Pledoi Pembelaan KASUS MARTHEN RENOUW

167 4. Mengembalikan barang bukti kepada yang berhak; 5. Membebankan seluruh biaya perkara kepada negara.

6. Putusan dan Pertimbangan Hakim

Menurut ketua majelis hakim, Lodewyk Tiwery, Marthen tak terbukti menerima suap karena jaksa tak mampu menghadirkan saksi kunci sang penyuap. Adapun saksi kunci yang dimaksud hakim itu adalah M. Yudi Firmansyah, Wong Sey Kiing, Achiing, Denny, dan Lim. Mereka adalah anggota direksi PT Sanjaya Makmur dan PT Marindo Utama, perusahaan yang ditengarai melakukan penebangan liar di kawasan Bintuni, Manokwari. Di ruang sidang, Marthen membantah bahwa uang yang diterimanya merupakan imbalan untuk tidak mengusut kasus penebangan liar yang dilakukan dua perusahaan itu. Uang itu, katanya, dipakai untuk dana operasional pemberantasan pencurian kayu di Papua pada 2003, antara lain menyewa speedboa t, helikopter, dan pesawat terbang. Ia beralasan “meminjam” uang itu karena atasannya tak menyediakan anggaran untuk operasi tersebut. Dalam pernyataan kepada media, bahkan salah hakim yang memeriksa yakni Hakim Lodewyk bercerita, sebelum sidang digelar pihaknya sudah yakin Marthen bakal bebas. Karena bukti-buktinya sangat lemah maka Putusan bebas itu, hal ini disepakati secara bulat bersama dua hakim lainnya, Morris Ginting dan A. Lakoni Harnie. 228 Putusan bebas Marthen ini disambut banyak kekecewa dari banyak pihak, JPU sendiri menyatakan bahwa Bukti dan petunjuk aliran uang yang masuk ke rekening Marthen itu jelas sekali. Uang itu, juga berasal dari saksi-saksi kunci yang ternyata adalah para pencuri kayu di Papua dan kini masuk daftar pencarian orang DPO. Status DPO itu muncul saat polisi memeriksa Marthen. Jaksa, juga sudah minta Markas Besar Polri untuk menghadirkan para saksi kunci namun, hasilnya nihil.Dan pada saat sidang, Marthen menyatakan tidak tahu menahu jika kelima orang para pencoleng kayu. Pakar hukum dari Universitas Indonesia, Rudy Satryo Mukantardjo, juga menyesalkan putusan bebas untuk Marten. Menurutnya “Hakim mestinya tidak terpaku pada sistem pembuktian konvensional yang harus mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,” kata pakar hukum pidana yang pekan lalu diminta Kejaksaan Agung menjadi saksi ahli dalam kasus pembalakan liar lainnya di Papua. Menurut Rudy, dalam perkara seperti kasus Marthen ini saksi kunci ti daklah mutlak, apalagi jika status saksi buron. “Apa hakim tidak berbuat apa- apa lagi,” ujarnya. Menurut dia, surat semestinya tidak lagi dinilai sekadar petunjuk, tapi bisa jadi alat bukti yang sah. Apalagi, dakwaan terhadap Marthen menggunakan Undang-Undang Antikorupsi dan Undang-Undang Antipencucian Uang. Kedua undang- undang ini, katanya, telah meluaskan pengertian alat bukti. Pendapat yang sama dinyatakan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri, Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara. Menurut Makbul, alat bukti yang diajukan jaksa dalam kasus Marthen sudah cukup kuat, tapi ia tak bersedia mengomentari putusan bebas atas anak buahnya. “Jangan tanya saya. Masyarakat yang akan menilai,” 229 . Suara lain datang dari Petrus Ohoitimur, pengacara Marthen. Menurut dia, putusan majelis sudah tepat. “Tak ada satu pun bukti menunjukkan klien saya menerima suap.” Sebaliknya, kata