Pengantar KASUS MARTHEN RENOUW

156 mengirimkan sejumlah uang [ Rp. 1.065.000.000] ke rekening pribadi terdakwa. Padahal terdakwa adalah pejabat polisi yang mempunyai kewenangan melakukan penyelidikan atau penyidikan terhadap pelaku tersebut di atas. Atas uang yang diterimanya itu, terdakwa melakukan perbuatan secara sengaja membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan tersebut yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.Dakwaan Primer [1]: Terdakwa melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf a UU 31 tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 64 ayat 1 KUHP. SertaDakwaan Primer [2]: Terdakwa melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 3 ayat 1 huruf c UU No. 25 tahun 2003 tentang Perubahan atas UU Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian uang jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.Dakwaan Subsider [1]: Terdakwa melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 12 B ayat 1 huruf a UU 31 tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 64 ayat 1 KUHP. SertaDakwaan lebih subsider [1]: Terdakwa melanggar ketentuan pasal 11 UU No. 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dakwaan subsider [2]: Terdakwa melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 25 tahun 2003 tentang Perubahan atas UU Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian uang jo Pasal 64 ayat 1 KUHP.Atas dakwaan itu, JPU menuntut agar terdakwa dipidana dengan pidana penjara tiga tahun penjara plus denda Rp 50 juta. PT. Marindo Utama Jaya danatau PT. Sanjaya Timur sendiri sedang diproses secara hukum dalam Tindak Pidana Bidang Kehutanan oleh Dit Reskrim Polda Papua, dengan tersangka Thing Chek Keng, Ting Sik Huang, Jingan Anak Ngaleh, Thomas Anak Labang, dll, sedangkan yang menjadi DPO adalah Wong Sey King, Wong Sey Cau, dan Wong Tsie Tung. Menurut Jaksa, Marthen Renouw menerima sejumlah uang sebesar Rp. 1.065.000.000,- satu milyar enam puluh lima juta rupiah dari M. Yudi Firmansyah, Wong Sey Kiing, Achiing, Denny, Yudi, dan Lim yang merupakan orang kepercayaan atau pengurus dari PT. Marindo Utama Jaya danatau PT. Sanjaya Makmur, perusahaan yang kasusnya ditangani oleh Marthen Renouw. Penerimaan uang tersebut dilakukan antara bulan September 2002 sampai dengan bulan Desember 2003 tau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain antara tahun 2002 sampai dengan tahun 2003, bertempat di kantor BNI Cabang Jayapura . Menurut majelis hakim Pengadilan Negeri Jayapura [Pada 9 Oktober 2006], dakwaan primer [1] terdiri dari unsur: [1] pegawai negeri atau penyelenggara negara; [2] menerima hadiah atau janji; [3] hadiah atau janji itu patut diduga diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatan yang bertentangan dengan kewajibannya; dan [4] secara berlanjut. Dalam pertimbangannya, unsur menerima hadiah atau janji tidak terbukti di persidangan, karena uang yang dikirimkan bukanlah hadiah melainkan hutang sehingga masuk dalam lingkup hukum perdata. Dengan demikian, dakwaan primair [1] tidak terbukti.Pendapat hakim yang menyebut status uang yang ditransferkan itu sebagai hutang inilah yang meruntuhkan semua dakwaan dari JPU. Dakwaan subsider [2] yang meliputi unsur: [1] gratifikasi; [2] PNS atau penyelenggara negara; [3] suap apabila berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya; [4] dilakukan secara berlanjut. Dalam pertimbangan hakim, hanya unsur [1] dan [2] yang terbukti, sementara unsur [3] - yang merupakan unsur penting - ternyata tidak terbukti, 157 sehingga gratifikasi berupa uang yang diterima oleh terdakwa tidaklah dikategorikan sebagai suap, sehingga dakwaan ini juga tidak terbukti. Begitu juga dakwaan lebih subsider. Mengenai dakwaan alternatif kedua berupa tindak pidana pencucian uang, JPU dan Penasehat hukum sama-sama berpendapat bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang.Dalam pertimbangan majelis hakim, terdakwa bukanlah pelaku tindak pidana asal, yang merupakan pokok dalam pasal 3 ayat 1 huruf c UU 25 tahun 2003 jo UU No 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Unsur dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan juga tidak terbukti, karena dalam persidangan, tidak