18
BAB II
TINDAK PIDANA KEHUTANAN-ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN, DAN MASALAH
PENEGAKANNYA
Paling  tidak  terdapat  sejumlah  peraturan  perundang-undangan  yang  dapat  dikategorikan sebagai pasal tindak pidana terkait dengan bidang kehutanan, yaitu:
a. Undang-undang  No.  5  tahun  1990  tentang  Konservasi  Sumber  Daya  Alam  Hayati  dan
Ekosistemnya. b.
Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang. Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. c.
Undang-undang No. 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. Yang Kemudian diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2014 Tentang Perkebunan.
d. Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
e. Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
f. Undang-undang  No.  32  Tahun  2009  tentang  Perlindungan  dan  Pengelolaan  Lingkungan
Hidup. g.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.
Untuk lebih jelasnya peraturan perundang-undangan tersebut akan dipaparkan  di bawah ini
1. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
Ketentuan  Dalam  BAB  XII  Ketentuan  Pidana  dalam  UU  No.  5  tahun  1990  tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,  dinyatakan dalam Pasal 40 yakni:
Ayat  1;  barang  siapa  dengan  sengaja  melakukan  pelanggaran  terhadap  ketentuan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  19  ayat  1
16
dan  Pasal  33  ayat  1
17
dipidana  dengan pidana  penjara  paling  lama  10  sepuluh  tahun  dan  denda  paling  banyak Rp.  200.000.000,00
dua ratus juta rupiah. Ayat  2  Barang  siapa  dengan  sengaja  melakukan  pelanggaran  terhadap  ketentuan
sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  21  ayat  1
18
dan  ayat  2
19
serta  Pasal  33  ayat  3
20
16
Pasal  19  1  Setiap  orang  dilarang  melakukan  kegiatan  yang  dapat  mengakibatkan  perubahan  terhadap keutuhan kawasan suaka alam.
17
Pasal  33  1  Setiap  orang  dilarang  melakukan  kegiatan  yang  dapat  mengakibatkan  perubahan  terhadap keutuhan zona inti taman nasional.
18
Pasal  21  1  Setiap  orang  dilarang  untuk:  a.  mengambil,  menebang,  memiliki,  merusak,  memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan
hidup  atau  mati;  b.  mengeluarkan  tumbuhan  yang  dilindungi  atau  bagian-bagiannya  dalam  keadaan  hidup  atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.
19
dipidana  dengan  pidana  penjara  paling  lama  5  lima  tahun  dan  denda  paling  banyak  Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah.
Ayat  3Barang  siapa  karena  kelalaiannya  melakukan  pelanggaran  terhadap  ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1
21
dan Pasal 33 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan  paling  lama  1  satu  tahun  dan  denda  paling  banyak  Rp.  100.000.000,00  seratus
juta rupiah. Ayat  4  Barang  siapa  karena  kelalaiannya  melakukan  pelanggaran  terhadap  ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 33 ayat 3 dipidana dengan  pidana  kurungan  paling  lama  1  satu  tahun  dan  denda  paling  banyak  Rp.
50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Ayat 5 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 adalah kejahatan dan
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4 adalah pelanggaran. Dari pasal-pasal tersebut terindentifikasi ada 10 jenis tindak pidana Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, yakni:
1. Tindak pidana perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam.
2. Tindak pidana kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona
inti taman nasional. 3.
Tindak pidana tumbuhan yang dilindungi. 4.
Tindak pidana mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi ke tempat lain. 5.
Tindak pidana satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. 6.
Tindak pidana satwa yang dilindungi dalam keadaan mati. 7.
Tindak pidana mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain.
8. Tindak pidana terhadapbagian-bagian tubuh satwa yang dilindungi.
9. Tindak  pidana  kegiatan yang  tidak  sesuai  dengan  fungsi  zona  pemanfaatan  dan zona
lain. 10.
Tindak  pidana  kegiatan  yang  dapat  mengakibatkan  perubahan  terhadap  keutuhan kawasan suaka alam.
Oleh karena itu dalam UU ini tindak pidana yang ada dapat dibagi menjadi beberapa kategori, lihat tabel 3;
19
Ayat 2 Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,  dan  memperniagakan  satwa  yang  dilindungi  dalam  keadaan  hidup;  b.  menyimpan,  memiliki,
memelihara,  mengangkut,  dan  memperniagakan  satwa  yang  dilindungi  dalam  keadaan  mati;  c.  mengeluarkan satwa  yang  dilindungi  dari  suatu  tempat  di  Indonesia  ke  tempat  lain  di  dalam  atau  di  luar  Indonesia;  d.
memperniagakan,  menyimpan  atau  memiliki  kulit,  tubuh,  atau  bagian-bagian  lain  satwa  yang  dilindungi  atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke
tempat  lain  di  dalam  atau  di  luar  Indonesia;  e.  mengambil,  merusak,  memusnahkan,  memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.
20
Pasal 33 ayat 3 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
21
Pasal  19  1  Setiap  orang  dilarang  melakukan  kegiatan  yang  dapat  mengakibatkan  perubahan  terhadap keutuhan kawasan suaka alam.