166
§ Tgl 6-3-2003, pengirim M. Yudi F : Rp. 50.000.000,- c. Aplikasi kiriman uang melalui BNI Cabang Jakarta Kota ke rekening atas nama Drs.
Marthen Renouw alias M. Reno sebagai berikut: § Tgl 7-11-2002, pengirim Denny: Rp. 75.000.000,-
§ Tgl 27-12-2002, pengirim Denny : Rp. 20.000.000,- § Tgl 9-1-2003, pengirim Denny: Rp. 40.000.000,-
§ Tgl 13-8-2003, pengirim Denny: Rp.120.000.000,- § Tgl 6-10-2003, pengirim Denny: Rp.140.000.000,-
§ Tgl 17-10-2003, pengirim Denny: Rp. 35.000.000,- § Tgl 21-10-2003, pengirim Denny: Rp. 40.000.000,-
§ Tgl 23-12-2003, pengirim Yudi: Rp. 30.000.000,- § Tgl 23-12-2003, pengirim Yudi : Rp.120.000.000,-
d. Aplikasi kiriman uang melalui BNI Cabang Jakarta Roamalaka ke rekening atas nama Drs. Marthen Renouw alias M. Reno Nomor Rekening: 268.000111110.901
tanggal 31-03-2003 pengirim Lim Rp. 50.000.000,- e. Rekening Koran BNI Cabang Jakarta Roamalaka ke rekening Nomor:
268.000111110.901 atas nama M. Reno tanggal 31-03-2003 pengirim Lim Rp. 50.000.000,-
f. Foto copy legalisir Surat Keputusan Kapolda Papua No. Pol. : SKEP41III2003 tanggal 13 Maret 2003, tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dalam jabatan di
lingkungan Polda Papua; g. Surat Perintah Kapolda Papua No. Pol. : SprinC149IV2002Pers 2, tanggal 25 April
2002 tentang Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan pengganti sementara Kabag Serse Umum Dit Serse Polda Papua;
h. Foto copy salinan Akta Notaris Mutiara Hartanto No. 18 tanggal 13-8-2001 tentang pendirian PT. Sanjaya Makmur;
a. Foto copy legalisir Akta Perubahan PT. Sanjaya Makmur No. 12 tanggal 6-3-2003;
j. Salinan Akta Notaris pendirian PT. Marindo Utama Jaya No.7 tanggal 06 Agustus 2001, yang dikeluarkan oleh Notaris Titiek Irawati Sugiyanto, S. H.
4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,- lima ribu rupiah.
4. Pledoi Pembelaan
Terdakwa melalui Penasehat Hukumnya telah menyampaikan pembelaan pada tanggal 02 Oktober 2006 yang pada pokoknya berbunyi “Bahwa Penasehat Hukum Terdakwa tidak
sependapat dengan pendapat Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutan pidananya, karena ternyata semua Pasal-Pasal yang didakwakannya tidak terbukti telah dilakukan oleh
Terdakwa. Di samping itu perkara ini termasuk dalam ruang lingkup perkara perdata karena pengiriman uang oleh M. Yudi Firmansyah kepada Terdakwa adalah hutang piutang. Oleh
karena hal itu Penasehat Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis Hakim kepada Majelis Hakim agar dijatuhkan putusan sebagai berikut:
1.
Menyatakan Terdakwa Drs. Marthen Renouw alias M. Reno tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan seluruh tindak pidana yang didakwakan kepadanya;
2. Membebaskan Terdakwa tersebut dari segala dakwaan;
3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta
martabatnya;
167
4. Mengembalikan barang bukti kepada yang berhak;
5. Membebankan seluruh biaya perkara kepada negara.
6. Putusan dan Pertimbangan Hakim
Menurut ketua majelis hakim, Lodewyk Tiwery, Marthen tak terbukti menerima suap karena jaksa tak mampu menghadirkan saksi kunci sang penyuap. Adapun saksi kunci yang dimaksud
hakim itu adalah M. Yudi Firmansyah, Wong Sey Kiing, Achiing, Denny, dan Lim. Mereka adalah anggota direksi PT Sanjaya Makmur dan PT Marindo Utama, perusahaan yang
ditengarai melakukan penebangan liar di kawasan Bintuni, Manokwari. Di ruang sidang, Marthen membantah bahwa uang yang diterimanya merupakan imbalan untuk tidak mengusut
kasus penebangan liar yang dilakukan dua perusahaan itu. Uang itu, katanya, dipakai untuk dana operasional pemberantasan pencurian kayu di Papua pada 2003, antara lain menyewa
speedboa
t, helikopter, dan pesawat terbang. Ia beralasan “meminjam” uang itu karena atasannya tak menyediakan anggaran untuk operasi tersebut. Dalam pernyataan kepada
media, bahkan salah hakim yang memeriksa yakni Hakim Lodewyk bercerita, sebelum sidang digelar pihaknya sudah yakin Marthen bakal bebas. Karena bukti-buktinya sangat lemah maka
Putusan bebas itu, hal ini disepakati secara bulat bersama dua hakim lainnya, Morris Ginting dan A. Lakoni Harnie.
228
Putusan bebas Marthen ini disambut banyak kekecewa dari banyak pihak, JPU sendiri menyatakan bahwa Bukti dan petunjuk aliran uang yang masuk ke rekening Marthen itu jelas
sekali. Uang itu, juga berasal dari saksi-saksi kunci yang ternyata adalah para pencuri kayu di Papua dan kini masuk daftar pencarian orang DPO. Status DPO itu muncul saat polisi
memeriksa Marthen. Jaksa, juga sudah minta Markas Besar Polri untuk menghadirkan para saksi kunci namun, hasilnya nihil.Dan pada saat sidang, Marthen menyatakan tidak tahu
menahu jika kelima orang para pencoleng kayu.
Pakar hukum dari Universitas Indonesia, Rudy Satryo Mukantardjo, juga menyesalkan putusan bebas untuk Marten. Menurutnya
“Hakim mestinya tidak terpaku pada sistem pembuktian konvensional yang harus mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana,” kata pakar hukum pidana yang pekan lalu diminta Kejaksaan Agung menjadi saksi ahli dalam kasus pembalakan liar lainnya di Papua. Menurut Rudy, dalam perkara seperti kasus
Marthen ini saksi kunci ti daklah mutlak, apalagi jika status saksi buron. “Apa hakim tidak
berbuat apa- apa lagi,” ujarnya. Menurut dia, surat semestinya tidak lagi dinilai sekadar
petunjuk, tapi bisa jadi alat bukti yang sah. Apalagi, dakwaan terhadap Marthen menggunakan Undang-Undang Antikorupsi dan Undang-Undang Antipencucian Uang. Kedua undang-
undang ini, katanya, telah meluaskan pengertian alat bukti.
Pendapat yang sama dinyatakan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri, Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara. Menurut Makbul, alat bukti yang diajukan jaksa
dalam kasus Marthen sudah cukup kuat, tapi ia tak bersedia mengomentari putusan bebas atas anak buahnya. “Jangan tanya saya. Masyarakat yang akan menilai,”
229
. Suara lain datang dari Petrus Ohoitimur, pengacara Marthen.
Menurut dia, putusan majelis sudah tepat. “Tak ada satu pun bukti menunjukkan klien saya menerima suap.” Sebaliknya, kata Petrus, Marthen
adalah polisi yang loyal pada atasan. “Meski anggaran operasional minim, ia tidak
228
Lihat Eksaminasi ICW
229
Ibid