ada saksi atau bukti yang menyebutkan sebaliknya. Terdakwa malah mempergunakan uang tersebut - yang merupakan uang pinjaman - sebagai dana operasi Matoa Wanalaga - operasi penegakan hukum tindak pidana di bidang kehutanan. Sehingga terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan primer [2] ini. Hakim juga menemukan bukti dan saksi di persidangan tidak bisa memenuhi unsur yang ada dalam dakwaan subsider [2], dengan demikian terdakwa harus dibebaskan dari dakwaan subsider [2] tersebut.Dengan pertimbangan di atas, Majelis hakim memutuskan, terdakwa tidak terbukti melakukan tindak pidana korupsi maupun tindak pidana pencucian uang. Menurut ketua majelas hakim, Marthen tak terbukti menerima suap karena Jaksa tak mampu menghadirkan saksi kunci sang penyuap masih buron. Saksi kunci ini iyalah sejumlah pimpinan PT Sanjaya Makmur dan PT Marindo Utama yang ditengarahi melakukan pembalakan liar dikawasan Bintani, Manokwari. Hakim menilai tidak adanya saksi kunci menjadi titik balik dalam kasus ini. Sehingga jelas dakwaan tidak dapat dibuktikan. Namun Hakim juga mengenyampingkan adanya alat-alat bukti yang lain seperti surat-surat yang dianggap hanya sebagai petunjuk saja, yang menueuet Hakim secara jelas tidak mampu membuktikan kejahatan yang didakwakan kepada Marthen. jaksa sudah menghadirkan sejumlah alat bukti surat, berupa bukti transfer, catatan perbankan, dan lainnya. Namun Hakim hanya bisa menjadikannya sebagai alat bukti petunjuk. Sepintas tidak ada yang janggal dengan putusan bebas hakim tersebut, adalah wajar-wajar saja seorang terdakwa dibebaskan dari tuntutan hukum oleh karena dakwaan jaksa Akan tetapi keganjilan mulai terasa saat melihat lebih terinci bagaimana jalannya persidangan ini secara keseluruhan dan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan hakim dalam putusannya. Atas putusan majelis hakim Pengadilan Negeri Jayapura ini, Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Menurut dakwaan jaksa, sepanjang September 2002 hingga Desember 2003, Marthen telah menerima kiriman uang 16 kali dari lima orang. Uang tersebut dikirim, antara lain, melalui BNI Cabang Manokwari, BNI Cabang Harmoni, Jakarta, BNI Cabang Jakarta Kota, BNI Cabang Roa Malaka, Jakarta. Dan sampai saat ini Polisi masih memburu kelima saksi kunci yang kini masih buron. Jaksa menjerat Marthen dengan UU Korupsi dan UU Pencucian Uang. Marthen didakwa melanggar pasal-pasal yang mengatur gratifikasi. Karena patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan jabatannya. Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan yang disusun secara kombinasi dakwaan alternatif dan dakwaan subsidairitas antara dakwaan alternatife dan dakwaan 158 subsideritas 227 , Dakwaan pertama disrahkan kepada tindak pidana korupsi sedangkan dakwaan kedua di arahkan ke tindak pidana pencucian uang. Hal yang harus di perhatikan dalam dakwaan ini adalah mengapa JPU menggunakan model alternative untuk dakwaan pertama korupsi atau dakwaan kedua pencucian uang. Selain itu apabila diperhatikan antara dakwaan kesatu primair, kesatu subsidair, kesatu lebih subsidair, kedua primair, kedua subsidair tidak ada perbedaannya kecuali menyangkut Pasal yang didakwakan. Uraian perbuatan materiil dalam dakwaan kesatu dan dakwaan kedua isinya sama dan hanya sekedar copy paste . Mungkin Jaksa Penuntut Umum lupa bahwa unsur tindak pidana pencucian uang sangat berbeda dengan tindak pidana korupsi. Terlihat bahwa dakwaan yang disusun tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap. Hal ini jelas bertentangan dengan Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP yang berbunyi bahwa “Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan”. Atas dasar Pasal 143 ayat 3 yang berbunyi bahwa “Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 2 huruf b batal demi hukum” Dakwaan Ketentuan yang dilanggar Pertama primair Pasal 12 a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat 1 KUHP Subsidair Pasal 12 B ayat 1 huruf a Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat 1 KUHP Lebih Subsidair Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 64 ayat 1 KUHP ATAU 227 Surat Dakwaan No. Reg. Perkara : PDS-05JPRFt.1122005 tertanggal 05 Januari 2006