Proses penyidikan KASUS ADELIN LIS
124
yang berdiameter sama dengan atau lebih besar dari diameter batas yang ditetapkan 50 up, yang artinya ukuran diameter 50 cm keatas dari blok tebangan yang telah
disahkan. Perapihan Et+1 adalah kegiatan pada areal bekas penebangan agar Tegakan Tinggal tersebut mudah diinventarisasi, diperbaiki dan di tingkatkan produktivitasnya.
5. Inventarisasi Tegakan Tinggal ITT Et+2 adalah kegiatan pencatatan dan pengukuran
pohon serta permudaan alam pada areal Tegakan Tinggal untuk mengetahui antara lain komposisi jenis, penyebaran dan perapatan pohon dan permudaan serta jumlah dan
tingkat kerusakan pohon inti.
6. Pembebasan Tahap Pertama Et+2 adalah kegiatan pemeliharaan Tegakan Tinggal yang
berupa pekerjaan membebaskan tajuk dari 200 batang pohon binaan jenis Niagawi pohon inti dan permudaan per hektar, dari desakan dan naungan pohon tumbuhan
penyaing.
7. Pengadaan Bibit Et+2 adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan,
pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit.
8. Pengayaan Rehabilitasi Et+2 adalah kegiatan penanaman pada areal bekas tebangan
yang kurang cukup mengandung permudaan jenis Niagawi, dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pohon dan nilai tegakan.
9. Pemeliharaan Tanaman PengayaanRehabilitasi Et+3, 4, 5 adalah pekerjaan perawatan
tanaman dengan cara membersihkan jalurtanaman, membunuh gulma dan pohon penaung, menebas rumput sepanjang jalur penanaman dan penyulam tanaman mati.
10. Pembebasan tahap Kedua dan Ketiga Et+4, 6 adalah pengulangan seperlunya
pembebasan pertama, agar tajuk pohon binaan selalu menerima cahaya matahari langsung dari atas atau samping, danmemiliki ruang tumbuh tajuk secukupnya
kesamping dan keatas.
11. Penjarangan Tegakan Tinggal Et+10, 15, 20 adalah penyingkiran penyaing pohon
binaan bilamana pohon binaan telah berupa tingkat tiang dan pohon, atau berdiameter lebih besar dari 10 Cm.
Perusahaan PT. Keang Nam Development Indonesia sejak tahun 2000 sd tahun 2005 ada melakukan pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan PSDH dan Dana Reboisasi DR,
akan tetapi bukan atas kayu bulat yang ditebangnya, melainkan berdasarkan LHP Fiktif. ADELIN LIS tidak pernah melakukan tugas pokok dan fungsinya selaku Direktur Keuangan
Umum PT. Keang Nam Development Indonesia, antara lain tidak mendistribusikan dukungan anggaran untuk kegiatan sistim silvikultur TPTI dalam rangka mewujudkan hutan
lestari untuk periode tahun 2000 sd tahun 2005, karena hasil penjualan kayu bulat dari PT. Keang Nam Development Indonesia periode tahun 2004 sd tahun 2005 terbukti
ditransfer dan digunakan untuk memperkaya dirinya sendiri atau korporasi PT. Sinar Gunung Sawit Raya , sehingga keperluan dana yang seharusnya dialokasikan untuk
kegiatan TPTI di IUPHHK PT. Keang Nam Development Indonesia tidak terealisasi. Selanjutnya ADELIN LIS selaku Direktur Keuangan PT. Keang Nam Development
Indonesia dengan sengaja membuka rekening atas nama pribadinya sendiri pada Bank Buana Cabang Jln. Palang Merah Medan pada No. Rekening : 002.001783 dan HSBC
Cabang Medan pada No. Rekening : 008-031288-001 untuk memperkaya dirinya sendiri atau korporasi melalui penerimaan hasil penjualan kayu olahan PT. Mujur Timber periode
tahun 2003 sd tahun 2005 tanpa didasari kewenangan, baik melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS pada kedua perusahaan maupun wewenang atas amanat
anggaran dasar kedua perusahaan.
125
Hal itu dapat dibuktikan berdasarkan keterangan Saudara ADELIN LIS dan dari pihak lain Bank Buana Cabang Jalan Palang Merah Medan , yaitu:
193
1. Berdasarkan pembacaan rekening koran nomor: 002-0001783 A.n. ADELIN LIS pada
bank Buana Indonesia Cabang Palang Merah Medan menujukkan adanya aliran dana masuk dari PT. Mitra Niaga Makmur Lestari sebanyak 29 dua puluh sembilan kali
transaksi dengan nilai Rp. 83.112.006.591delapan puluh tiga milliar seratus dua belas juta enam ribu lima ratus sembilan puluh satu rupiah.
