Manajemen Standardisasi Perpustakaan PTMPTA
28
tugas yang jelas. Tanpa adanya pembagian tugas yang jelas akan terjadi tumpang tindih pekerjaan.
3 Pembagian Wewenang
Dengan kekuasaan yang jelas pada masing-masing orang atau kelom- pok dalam perpustakaan, maka akan dapat dihindarkan terjadinya ben-
turan kepentingan dan tindakan. Dengan adanya batas-batas kewe- nangan ini, maka masing-masing orang atau kelompok akan memahami
tugas, kewajiban, dan wewenang masing-masing. Mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
4 Kesatuan Komando
Dalam sistem organisasi yang baik, harus ada kesatuan komando perintah agar tidak terjadi kebingungan terutama di tingkat bawah.
Oleh karena itu dalam sistem organisasi Perpustakaan PTMA perlu dihindarkan adanya dualisme pengaruh dan kekuasaan dalam berbagai
tingkat manajerial.
5 Koordinasi
Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan pada satuan- satuan yang terpisah dalam Perpustakaan PTMA untuk mencapai tujuan
secara terpisah. Koordinasi ini penting bagi suatu perpustakaan untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas, dan mengantisipasi
timbulnya konflik internal.
b. Standar Manajemen Perpustakaan PTMA
Dalam pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan PTMA diperlukan adanya pembagian kerja. Pembagian kerja ini akan berjalan dengan baik apabila
terdapat struktur perpustakaan PTMA yang jelas
Struktur organisasi merupakan mekanisme formal untuk pengelolaan diri dengan pembagian tugas, kewajiban, tanggung jawab, hak, dan wewe-
nang yang berbeda-beda. Oleh karena itu struktur organiasi yang baik akan mencakup unsur-unsur spesialisasi kerja, strukturisasi sentralisasi, dan
koordinasi Handoko, 1993 dalam Lasa Hs, 2009.
Untuk mengembangkan dan mencapai kualitas manajemen Perpus- takaan PTMA, maka setiap Perpustakaan PTMA harus:
1 Memiliki struktur organisasi makro dan mikro 2 Memiliki deskripsi tugas yang jelas
3 Line of Commands 4 Memiliki program kerja jangka panjang, jangka menengah, dan jangka
pendek 5 Memiliki laporan kegiatan atau fisik bulanan, semestean, maupun
tahunan.
Lasa Hs., Arda Putri Winata, Eko Kurniawan dan Nita Siti Mudawamah
29
Secara makro, struktur organisasi perpustakaan PTMA hendaknya berada di bawah tanggung jawab Wakil RektorKetuaDirektur bidang I.
Secara mikro, perpustakaan PTMA sekurang-kurangnya memiliki struktur koordinator bidang pengolahan, bidang pelayananpemberdayaan, bidang
teknologi informasi, dan sekretariat.
3 . P e n ga n gga ra n
Penganggaran adalah rencana pembuatan penerimaan dan pengeluaran yang dinyatakan dalam jumlah uang. Penganggaran berfungsi sebagai alat
perencanaan, alat koordinasi, alat pengendalian, dan menetapkan standar kegi- atan yang akan dilaksanakan. Anggaran perpustakaan disusun setelah memiliki
program kerja jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Sebab anggaran merupakan bahan bakar suatu perpustakaan.
Dalam penentuan anggaran perpustakaan hendaknya dimulai dari penyu- sunan anggaran kegiatan yang dituangkan dalam bentuk proposal yang disusun
pada awal tahun anggaran. Tahun anggaran ini tergantung kebiasaan suatu instansi. Memang ada perguruan tinggi yang dalam penyusunan anggaran
mengikuti tahun akademik, tetapi ada juga yang mengikuti anggaran tahun Masehi Januari-Desember. Untuk itu dapat dikatakan bahwa penganggaran
adalah pernyataan keuangan yang disiapkan untuk menunjang kegiatan pada periode tertentu.
Untuk memperlancar kegiatan perpustakaan PTMA, selayaknya memiliki anggaran sekurang-kurangnya 5 dari anggaran lembaga induknya.
4 . Ke p e m im pin a n a. Kepemimpinan Perpustakaan Perpustakaan PTMA
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin. Hubungan dua elemen ini saling memengaruhi kinerja per-
pustakaan PTMA. Seorang kepala perpustakaan adalah seorang pemimpin terdorong oleh motivasi kekuasaan. Kemudian yang dipimpin terdorong
oleh berbagai macam motivasi untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti motivasi ekonomi, motivasi politik, motivasi sosial, motivasi prestasi,
maupun motivasi psikologis.
Kepemimpinan pada prinsipnya adalah usaha untuk menciptakan ke- maslahatan umatyang dipimpin dan bukan menguasai, dan bukan untuk
pentingan diri maupun kelompoknya. Dalam kaedah fiqih disebutkan bahwa kepemimpinan adalah tasharruf al-imam ‘ala al-ra’iyyah man’thun bi al-