Pengantar KASUS ADELIN LIS

121 memerintahkan kepada karyawan PT. Keam Nam untuk melakukan penebangan kayu di luar RKT [Rencana Kerja Tahunan] yang telah disahkan. Penebangan di luar blok RKT yang telah disahkan itu dilakukan antara tahun 2000 sampai dengan tahun 2006. Penebangan di luar blok RKT itu bertentangan dengan peraturan tentang kehutanan yang berlaku, antara lain dengan Kepmenhutbun No. 805Kpts-II1999 [larangan melakukan penebangan di luar blok RKT yang disahkan, kewajiban membayar PSDHDR] serta SK Dirjen Pengusahaan Hutan No. 151KPTSIV-BPHH1999 [kewajiban membuat timber cruising, laporan produksi kayu bulat.]Hasil tebangan itu tidak sah itu tidak disertai pula dengan kewajiban membayar Provisi Sumber Daya Hutan [PSDH] dan Dana Reboisasi [DR] kepada negara, sehingga merugikan negara sebesar Rp 119.802.393.040 dan US 2.938.556,24.Dalam dakwaan pertama [primer] ini, JPU mengancam dengan Pasal 2 ayat 1 jo. Pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Sementara dalam Dakwaan Pertama subsider, Adelin lis diduga telah menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang ada padanya atau jabatannya [memerintahkan penebangan di luar blok RKT] dan diancam dengan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Jo. Pasal 18 UU No 31Tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP.Dalam Dakwaan kedua [Primer], Adelin Lis diduga secara sengaja melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan, yakni dengan tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan Rencana Karya Pengusahaan Hutan dan tidak sesuai dengan azas kelestarian hutan. Karenanya terdakwa didakwa dengan Pasal 50 ayat 2 Jo. Pasal 78 ayat 1, ayat 14 UU Nomor 41 tahun 1999 Jo. UU Nomor 19 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU NO 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dalam Dakwaan kedua [subsider], terdakwa diduga dengan secara sengaja menebang pohon atau memanen atau meungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang yang diancam dengan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 50 ayat 3 Jo. Pasal 78 ayat 5, ayat 14 UU Nomor 41 tahun 1999 Jo. UU Nomor 19 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU NO 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Adelin lis juga dikenai dakwaan kedua [lebih subsider], yakni secara sengaja mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan yang diancam dengan pidana yang diatur dalam Pasal 50 ayat 3 huruf h Jo. Pasal 78 ayat 7, ayat 14 UU Nomor 41 tahun 1999 Jo. UU Nomor 19 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU NO 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 42 PP No 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dan terakhir, dalam dakwaan kedua [lebih subsider lagi], terdakwa diduga menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patur diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah yang perbuatan ini diancam dengan pidana yang terdapat dalam Pasal 50 ayat 3 huruf f Jo. Pasal 78 ayat 5, ayat 14 UU Nomor 41 tahun 1999 Jo. UU Nomor 19 tahun 2004 tentang Perubahan atas UU NO 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dalam surat Tuntutan Pidananya, JPU meminta Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan menyatakan terdakwa terbukti melakukan perbuatan korupsi dan bersalah secara sengaja melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan. Tuntutan pidananya adalah 10 tahun 122 penjara, denda Rp 1 milyar, subsider 6 bulan kurungan dan membayar uang pengganti kerugian negara secara tanggung renteng dengan Ir Oscar Sipayung, Washington Pane, Ir Budi Ismoyo, Ir Sucipto L. Tobing, sebesar Rp 119.802.393.040 dan US 2.938.556,24, dengan ketentuan jika dalam satu bulan terdakwa tidak melunasi uang pengganti tersebut maka hartanya disita dan apabila tidak cukup maka diganti dengan hukuman penjara selama lima tahun. Dalam putusan hakim Pengadilan Negeri Medan pada 5 November 2007, ternyata Majelis Hakim tidak sepakat dengan tuntutan JPU dan membebaskan terdakwa dari segala dakwaan dan nama baiknya harus direhabilitasi. Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan pidana korupsi dan pidana kehutanan berupa perusakan hutan. Majelis Hakim berpendapat perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa bukanlah perbuatan pidana, melainkan hanya perbuatan yang melalaikan administrasi yang kewenangan penindakannya berada di tangan Menteri Kehutanan.Atas keputusan hakim itu JPU mengajukan Kasasi Ke Mahkamah Agung. Dalam Putusan Majelis Hakim MA yang dibacakan dalam sidang Kamis 31 Juli 2008 oleh Majelis hakim agung yang terdiri Bagir Manan Ketua majelis, Djoko Sarwoko, Artidjo Alkostar, Harifin A Tumpa, dan Mansyur Kartayasa berpendapat bahwa unsur pidana yang dituntut oleh JPU dalam dakwaan kesatu primer dapat dibuktikan. Pidana yang dijatuhkan sama dengan tuntutan jaksa yakni 10 tahun penjara, denda Rp 1 milyar, subsider 6 bulan kurungan dan membayar uang pengganti kerugian negara secara tanggung renteng dengan Ir Oscar Sipayung, Washington Pane, Ir Budi Ismoyo, Ir Sucipto L. Tobing, sebesar Rp 119.802.393.040 dan US 2.938.556,24, dengan ketentuan jika dalam satu bulan terdakwa tidak melunasi uang pengganti tersebut maka hartanya disita dan apabila tidak cukup maka diganti dengan hukuman penjara selama lima tahun.Sayangnya adalah sampai sekarang terdakwa tidak diketahui keberadaannya begitu mendapatkan putusan hakim Pengadilan Negeri Medan yang membebaskannya.Sampai sekarang proses penyitaan terhadap kekayaan Adelin Lis masih terus diusahakan. Pihak yang paling kesal dengan putusan hakim ini adalah Kepolisian Republik Indonesia, yang sudah bersusah payah menangkap Adelin Lis yang jadi buron ke Cina dan harus keluar-masuk hutan untuk mencari bukti adanya kerusakan hutan termasuk mendatangkan saksi ahli dari BPKP dan IPB. Miliaran rupiah telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengumpulkan bukti dan menangkap Adelin Lis. Polisi telah mengumpulkan semua bukti tentang kerusakan hutan yang telah menimbulkan kerugian bagi Negara sebesar Rp. 227 triliun. 190 Adelin Lis sebagai buronan Kejaksaan Tinggi namun penanganan dan pencarian terpidana tersebut oleh Kejaksaan Agung Kejagung. Kejagung, hingga kini masih terus mencari hingga dapat Adelin Lis, Kejagung terus memantau keberadaan Adelin Lis yang kabur dan bersembunyi di luar negeriuntuk dapat menemukan buronan Adelin Lis. Sampai saat ini Kejagung terus berkoordinasi dengan institusi hukum terkait melacak di mana tempat persembunyian buronan itu di luar negeri.Kejagung juga berjanji akan terus bekerja keras untuk dapat menangkap Adelin Lis. 191 190 Bambang Setiono Kejahatan Lingkungan, Menjerat Adelin Lis dengan Delik Pencucian Uang, http:www.unisosdem.orgarticle_detail.php?aid=8962coid=1caid=56gid=2 191 http:www.hukumonline.comberitabacalt53adf7de57102kejagung-masih-cari-buronan-adelin-lis 123 Perlu menjadi perhatian bahwa ketika kasus Adelin Lis ini di gelar, Indonesia telah memiliki UU Tindak Pidana Pencucian Uang yakni UU No 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Namun ternyata Penyidik dengan sengaja tidak menggunakan instrumen ini, Adelin Lis hanya di jerat dengan tindak pidana korupsi atau tindak pidana kehutanan, dengan dakwaan alernatif yang sengaja pula dilemahkan.

2. Proses penyidikan

Penyidikan oleh Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara terhadap pelaku yakni PT. KNDI Adelin Lis sebenarnya dapat menggunakan kerangka penjeratan Pasal 3 UUTPPU. Berdasarkan BAP berkas perkara Adelin Lis oleh Satuan II Direktorat Reserse Kriminal Polda Sumatera Utara dinyatakan: 192 “PT. Keang Nam Development Indonesia Cq. Saudara ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan Umum PT. Keang Nam Development Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI Nomor: 805Kpts-IV1999, tanggal 30 September 1999, PT. Keang Nam Development Indonesia mendapatkan fasilitas dari Negara Republik Indonesia Cq. Departemen Kehutanan RI berupa Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu UPHHK seluas ± 58.590 lima puluh delapan ribu lima ratus sembilan puluh Ha yang terletak pada kelompok hutan Produksi sungai Singkuang – sungai Natal, Kec. Muara Batang Gadis, Kab. Mandailing Natal, dahulu sebelum tahun 2000 adalah Kec. Natal, Kab. Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara, diberikan jangka waktu 35 tiga puluh lima Tahun, yang berlaku surut sejak tahun 1994 sd tahun 2029 adalah ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan Umum di PT. Keang Nam Development Indonesia tidak pernah mengeluarkan dana operasional untuk kegiatan sistim Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI yang mengakibatkan penebangan pohon kayu hasil hutan dari periode tahun 2000 sd tahun 2005 tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, antara lain lokasi penebangan berada di luar Blok Tebangan Petak Tebangan Rencana Karya Tahunan RKT yang menimbulkan kerusakan hutan, di mana kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI tersebut meliputi: 1. Penataan Areal Kerja PAK Et-3 Et = Exploitasi Tebangan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatur blok kerja tahunan dan petak kerja guna perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengawasan kegiatan unit pengelolaan hutan. 