Penggunaan Undang-Undang Korupsi oleh Kepolisian, Kejaksaan dan
71
fenomenal yang pernah ditangani pihak kepolisian adalah perkara yang melibatkan Adelin Lis Direktur Keuangan Umum PT. Keang Nam Development Indonesia. Namun pasca
penanganan perkara Adelin Lis, kinerja kepolisian melemah secara drastis, khususnya paska Kapolri Sutanto digantikan Bambang Hendarso Danuri. Bahkan di Era Bambang Hendarso
Danuri, salah satu perkara besar yang ditangani pihak kepolisian yang kemudian di-SP3 adalah Perkara 14 perusahaan di Riau yang diduga terlibat dalam praktik kejahatan kehutanan.
Padahal perkara 14 perusahaan di Riau tersebut berkaitan dengan perkara yang menjerat beberapa kepala daerah di Riau.
119
Di luar perkara diatas, pada tahun 2011hingga Juli 2012 ini tidak ada satupun perkara kejahatan kehutanan yang diijerat dengan menggunakan UU Tindak Pidana Korupsi. Kalaupun
terdapat perkara kehutanan, umumnya akan langsung ditangani ke bagian Tipiter Tindak Pidana Tertentu.
120
Kondisi serupa juga terjadi diwilayah-wilayah lainnya seperti di Kepolisian Daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.Berdasarkan data ICW hingga
2012 belum ada satupun perkara korupsi kehutanan yang ditangani di dua provinsi tersebut. Umumnya perkara-perkara kejahatan yang berdimensi kehutanan langsung dijerat dengan UU
Kehutanan dan ditangani dibagian kriminal umum.
121
Kinerja Kejaksaan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia juga dinilai belum optimal seperti yang diharapkan. Data Kejaksaan Agung RI menyebutkan sejak tahun 2004-
2008 sebanyak 3.641 perkara korupsi telah disidik oleh Kejaksaan.6 Kejaksaan Agung menyatakan pada tahun 2009 ada 1533 perkara korupsi masuk ke penyidikan dan uang
negara yang diselamatkan mencapai Rp4,8 triliun. Sedangkan pada tahun 2010 menyebutkan Kejaksaan berhasil menangani perkara korupsi sebanyak 2.296 perkara dan menyelamatkan
potensi kerugian negara sebesar Rp 4,5 triliun. Terakhir ditahun 2011, Kejaksaan mengklaim telah menyelamatkan uang Negara sebanyak Rp198 miliar, dan kasus yang masuk dalam
penyidikan sebanyak 1.729. Sementara yang masuk tahap penuntutan sebanyak 1.499 kasus.
122
Khusus dalam sektor kehutanan, tidak jauh berbeda dengan Kepolisian, dalam beberapa tahun terakhirkinerja jajaran Kejaksaan dalam menangani kejahatan kehutanan dengan
pendekatan Undang- Undang Tindak Pidana Korupsi dari aspek kualitas dan kuantitas masih dinilai belum memuaskan. Padahal dapat dikatakan Kejaksaanlah yang merupakan pionir
dalam penanganan perkara korupsi di sektor kehutanan. Beberapa perkara korupsi kehutanan yang menonjol yang pernah ditangani oleh kejaksaan adalah perkara penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah untuk perkebunan kelapa sawit seluas 47.000 hektar yang merugikan negara Rp. 84 miliar melibatkan Pengusaha DL Sitorus. Kejaksaan bersama dengan
Kepolisian juga memproses pengusaha Adelin Lis yang tersangkut perkara pemungutan hasil
119
Mereka di antaranya Bupati Pelelawan Tengku Azmun Jaafar, SH yang divonis bersalah karena terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 2 UU No.3199 jo. UU No. 202002, dengan pidana penjara 11 tahun dan
denda sebesar Rp 500 juta rupiah. Tidak hanya itu, Azmun juga diputuskan untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 12.367.780.600,00, karena akibat perbuatannya negara dirugikan sebanyak Rp 1,2 triliun. Selain
Tengku Azmun Jafar, ada juga Bupati Siak yang juga menerbitkan izin untuk 14 perusahaan dimaksud yakni Bupati Siak, Arwin AS. Lalu yang bersangkutan divonis bersalah juga oleh Pengadilan Tipikor Pekanbaru Riau
selama 4 tahun penjara. Namun justru perkara yang menjerat 14 perusahaan tersebut di SP3 oleh Kepolisian. Dari 14 perusahaan terdapat 13 perusahaan perkayuan di Riau yang berada di bawah kepemilikian dua pabrik
pulp dan kertas yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper Raja Garuda MasAPRIL dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Sinar Mas GroupsAPP.
120
Menurut keterangan Direktur Tindak Pidana Korupsi Mabes Polri, Brigjend Noer Ali,
121
Ibid hal 44
122
Ibid hal 44
72
hutan di luar Rencana Kerja Tahunan yang telah disahkan. Bahkan jauh sebelumnya terdapat perkara Proyek Pemetaan Hutan senilai Rp. 1,2 triliun yang melibatkan pengusaha dan
mantan Menteri Kehutanan, Bob Hasan. Semua pelaku tersebut dihukum bersalah dan terbukti korupsi ditingkat kasasi. Sayangnya dalam kasus Adelin Lis, ia justru melarikan diri
sebelum di eksekusi oleh kejaksaan.
