Tindak pidana mengangkut danatau menerima titipan hasil tambang di dalam
9.11. Tindak pidana kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan
Dalam Pasal 92 dinyatakan: 1 Orang perseorangan yang dengan sengaja: a. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf b; danatau b. membawa alat-alat berat danatau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan perkebunan danatau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun serta pidana denda paling sedikit Rp. 1.500.000.000,00 satu miliar lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah. 2 Korporasi yang: a. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf b; danatau b. membawa alat- alat berat danatau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk melakukan kegiatan perkebunan danatau mengangkut hasil kebun di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8 delapan tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun serta pidana denda paling sedikit Rp. 20.000.000.000,00 dua puluh miliar rupiah dan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.9.12. Tindak pidana mengangkut danatau menerima titipan hasil perkebunan di dalam
kawasan hutan tanpa izin Dalam Pasal 93 dinyatakan 1 Orang perseorangan yang dengan sengaja: a. mengangkut danatau menerima titipan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf c; b. menjual, menguasai, memiliki, danatau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf d; danatau c. membeli, memasarkan, danatau mengolah hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf e dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 10 sepuluh tahun serta pidana denda paling sedikit Rp. 1.500.000.000,00 satu miliar lima ratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah 2 Orang perseorangan yang karena kelalaiannya: a. mengangkut danatau menerima titipan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf c; b. menjual, menguasai, memiliki danatau menyimpan hasil perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf d; danatau c. membeli, memasarkan danatau mengolah hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2 huruf e dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 3 tiga tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.Parts
» Dari Lacak Kayu Bulatnya ke Lacak Uangnya
» Deforestasi dan Kejahatan di Sektor Alih Hutan
» Perkembangan Penegakan Hukum di Sektor Alih Hutan
» Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
» Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
» Tindak Pidana Perkebunan PENDAHULUAN
» Tindak Pidana Penataan Ruang
» Tindak Pidana Pertambangan Mineral dan Batubara
» Tindak Pidana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
» Tindak pidana menguasai, danatau memiliki hasil penebangan di kawasan
» Tindak pidana membawa peralatan penebangan pohon di dalam kawasan hutan
» Tindak pidana membawa alat-alat penebangan pohon di dalam kawasan hutan
» Tindak pidana mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan,
» Tindak pidana menerima, membeli, menjual, menerima tukar, menerima titipan,
» Tindak pidana pengangkutan kayu hasil hutan tanpa memiliki dokumen
» Tindak pidana penambangan di dalam kawasan hutan tanpa izin Menteri
» Tindak pidana mengangkut danatau menerima titipan hasil tambang di dalam
» Tindak pidana menjual, menguasai, memiliki, danatau menyimpan hasil tambang
» Tindak pidana kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan
» Tindak pidana mengangkut danatau menerima titipan hasil perkebunan di dalam
» Tindak pidana menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar
» Tindak pidana memanfaatkan hasil pembalakan liar
» Tindak pidana memalsukan surat izin pemanfaatan hasil hutan atau penggunaan
» Tindak pidana merusak sarana dan prasarana pelindungan hutan
» Tindak pidana turut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar
» Tindak pidana menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar
» Tindak pidana mencegah, merintangi, danatau menggagalkan secara langsung
» Tindak pidana memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar danatau penggunaan
» Tindak pidana menghalang-halangi penegakan tindak pidana pembalakan liar dan
» Tindak pidana melakukan intimidasi danatau ancaman terhadap keselamatan
» Tindak pidana pembiaran terjadinya perbuatan pembalakan liar
» Tindak pidana menerbitkan izin pemanfaatan hasil hutan yang melanggar
» Tindak pidana Jabatan Tindak Pidana Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
» Tindak pidana pengrusakan hutan oleh Korporasi
» Sulitnya Penegakan Hukum Pidana kehutanan
» Persoalan Hukum di Sektor Kehutanan
» Permasalahan Norma Perundang-undangan Permasalahan Penegakan hukum Kejahatan Kehutanan dengan
» Masalah korupsi Permasalahan Penegakan hukum Kejahatan Kehutanan dengan
» Masalah Lainnya Permasalahan Penegakan hukum Kejahatan Kehutanan dengan
» Tipologi Korupsi Kehutanan PENGGUNAAN INSTRUMEN TINDAK PIDANA
» Penggunaan Undang-Undang Korupsi oleh Kepolisian, Kejaksaan dan
» Suwarna Abdul PENGGUNAAN INSTRUMEN TINDAK PIDANA
» H. Tengku Azmun PENGGUNAAN INSTRUMEN TINDAK PIDANA
» M. Al-Amin Nur PENGGUNAAN INSTRUMEN TINDAK PIDANA
» Syahrial PENGGUNAAN INSTRUMEN TINDAK PIDANA
» Tantangan Penegakan Korupsi Kehutanan yang Ditangani KPK
» Tantangan Penegakan Korupsi Kehutanan yang Ditangani Kepolisian
» Umum INSTRUMEN ANTI-PENCUCIAN UANG UNTUK
» Pelapisan layering, adalah upaya untuk lebih menjauhkan harta kekayaan yang berasal
» Integrasi Integration, adalah upaya menggunakan harta kekayaan hasil tindak pidana yang
» Pidana Bidang Kehutanan sebagai Predicate Crime
» Backing: orang yang memberikan
» Political Exposed Person PEP:
» Pidana Korupsi sebagai predicate crime
» Karakteristik Pelaku Kejahatan Hutan dalam Mengalihkan Harta
» Pengejaran Harta Kekayaan Yang Diperoleh Dari Praktik Tindak
» Pendekatan Anti Pencucian Uang dalam Kejahatan Kehutanan
» Peran Lembaga Keuangan Sebagai Upaya Penanggulangan Secara
» Pencucian Uang dengan Kejahatan Asal Bidang Kehutanan
» Peran PPATK dalam Pencegahan Pencucian Uang di Bidang Kehutanan
» Masalah dalam Pencucian Uang di Sektor Kehutanan
» Proses penyidikan KASUS ADELIN LIS
» Putusan Pengadilan Tingkat Pertama
» Illegal logging dan Pelanggaran Administrasi Kehutanan
» Penerapan Asas Lex Specialis derogat Legi Generale vs Concursus Idealis
» Kaitan dengan Money Laundering
» Asumsi yang keliru dan Kelemahan Dalam Penerapan Rezim Money Laundering
» Pengantar KASUS MARTHEN RENOUW
» Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
» Pledoi Pembelaan KASUS MARTHEN RENOUW
» Putusan dan Pertimbangan Hakim
» Pengantar KASUS LABORA SITORUS
» Penyidikan awal kasus labora
» Dakwaan terhadap Labora KASUS LABORA SITORUS
» Tuntutan Jaksa KASUS LABORA SITORUS
» Putusan Pengadilan Negeri Kelas II Sorong
» Putusan Pengadilan Tinggi KASUS LABORA SITORUS
» Putusan Kasasi Mahkamah Agung
» Kasus Adelin Lis Gambaran Perkembangan Pengadilan Tiga Kasus Kejahatan Hutan
» Kasus Marthen Renouw Gambaran Perkembangan Pengadilan Tiga Kasus Kejahatan Hutan
» Kasus Labora Sitorus Gambaran Perkembangan Pengadilan Tiga Kasus Kejahatan Hutan
» Perkembangan Baru Penggunaan TPPU berdasarkan Putusan MK
» Dasar Pengajuan Permohonan PENUTUP Menuju Penggunaan Instrumen Anti
» Frasa “patut diduga” dalam Pasal 2 Ayat 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5 Ayat 1 UU
» Tindak Pidana Asal tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu
» Beban pembuktian terbalik sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 77 dan 78
Show more