2. Inventarisasi Tegakan sebelum Penebangan ITSP Et-2 adalah kegiatan pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon dalam areal Blok Kerja Tahunan untuk mengetahui : a Data Pohon Inti : jumlah, jenis, diameter. b Data Pohon yang dilindungi : jumlah, jenis, diameter. c Data Pohon yang akan dipanen : jumlah, jenis, diameter, tinggi bebas cabang. d Data Medan Kerja : jurang, sungai, kawasan dilindungi. 3. ITSP khususnya ditujukan untuk penyusunan Rencana Karya Tahunan RKT yang berkaitan dengan TPTI. Pembukaan Wilayah Hutan PWH Et-1 adalah kegiatan penyediaan prasarana wilayah bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan hutan, insfeksi kerja, transportasi sarana kerja, dan komunikasi antar pusat kegiatan. Pembukaan hutan diwujudkan oleh penyediaan jaringan angkutan, barak kerja, penimbunan kayu dan lain-lain. 4. Penebangan Et adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohondalam tegakan 192 Resume BAP, Sat IV Tipiter Dit Reskrim Polda Sumut. 124 yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan 50 up, yang artinya ukuran diameter 50 cm keatas dari blok tebangan yang telah disahkan. Perapihan Et+1 adalah kegiatan pada areal bekas penebangan agar Tegakan Tinggal tersebut mudah diinventarisasi, diperbaiki dan di tingkatkan produktivitasnya. 5. Inventarisasi Tegakan Tinggal ITT Et+2 adalah kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon serta permudaan alam pada areal Tegakan Tinggal untuk mengetahui antara lain komposisi jenis, penyebaran dan perapatan pohon dan permudaan serta jumlah dan tingkat kerusakan pohon inti. 6. Pembebasan Tahap Pertama Et+2 adalah kegiatan pemeliharaan Tegakan Tinggal yang berupa pekerjaan membebaskan tajuk dari 200 batang pohon binaan jenis Niagawi pohon inti dan permudaan per hektar, dari desakan dan naungan pohon tumbuhan penyaing. 7. Pengadaan Bibit Et+2 adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan, pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit. 8. Pengayaan Rehabilitasi Et+2 adalah kegiatan penanaman pada areal bekas tebangan yang kurang cukup mengandung permudaan jenis Niagawi, dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pohon dan nilai tegakan. 9. Pemeliharaan Tanaman PengayaanRehabilitasi Et+3, 4, 5 adalah pekerjaan perawatan tanaman dengan cara membersihkan jalurtanaman, membunuh gulma dan pohon penaung, menebas rumput sepanjang jalur penanaman dan penyulam tanaman mati. 10. Pembebasan tahap Kedua dan Ketiga Et+4, 6 adalah pengulangan seperlunya pembebasan pertama, agar tajuk pohon binaan selalu menerima cahaya matahari langsung dari atas atau samping, danmemiliki ruang tumbuh tajuk secukupnya kesamping dan keatas. 11. Penjarangan Tegakan Tinggal Et+10, 15, 20 adalah penyingkiran penyaing pohon binaan bilamana pohon binaan telah berupa tingkat tiang dan pohon, atau berdiameter lebih besar dari 10 Cm. Perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia sejak tahun 2000 sd tahun 2005 ada melakukan pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan PSDH dan Dana Reboisasi DR, akan tetapi bukan atas kayu bulat yang ditebangnya, melainkan berdasarkan LHP Fiktif. ADELIN LIS tidak pernah melakukan tugas pokok dan fungsinya selaku Direktur Keuangan Umum PT. Keang Nam Development Indonesia, antara lain tidak mendistribusikan dukungan anggaran untuk kegiatan sistim silvikultur TPTI dalam rangka mewujudkan hutan lestari untuk periode tahun 2000 sd tahun 2005, karena hasil penjualan kayu bulat dari PT. Keang Nam Development Indonesia periode tahun 2004 sd tahun 2005 terbukti ditransfer dan digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri atau korporasi PT. Sinar Gunung Sawit Raya , sehingga keperluan dana yang seharusnya dialokasikan untuk kegiatan TPTI di IUPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia tidak terealisasi. Selanjutnya ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan PT. Keang Nam Development Indonesia dengan sengaja membuka rekening atas nama pribadinya sendiri pada Bank Buana Cabang Jln. Palang Merah Medan pada No. Rekening : 002.001783 dan HSBC Cabang Medan pada No. Rekening : 008-031288-001 untuk memperkaya dirinya sendiri atau korporasi melalui penerimaan hasil penjualan kayu olahan PT. Mujur Timber periode tahun 2003 sd tahun 2005 tanpa didasari kewenangan, baik melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS pada kedua perusahaan maupun wewenang atas amanat anggaran dasar kedua perusahaan.