Petrus, Marthen adalah polisi yang loyal pada atasan. “Meski anggaran operasional minim, ia tidak 228 Lihat Eksaminasi ICW 229 Ibid 168 menyusahkan atasannya.” Di mata Wakil Sekretaris Dewan Adat Papua Fadal Alhamid, persidangan Marthen hanyalah sandiwara belaka. Sejak awal ia tidak yakin Marthen bakal masuk penjara. “Dia sangat berpengaruh di Papua,” ujarnya, “dan punya duit.” Menurut ketua majelas hakim, Marthen tak terbukti menerima suap karena Jaksa tak mampu menghadirkan saksi kunci : sang penyuap masih buron. Saksi kunci ini iyalah sejumlah pimpinan PT Sanjaya Makmur dan PT Marindo Utama yang ditengarahi melakukan pembalakan liar dikawasan Bintani, Manokwari. Hakim menilai tidak adanya saksi kunci menjadi titik balik dalam kasus ini. Sehingga jelas dakwaan tidak dapat dibuktikan. Hakim mengenyampingkan adanya alat-alat bukti yang lain seperti surat-surat yang dianggap hanya sebagai petunjuk saja, yang secara jelas tidak mampu membuktikan kejahatan yang didakwakan kepada Marthen. Pertimbangan Hukum Dalam putusan ini lemah sekali, sekali majelis hakim dalam pertimbangan putusannya, masih amat terpaku dengan model pembuktian konvensional berdasarkan KUHAP. Dengan demikian majelis hakim masih menganggap saksi sebagai bukti yang sah tanpa melihat alternatif-alternatif lain. Padahal dalam perkara ini, jaksa sudah menghadirkan sejumlah alat bukti surat, berupa bukti transfer, catatan perbankan, dan lainnya. Seharusnya Hakim bisa menjadikan alat bukti surat ini bukan sekedar petunjuk, melainkan bukti yang sah. Khususnya dalam perkara-perkara di mana saksi-saksi kunci amat sulit dihadirkan seperti kasus Marthen ini. Di dalam UU Korupsi dan UU Tindak Pidana Pencucian Uang sebenarnya alat bukti telah mengalami perluasan makna. Hal ini menyangkut perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam lingkup kejahatan ini. Bukti-bukti elektronik misalnya, haruslah dijadikan bukti yang sah dan menempati porsi utama dalam pertimbangan putusan hakim dalam kasus tersebut. Terkait putusan bebas tersebut, Komisi Yudisial menemukan adanya pelanggaran code of conduct oleh hakim yang menangani perkara cukong kayu PT. KNDI tersebut. “Hal itu bisa terlihat dari tidak dilakukannya pemeriksaan lokasi dan dikesampingkannya keterangan beberapa saksi dan pendapat ahli tanpa alasan yang jelas,”. Meskipun demikian, Mahkamah Agung justru menilai sebaliknya, tidak ada pelanggaran ataupun praktik judicial corruption yang dilakukan hakim perkara Adelin tersebut. Akan tetapi MA tidak pernah mengumumkan dan menjelaskan pada publik tentang hasil pengujian eksaminasi tertutup yang dilakukannya. Ketidak terbukaan MA ini tentunya menyiratkan pertanyaan mendalam perihal benar atau tidaknya, serius atau tidaknya dan bahkan menyiratkan kecurigaan tentang upaya perlindungan korps di tubuh institusi peradilan 230 . Walaupun dalam tuntutannya JPU menyatakan hanya dakwaan yang terbutki namun kemudian Majelis hakim ternyata mempettimbangkan seluruh dakwaan tersebut. Untuk melihat lebih lanjut , maka skema putusan tersebut akan diuraikan di bawah ini Ketentuan yang dilanggar Ketentuan yang dilanggar 230 Lihat, Pelaku IL Bebas ICW Tuding Pengadilan Legalkan IL http:www.jpnn.com?mib=berita.detailid=10548 Kamis, 27 November 2008, 19:55: