28
Tindak pidana menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang bagi pejabat dan korporasi diatur dalam Pasal 73 1, yang menyatakan: Setiap pejabat pemerintah yang
berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 7,
28
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. 2 Selain sanksi pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari jabatannya. Pasal 74 ayat 1
29
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72
dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3
tiga kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72. Ayat 2 Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1, korporasi dapat
dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha; danatau b. pencabutan status badan hukum.
Dari Pasal-pasal tersebut terindentifikasi ada 8 jenis tindak pidana Penataan Ruang, yakni:
1. Tindak pidana perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan perubahan fungsi
ruang. 2.
Tindak pidana perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang.
3. Tindak pidana perubahan rencana tata ruang yang mengakibatkan kematian orang.
4. Tindak pidana penerbitan izin tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
5. Tindak pidana penerbitan izin melanggar rencana tata ruang yang mengakibatkan
perubahan fungsi ruang. 6.
Tindak pidana penerbitan izin melanggar rencana tata ruang yang mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang.
7. Tindak pidana penerbitan izin melanggar rencana tata ruang yang mengakibatkan
kematian orang. 8.
Tindak pidana melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang.
7. Tindak Pidana Pertambangan Mineral dan Batubara
UU No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dalam BAB XXIII Ketentuan Pidana, juga memiliki pasal pidana yang akan terkait dengan tindak pidana
kehutanan dan alih fungsi hutan, yakni dalam Pasal 158, 159, 160 sd 164. Perbuatan - perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana di bidang pertambangan mineral
dan batubara yakni: 1.
Melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat 3, Pasal 48, Pasal 67 ayat 1, Pasal 74 1 atau ayat 5;
2. Dengan sengaja menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat 1,
Pasal 70 huruf e, Pasal 81 ayat 1, Pasal 105 ayat 4, Pasal 110, atau Pasal 111 ayat 1 dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan palsu;
28
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
29
Pasal 37 1 Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
29
3. Melakukan eksplorasi tanpa memiiki IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37 atau Pasal 74 ayat 1; 4.
Mempunyai IUP Eksplorasi tetapi melakukan kegiatan operasi produksi; 5.
Menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan,dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP,IUPK, atau izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat 3, Pasal 43 ayat 2, Pasal 40 ayat 3, Pasal 43 ayat 2, Pasal 48, Pasal 67 ayat 1, Pasal 74 ayat 1, Pasal 81 ayat 2, Pasal
103 ayat 2, Pasal 105 ayat 1;
6. Merintangi atau mengganggu kegiatan usaha pertambangan dari pemegang IUP atau IUPK
yang telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat 2; 7.
Mengeluarkan IUP, IPR, IUPK yang bertentangan dengan undang-undang dan menyalahgunakan kewenangannya;
8. Tindak pidana korporasi.
Rumusan pasal-pasal tersebut yakni: Pasal 158 berbunyiSetiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau
IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37,
30
Pasal 40 ayat 3,
31
Pasal 48,
32
Pasal 67 ayat
30
Pasal 37,“IUP diberikan oleh:bupatiwalikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah kabupatenkota; gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupatenkota dalam 1 satu provinsi setelah mendapatkan rekomendasi
dari bupatiwalikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; danMenteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupatiwalikota setempat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan ”. Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan: Pasal 158, Pelaku
usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 sepuluh miliar rupiah Pasal 160, Setiap orang yang melakukan eksplorasi tanpa
memiliki IUP atau IUPK dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung,
memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling
banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah Pasal 40 ayat 3, “Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral lain sebagaimana dimaksud pada ayat 2, wajibmengajukan permohonan IUP baru kepada
Menteri, gubernur, dan bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya”. Yang dimaksud pada ayat 2 adalah pemegang IUP yang menemukan satu 1 jenis mineral atau batubara di WIUP yang dikelola diberikan prioritas
untuk mengusahakannya.
31
Pasal 40 ayat 3, “Pemegang IUP yang bermaksud mengusahakan mineral lain sebagaimana dimaksud pada ayat 2, wajib mengajukan permohonan IUP baru kepada Menteri, gubernur, dan bupatiwalikota sesuai dengan
kewenangannya”. Yang dimaksud pada ayat 2 adalah pemegang IUP yang menemukan satu 1 jenis mineral atau batubara di WIUP yang dikelola diberikan prioritas untuk mengusahakannya. Sanksi Pidana yang dapat
dijatuhkan: Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.0000.0000,00 sepuluh miliar rupiah. Pasal 161, Pemegang
IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang bukan dari pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
32
Pasal 48, “IUP Operasi Produksi diberikan oleh:bupatiwalikota apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan
pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam satu wilayah kabupatenkota;gubernur apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah kabupatenkota yang berbeda setelah
mendapatkan rekomendasi dari bupatiwalikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; danMenteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah
provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupatiwalikota setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”. Sanksi Pidana yang dapat dijatuhkan : Pasal 158, Pelaku usaha penambangan tanpa IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak
Rp 10.000.0000.0000,00 sepuluh miliar rupiah Pasal 161, Pemegang IUP Operasi Produksi yang menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan pemurnian, pengangkutan, penjualan mineral dan batubara yang
bukan dari pemegang IUP dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah