217
218
BAB VIII PENUTUP Menuju Penggunaan Instrumen Anti
Pencucian Uang dalam Pemberantasan Kejahatan Kehutanan
1. Gambaran Perkembangan Pengadilan Tiga Kasus Kejahatan Hutan
Tiga kasus, Adelin Lis, Marthen Renoiw dan Labora Sitorus, yang menjadi obyek penelitian ini terkait erat dengan pencucian uang. Penggunaan Instrumen Anti Pencucian uang yang terkait
dengan kejahatan hutan dan alih fungsi lahan dalam tiga kasus tersebut menunjukkan adanya perbedaan dalam penggunaanya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perbandingan tiga
kasus:
Tabel : Perbandingan Penggunaan Money Laundering dalam 3 kasus No
Kasus Penggunaan
Anti Money
Laundering UU
Money Landering
Predikat Crime
1 Adelin
Gagal karena Tidak di masukkan dalam Dakwaan oleh Penuntut
Umum. Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2003 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang
-
2 Marthen
Renoiw Gagal karena surat dakwaan yang di
gunakan JPU bersifat alternatif, Hakim Tingkat PN Sorong
membebaskan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2003 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang
korupsi
3 Labora
Sitorus Berhasil di Pengadilan Tinggi dan
Mahkamah Agung illegal loging dan
penimbunan BBM tanpa ijin
1.1. Kasus Adelin Lis
Dalam kasus adelin lis, Instrumen Anti Pencucian uang sengaja tidak digunakan oleh penuntut umum. Walaupun Pasal 3 UUTPPU untuk menjerat PT. KNDI seharusnya dapat digunakan
penerapan berdasarkan beberapa bukti yang diduga telah terjadinya praktik Money Laundering; yakni harta kekayaan hasil pembalakan liar dan adanya transaksi keuangan yang
mencurigakandengan pendekatan unsur-unsur sebagaimana dianut oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering Pasal 3 UU
Pencucian Uang ketika kasus ini diproses.
219
Sebetulnya berdasarkan standar pada umumnya dipakai dalam kriminalisasi pencucian uang, meliputi: Pertama, a financial transaction transaksi keuangan. Kedua, proceed hasil-hasil
kejahatan. Ketiga, unlawful activity tindakan kejahatan. Keempat, knowledge mengetahui atau patut mengetahui, dan Kelima, intend maksud. Sudah dapat digunakan dalam kasus ini.
karena unsur objektif pada Pasal 3 UU PencucianUang ini adalah menempatkan, mentransfer, membayarkan atau membelanjakan, menghibahkan atau menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya terhadap harta kekayaan. Selanjutnya unsur subyektif Pasal 3 terdiri dari sengaja, mengetahui atau patut menduga bahwa
harta kekayaan berasal dari atau merupakan hasil tindak pidana. Maka dalam rumusan tersebut dapat dikatakan telah memenuhi syarat universal tentang pedoman unsurmens readalam
ketentuan pencucian uang, yaitu intended sengaja dan mengetahui dan patut menduga. Dalam proses penegakan hukum di Pengadilan Negeri Medan, lebih celakanya tersangka
Adelin Lis yang sengaja tidak didakwa dengan menerapkan Pasal 3 UUTPU justru hanya dianggap melakukan perbuatan pelanggaran administratif bukan korupsi. Pendapat Hakim
Pengadilan Negeri Medan yang menyidangkan kasus PT. KNDI ini juga menyandarkan kepada telah pernyataan Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan yang
ditujukan kepada penasehat hukum PT. KNDI yakni Hotman Paris Hutapea bahwa surat Menteri Kehutanan Nomor S.613Menhut-II2006 27 September 2006 disebutkan
pelanggaran penebangan hutan di luar RKTRencana Karya Tahunan oleh pemilik izin HPH adalah pelanggaran administrasi bukan pidana sehingga para tersangka dibebaskan oleh
Pengadilan Negeri Medan dari segala tuntutan yang telah dituduhkan. Dalam penanganan kasus ini usaha ke arah mencapai penegakan hukum yang efektif masih
dirasakan adanya tingkat kesulitan yang cukup tinggi , di mana sistem penyidikan yang dilakukan oleh aparat kepolisian yang bersumber dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan PPATK atas adanya indikasi perbuatan pencucian uang sering mengalami kendala. Di samping itu, terdapat pranata hukum baru yang dapat dipakai dalam perlindungan hutan,
yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Money Launderingyang masih mengacu kepada beberapa perangkat azas-azas yang terdapat di dalam
sistem hukum pidana meteril dan formil. Misalnya dalam rangka menjerat pelaku
253
tidak pidana pencucian uang harus terlebih dahulu penyidik dapat membuktikan adanya unsur
kesalahan terlebih dahulu sehingga penyidik dapat mempertanggung jawabkan upaya hukum yang dilakukannya baru penyidik dapat menjerat terhadap pelaku yang didapat dari PPATK
tersebut karena diduga berindikasi melakukan perbuatan pencucian uang. Penentuan kejahatan pada tindak pidana awal pencucian uang predicate crimes on Money
Laundering bagi proses penegakan hukum pencucian uang di Indonesia juga mengalami kesulitan, hal ini karena sebagaian aparat penegak hukum melihat bahwa sistem hukum pidana
Indonesia menganut asas di mana suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai kejahatan harus melalui mekanisme hukum yakni ditandai dengan adanya putusan hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Artinya selama belum ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap maka suatu perbuatan yang dituduhkan kepada tersangka berupa tindak pidana awal
core crime.
253
Lihat, Erman Rajaguguk, Anti Pencucian uang, suatu Bisnis, Perbandingan Hukum