123
Dalam catatan ICW, sampai dengan tahun 2012 jajaran Kejaksaan telah menangani sedikitnya 35 perkara kejahatan kehutanan yang dijerat dengan UU Tipikor. Umumnya perkara korupsi
di sektor kehutanan yang ditangani Kejaksaan berupa penyimpangan Dana Reboisasi atau Provisi Sumber Daya Hutan, suap dalam penerbitan izin usaha perkebunan atau Surat
Keterangan Sahnya Hasil Hutan SKSHH, maupun korupsi dalam pelelangan kayu hasil curian. Sedangkan dari sisi aktor, pelaku yang paling banyak ditangani oleh kejaksaan adalah
pihak swasta dan pejabat dilingkungan dinas kehutanan maupun pemerintah daerah setempat. Meskipun pada praktiknya sering ditemukan kejahatan kehutanan, namun di dua provinsi
dengan kerusakan hutan yang cukup besar seperti Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, hingga saat ini belum ada satupun perkara korupsi kehutanan yang ditangani oleh pihak
Kejaksaan setempat. Seperti halnya kepolisian, umumnya perkara-perkara kejahatan yang berdimensi kehutanan langsungdijerat dengan UU Kehutanan.
124
Mengingat jumlah kejaksaan yang ada di seluruh Indonesia, maka apa yang diperoleh oleh Kejaksaan tersebut jauh dari yang diharapkan. Beberapa perkara yang ditangani, secara
mayoritas perkaranya tersebut bahkan tidak dituntaskan. Bahkan ada juga yang perkaranya dihentikan proses penyidikan. Tidak maksimalnya kinerja kejaksaan dalam penanganan
perkara korupsi kehutanan karena permasalahan yang hampir sama yakni mindset jaksa yang masih meletakkan kejahatan kehutanan sebagai perkara administrasi atau tindak pidana
umum saja. Pemahaman ini tentu keliru jika melihat succes story komisi pemberantasan korupsi yang sudah berhasil menangani perkara-perkara kejahatan kehutanan dengan
pendekatan UU Tindak Pidana Korupsi.
125
KPK sendiri sejak akhir tahun 2003 hingga Agustus 2012 sedikitnya telah dan sedang menangani tujuh perkara korupsi di sektor kehutanan. Perkara korupsi tersebut antara lain
adalah: 1.
Penerbitan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman IUPHHK-HT pada 15 perusahaan yang tidak kompeten dalam bidang kehutanan.
2. Penerbitkan izin pemanfaatan kayu IPK untuk perkebunan sawit di Kalimantan Timur,
dengan tujuan semata untuk memperoleh kayu. 3.
Pengadaaan Sistem Komunikasi Radio Terpadu SKRT di Kementrian Kehutanan yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 89 miliar.
4. Suap terhadap anggota dewan terkait dengan Pengadaaan Sistem Komunikasi Radio
Terpadu SKRT di Kementrian Kehutanan dan alih fungsi lahan. 5.
Suap terkait alih fungsi hutan lindung seluas 7.300 hektar di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. 6.
Suap terkait alih fungsi lahan hutan mangrove untuk Pelabuhan Tanjung Api-Api, Banyuasin, Sumatera Selatan.
123
Ibid hal 45
124
ibid
125
Disisi yang lain, ditemukan juga jaksa yakni Mantan Kasi Pidum Kejari Tulungagung, Mujiarto yang diduga memeras Hartadi Terdakwa Perkara Illegal logging. Perkara ini tentu semakin mencoreng wajah Kejaksaan
Agung dalam menangani kejahatan kehutanan. Sehingga prestasi minim diperparah dengan kelakuan buruk para jaksa-nya. Lihat ICW, Pemberantasan Kejahatan Kehutanan Setengah Hati, hal 45
73
7. Dugaan suap terkait pemberian Rekomendasi HGU Kepada Bupati Buol oleh PT.
Hardaya Inti Plantation. Dari perkara-perkara tersebut, tercatat 23 orang aktor telah diproses oleh KPK, diadili dan
divonis oleh pengadilan tipikor dan mayoritas telah menjalani pidana penjara di lembaga pemasyarakatan. Mereka terdiri dari 14 orang dari lingkungan eksekutif mantan kepala
daerah, pejabat dinaskementrian kehutanan atau dinas kehutanan provinsi, 6 orang dari politisilegislatif dan 3 orang dari pihak swata Penanganan perkara korupsi kehutanan yang
dilakukan oleh KPK juga memberikan kontribusi dalam pengembalian kerugian keuangan Negara asset recovery. Tercatat pengembalian kerugian negara yang dilakukan oleh Marthias
seorang terpidana perkara korupsi Penerima IPK dan penikmat kebijakan yang diterbitkan oleh Gubernur Kalimantan Timur, Suwarna AF, sebesar Rp. 346 miliar merupakan yang
terbesar yang diperoleh KPK hingga saat ini.
126
KPK juga telah menjerat H. Tengku Azmun Jaafar, Bupati Pelalawan, Riau, dalam kasus korupsi yang melibatkan 15 perusahaan kehutanan
di Riau dinyatakan terbukti telah merugikan keuangan negara sebesar lebih dari Rp. 1,2 triliun. Juga perusahan-perusahaan yang diduga terafiliasi dengan Riau Andalan Pulp and Paper
RAPP, SINAR MAS Forestry Group dan PANCA EKA Group lihat table dibawah:
Table 5 Kasus Korupsi Kehutanan oleh KPK No.
Nama Pihak Terkait
Kasus Kerugia
n Negara
Proses hukum
Perusahaan terkait