya di SMA satu, pasti begitu. Beda kalo profesi dakter, orang yang habis sakit jarang bilang ~aku sembuh lha habis
opname di RS Antahberantah, kebanyakan bilangnya aku sembuh lha habis disuntik sama dokter A~ rata-rata seperti itu, guru tu selalu saja
dipinggirkan, tidak dianggap penting” WYK20122009
Pendapat senada disampaikan oleh FN yang menilai kebijakan pemerintah masih kurang memihak pada guru atau pun pada pendidikan, terkait hal ini FN
mengatakan: “Itulah bobroknya Indonesia, bagaimana pendidikan mau maju kalau
anggaran pendidikan 20 saja dipotong terus, guru tidak diperhatikan. Coba semua guru diberi fasilitas sama seperti menteri, diberi mobil,
rumah, tunjangan besar, mungkin saja bisa mendongkrak nasib pendidikan WFN22122009.
Simpulan yang dapat diambil dari penuturan para informan tersebut adalah bahwa profesi pendidik dipandang sebagai profesi yang terpinggirkan karena
perhatian masyarakat masih sangat kurang terhadap kesejahteraan profesi ini, berbeda dengan pejabat negara yang mendapatkan berbagai fasilitas untuk
menunjang kinerjanya. Menurut para informan sampai saat ini profesi guru masih tetap menempati profesi kelas dua atau seterusnya meskipun sudah ada program
sertifikasi yang seharusnya bisa meningkatkan kesejahteraan, namun karena implementasinya di lapangan dan banyaknya guru yang tidak memenuhi syarat
sertifikasi, kebijakan ini tidak banyak membantu menaikkan derajat kesejahteraan guru secara luas.
e. Banyak Orang yang tidak Memenuhi Kualifikasi sebagai Guru Namun