Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

19 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. Ayat 3Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1 21 dan Pasal 33 ayat 1 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. Ayat 4 Barang siapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 serta Pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. Ayat 5 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4 adalah pelanggaran. Dari pasal-pasal tersebut terindentifikasi ada 10 jenis tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yakni: 1. Tindak pidana perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. 2. Tindak pidana kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. 3. Tindak pidana tumbuhan yang dilindungi. 4. Tindak pidana mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi ke tempat lain. 5. Tindak pidana satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup. 6. Tindak pidana satwa yang dilindungi dalam keadaan mati. 7. Tindak pidana mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain. 8. Tindak pidana terhadapbagian-bagian tubuh satwa yang dilindungi. 9. Tindak pidana kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain. 10. Tindak pidana kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. Oleh karena itu dalam UU ini tindak pidana yang ada dapat dibagi menjadi beberapa kategori, lihat tabel 3; 19 Ayat 2 Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi. 20 Pasal 33 ayat 3 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. 21 Pasal 19 1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. 20 Tabel 3 tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya No Tindak Pidana Pasal Ancaman Pidana 1 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam Pasal 19 ayat 1 jo Pasal 40 1 Pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah 2 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional Pasal 33 1 jo Pasal 40 1 Pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah 3 Setiap orang dilarang untuk: a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia Pasal 21 1 Jo Pasal 40 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. 4 Setiap orang dilarang untuk: a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati; c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; d. memperniagakan, Pasal 21 Ayat 2 Jo Pasal 40 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. 21 menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi. Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam Pasal 33 ayat 3 Jo Pasal 40 ayat 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. karena kelalaiannya melakukan Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam Pasal 19 1 Jo Pasal 40 ayat 3 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. karena kelalaiannya Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional Pasal 33 ayat 1 jo Pasal 40 ayat 3 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah. karena kelalaiannya Setiap orang dilarang untuk: a. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnahkan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan Pasal 21 ayat 1 dan ayat 2 jo Pasal 40 ayat 4 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 22 tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati; b. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. karena kelalaiannya Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam Pasal 33 ayat 3 jo Pasal 40 ayat 4 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. 2. Tindak Pidana Kehutanan Dalam Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan UUK, Pasal-pasal kriminalisasi tindak pidana hutan diatur dalam ketentuan Pasal 50 ayat 2 jo Pasal 78 ayat 1, ayat 14. Ketentuan hukum terkait pidana kehutanan diatur mulai dari Pasal 77 hingga Pasal 79, yang terdiri dari dua hal, yakni Penyidikan Pasal 77 dan Ketentuan Pidana Pasal 78 dan 79. Dalam Pasal 78 terdiri dari 15 ayat di mana setiap ayat memilikispesifikasi pengaturan sanksi yang berhubungan dengan Pasal 50 UUK. Ketentuan pidana dalam UU Kehutanan selain mengatur tentang perbuatan peroranganindividual crime juga mengatur perbuatan perusahaan atau Badan Hukum corporate crime. Pasal 78 dengan seluruh ayatnya mengacu kepada pengaturan ketentuan Pasal 50 yang terdiri dari 3 ayat, di mana ayat 3 dari pasal tersebut menetapkan larangan sebanyak 13 butir butir a hingga m.Ketentuan UUK ini adalahbersifat lex spesialis terhadap UUPLH yang mengatur objek-objek lingkungan secaraumum lex generalis, termasuk ekosistem kehutanan. Ketentuan tindak pidanadalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan diatur dalam Pasal 78, yaitu sebagai berikut: 1 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 1 atau Pasal 50 ayat 2, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. 2 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf a, huruf b, atau huruf c, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. 23 3 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama15 lima belas tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 limamilyar rupiah. 4 Barang siapa karena kelalaiannya melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 satu milyar lima ratus juta rupiah. 5 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf e atau huruf f, diancam dengan pidana penjarapaling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. 6 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat 4 atau Pasal 50 ayat 3 huruf g, diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. 7 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf h, diancam dengan pidana penjara paling lama 5lima tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh milyar rupiah. 8 Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf i, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga bulandan denda paling banyak Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. 9 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf j, diancam dengan pidana penjara paling lama 5lima tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima milyarrupiah. 10 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf k, diancam dengan pidana penjara paling lama 3tiga tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu milyar rupiah. 11 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf l, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu milyar rupiah. 12 Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf m, diancam dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah. 13 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3, ayat 4, ayat 5, ayat 6, ayat 7, ayat 9, ayat 10, dan ayat 11 adalah kejahatan, dan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 8 dan ayat 12 adalah pelanggaran. 14 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 apabila dilakukan oleh dan atau atas nama badan hukum atau badan usaha, tuntutan dan sanksi pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dikenakan pidana sesuai dengan ancaman pidana masing-masing ditambah dengan 13 sepertiga dari pidana yang dijatuhkan. 15 Semua hasil hutan dari hasil kejahatan dan pelanggaran dan atau alat-alattermasuk alat angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan danatau pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk Negara. Pasal 78 ini merujuk kepada ketentuan Pasal 50 UU Kehutanan, yaitu sebagai berikut: 1 Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. 2 Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usahapemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. 3 Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasanhutan secara 24 tidak sah; b. merambah kawasan hutan; c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radiusatau jarak sampai dengan: i. 500 lima ratus meter dari tepi wadukatau danau; ii. 200 dua ratus meter dari tepi mata air dan kiri kanansungai di daerah rawa; iii. 100 seratus meter dari kiri kanan tepisungai; iv. 50 lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak sungai; v. 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang; vi. 130 seratus tigapuluh kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai. d. membakar hutan; e. menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yangberwenang; f. menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui ataupatut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungutsecara tidak sah; g. melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi ataueksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri; h. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidakdilengkapi bersama- sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan; i. menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yangberwenang; j. membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim ataupatut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang; k. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang,memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang; l. l.membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dankerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsunganfungsi hutan ke dalam kawasan hutan; dan m. mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dansatwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal darikawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang. Berdasarkan Pasal 78 dan Pasal 50 UU Kehutanan di atas, maka kualifikasitindak pidana kehutanan adalah sebagai berikut: 1. Tindakan merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan vide Pasal 78 Ayat 1 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 1 UU Kehutanan; 2. Kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan oleh setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu vide Pasal 78 Ayat 1 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 2 UU Kehutanan; 3. Perbuatan mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah vide Pasal 78 Ayat 2 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf a UU Kehutanan; 4. Merambah kawasan hutan vide Pasal 78 Ayat 2 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 25 huruf b UU Kehutanan; 5. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan: a. 500 lima ratus meter dari tepi waduk atau danau; b. 200 dua ratus meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; c. 100 seratus meter dari kiri kanan tepi sungai; d. 50 lima puluh meter dari kiri kanan tepi anak sungai; e. 2 dua kali kedalaman jurang dari tepi jurang; f. 130 seratus tiga puluh kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi 6. Membakar hutan vide Pasal 78 Ayat 3 dan 4 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf d UU Kehutanan; 7. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang videPasal 78 Ayat 5 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf e UU Kehutanan; 8. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah vide Pasal 78 Ayat 5 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf f UU Kehutanan; 9. Melakukan penambangan dengan pola pertambangan terbuka pada kawasan Hutan Lindung vide Pasal 78 Ayat 6 atas pelanggaran Pasal 38 Ayat 4 UU Kehutanan; 10. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri vide Pasal 78 Ayat 6 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3huruf g UU Kehutanan; 11. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan videPasal 78 Ayat 7 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf h UU Kehutanan; 12. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang vide Pasal 78 Ayat 8 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf i UU Kehutanan ; 13. Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang vide Pasal 78 Ayat 9 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf j UU Kehutanan; 14. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang vide Pasal 78 Ayat 10 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf k UU Kehutanan; 15. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan ke dalam kawasan hutan vide Pasal 78 Ayat 11 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf l UU Kehutanan; 16. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang vide Pasal 78 Ayat 12 atas pelanggaran Pasal 50 Ayat 3 huruf m UU Kehutanan;

3. Tindak Pidana Perkebunan

Dalam Undang-undang No. 18 tahun 20004 tentang Perkebunan di Pasal 40 ayat 4 Dalam BAB XI KETENTUAN PIDANAUU tentang perkebunan memiliki beberapa Pasal Pidana 26 terkait dengan pembukaan lahan hutang bagi perkebungan yakni dalam pasal 46, 48 ayat 1, 49 ayat 1 dan pasal 53 yakni 1 tindak pidana terkait pelanggaran izin usaha perkebunan 2 terkait pelanggaran izin usaha perkebunan dan 3 terkait pelanggaran izin usaha perkebunan Tindak pidana terkait pelanggaran izin usaha perkebunan ada Dalam Pasal 46 yang dinyatakan bahwa 1 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industry pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 22 diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp.2.000.000.000,00 dua miliar rupiah. 2 Setiap orang yang karena kelalaiannya melakukan usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1 diancam dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun 6 enam bulan dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Tindak pidana pembukaan lahan dengan pembakaran, secara sengaja dalam Pasal 48 1 yang dinyatakan bahwa Setiap orang yang dengan sengaja membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 23 , diancam dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah. 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku diancam dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan denda paling banyak Rp.15.000.000.000,00 lima belas miliar rupiah. Tindak pidana pembukaan lahan dengan pembakaran, karena kelalaian ada dalam Pasal 49 1 yang menyatakan bahwa setiap orang yang karena kelalaiannya membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp.3.000.000.000,00 tiga miliar rupiah, 2 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku diancam dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000.00 lima miliar rupiah. Dari Pasal-pasal tersebut terindentifikasi ada 4 jenis tindak pidana Perkebunan, yakni: 1. Tindak pidana usaha budi daya tanaman perkebunantanpa izin usaha; 2. Tindak pidana usaha budi daya tanaman perkebunantanpa izin usaha karena lalai; 3. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan; 4. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran mengakibatkan orang mati atau luka berat; 5. Tindak pidana mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi ke tempat lain. 22 Pasal 17 1 Setiap pelaku usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan. 23 Pasal 26 Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Penjelasan:Pasal 26Kriteria pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup mengikutiperaturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.