2. Berdasarkan pembacaan rekening koran nomor: 002-0001783 A.n.ADELIN LIS pada
Bank Buana Indonesia Cabang Palang Merah Medan yang didukung oleh Cek dan Giro menujukkan adanya aliran dana keluar dan masuk ke Rekening nomor: 008-031288-
001 atas nama ADELIN LIS pada Bank HSBC cabang Medan sebanyak 13 tiga belas kali dengan nilai Rp. 10.550.000.000 ,- Sepuluh Miliar Lima Ratus Lima Puluh Juta
Rupiah untuk Aliran Dana Keluar dari Rekening nomor 0020001783 pada Bank Buana Indonesia Cabang Medan Jalan Palang Merah. Setelah Saudara ADELIN LIS ada
menerima uang hasil penjualan kayu perode tahun 2003 sd tahun 2005 pada rekening No.: 002.001783 atas namapribadinya sendiri pada Bank Buana Cabang Jln. Palang
Merah Medan, lalu BAP PT. Keang Nam Development Indonesia di Direktorat Reserse Kriminal Polda 7 5. Sumatera Utara. dengan sengaja mentransfer kembali
uangnya ke Rekening No.: 0057862071, atas nama PT. SINAR GUNUNG SAWIT RAYA dan ke Rekening No: 105.017800002-6, atas nama PT. Mujur Timber, dengan
tujuan untuk memperkaya diri sendiri dengan melawan hak, yaitu: 1. Ke rekening nomor : 0057862071 atas nama PT. SINAR GUNUNG SAWIT RAYA pada Bank
BNI Cabang Pemuda Medan sebanyak 66 Enam Puluh Enam kali dengan nilai Rp. 33,045,000,000.00 tiga puluh tiga miliar empat puluh lima juta rupiah. 2. Ke
rekening No. : 105-017-800002-6, A.n. PT. Mujur Timber pada Bank Mandiri Imam Bonjol Medan sebanyak 39 Tiga Puluh Sembilan kali dengan nilai Rp.
25,050,000,000.00 dua puluh lima milia
r lima puluh juta rupiah ”. Seharusnya dalam kerangka hukum yang digunakan oleh penyidik diatas, berupa penerapan
Pasal 3 UUTPPU seharusnya dapat digunakan untuk menjerat PT. KNDI berdasarkan beberapa bukti yang diduga telah terjadinya praktik Money Laundering harta kekayaan hasil
pembalakan liar dan adanya transaksi keuangan yang mencurigakandengan pendekatan unsur- unsur sebagaimana dianut oleh Pasal 3 UU Pencucian Uangsaat kasus ini diproses UU
pencucuian uang ada adalah Undang-undang No. 15 tahun 2002 kemudian diubah dengan Undang-undang No. 25 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang berlaku sejak 17
April 2002 sampai dengan 22 Oktober 2010; yang telah memenuhi standar pada umumnya dipakai dalam kriminalisasi pencucian uang, yaitu meliputi: Pertama, a financial transaction
transaksi keuangan. Kedua, proceed hasil-hasil kejahatan. Ketiga, unlawful activity tindakan kejahatan. Keempat , knowledge mengetahui atau patut mengetahui, dan Kelima, intent
maksud. Sedangkan unsur objektif pada Pasal 3 UU PencucianUang ini adalah menempatkan,
mentransfer, membayarkan atau membelanjakan, menghibahkan atau menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya terhadap harta
kekayaan. Selanjutnya unsur subyektif Pasal 3 terdiri dari sengaja, mengetahui atau patut menduga bahwa harta kekayaan berasal dari atau merupakan hasil tindak pidana. Maka dalam
nunusan tersebut dapat dikatakan telah memenuhi syarat universal tentang pedoman unsur mens rea dalam ketentuan pencucian uang yaitu intended sengaja dan mengetahui dan
193
Gelar perkara Hasil BAP
126
patut menduga. Sebagai unsur inti delik maka unsur subyektif tersebut harus dibuktikan. Namun dalam proses
penegakan hukum di Pengadilan Negeri Medan tersangka Adelin Lis dengan segaja tidak didakwa dengan menerapkan Pasal 3 UUTPUmelainkan telah melakukan perbuatan
pelanggaran administratif.
Kekayaan dan transaksi keuangan Adelin Lis dari bisnis kehutanan ini sebenarnya telah dibidik oleh Kepolisian RI. Berdasarkan analis intelijen keuangan yang dilakukan oleh Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK, perusahaan Adelin Lis diindikasikan terlibat tindak pidana pencucian uang. Laporan ini telah diberikan oleh PPATK jauh-jauh hari kepada
penyidik Polri, bahkan analis PPATK telah memberikan pendampingan langsung kepada penyidik untuk mengumpulkan bukti-bukti pencucian uang yang dilakukan oleh Adelin Cs.
194
Namun, sayangnya, jaksa tidak tertarik menggunakan delik pencucian uang dalam kasus ini. Padahal, dengan dakwaan pencucian uang, jaksa bisa segera membekukan dan menyita harta-
harta yang diketahui atau diduga haram tersebut. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang TPPU, kejahatan di bidang kehutanan
dan lingkungan adalah kejahatan yang bisa disidik dengan menggunakan UU TPPU.