Ekosanita-IPLT dan Pengelolaan Lingkungan DAS Daerah Aliran Sungai DAS

17 daya dan melindungi lingkungan, iii memulihkan dan mendaur ulang zat hara. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kotoran adalah sumber daya dan sumber air bukan tempat buangan atau media sampah. Di abad 19 kedua asumsi tersebut sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Faktor penentu keberhasilan EkoSan adalah adanya indikator, perubahan pendekatan dan tata pikir serta norma-norma keberlanjutan. Proses- proses di dalam konsep EkoSan mencakup i containment atau penghilangan mikroorganisme patogen dengan cara memperburuk habitatnya, ii sanitization atau tindakan menyehatkan, dan iii daur ulang recycling kotoran manusia Esrey 2001. Menurut SANDEC 1998, EkoSan merupakan pendekatan sanitasi yang bersifat strategis dan komprehensif karena mengintegrasikan semua aspek sanitasi kotoran manusia, sampah, air limbah non kakus atau greywater dan drainase serta menghubungkan sanitasi dengan pertanian. Sistem Ekologi Sanitasi harus memenuhi 6 enam kriteria yaitu i sederhana, ii terjangkau, iii dapat diterima, iv mengembalikan zat hara, v melindungi lingkungan, dan vi mencegah wabah penyakit. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ”EkoSanita-IPLT atau Sistem pengelolaan air limbah rumah tangga berbasis IPLT yang berkelanjutan” merupakan kombinasi antara unsur-unsur kakus untuk semua tipe dengan tangki septik, bidang peresapan dan IPLT kompos dan kolam-kolam yang mampu meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus memperbaiki kualitas sumber air baku air minum.

2.2.2 Ekosanita-IPLT dan Pengelolaan Lingkungan DAS Daerah Aliran Sungai DAS

yang sering pula disebut sebagai Daerah Pengaliran Sungai DPS adalah suatu kawasan yang merupakan kesatuan wilayah tata air dan terbentuk secara alamiah, dibatasi oleh pemisah topografis yang dapat berfungsi menampung, menyimpan atau meresapkan curah hujan yang jatuh di atasnya, danatau mengalirkan air di permukaan ke sungai yang mengalir ke danau atau lautan maupun di dalam tanah ke sungai dan anak-anak sungainya dari hulu hingga ke hilir atau muara sungai sebelum akhirnya masuk ke laut Puskim 2004. Sebagaimana halnya dengan kawasan permukiman perkotaan, berfungsinya DAS perlu didukung adanya infrastruktur alami maupun buatan. Infrastruktur 18 alami berupa hutan primer, danau dan situ alami, kelokan-kelokan sungai meander. Infrastruktur buatan berupa waduk, embung, sistem teras, sistem pemilihan tanaman budi daya dan jenis infrastruktur lainnya yang mampu menahan dan mengatur serta mengalirkan air secara seimbang. Berbeda dengan infrastruktur yang berfungsi menahan dan mengalirkan air tersebut, infrastruktur sistem EkoSanita-IPLT berperan memelihara kualitas airnya. Dengan terpeliharanya kualitas air di bagian hulu, maka pemanfaatan sumber daya air di bagian hulu maupun hilir DAS menjadi lebih optimal. Pengguna air memerlukan biaya yang lebih ringan untuk mengolah air baku sebelum digunakan untuk berbagai keperluan misalnya air minum, air irigasi dan air industri. Pengelolaan lingkungan DAS akan berhubungan dengan upaya-upaya untuk memelihara sumber daya alam air, lahan, udara dan sumber daya buatan infrastruktur atau prasarana dan sarana serta utilitas yang terdapat di lingkungan perkotaan maupun lingkungan DAS. Penyediaan, pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur lingkungan buatan atau binaan di kawasan perkotaan maupun DAS, dapat dikategorikan sebagai upaya untuk memelihara daya dukung dan daya tampung lingkungan di kawasan itu. Sampai saat ini, belum ada standar baku mengenai ukuran keberhasilan pelestarian fungsi lingkungan untuk kedua kawasan tersebut. Selain itu, ukuran mengenai tingkat pelayanan prasarana dan sarana lingkungan yang sudah dapat dilakukan adalah untuk prasarana dan sarana perkotaan yaitu berdasarkan pedoman Standar Pelayanan Minimum atau SPM Kimpraswil 2001 sedangkan untuk DAS belum ada pedomannya. Berdasarkan pedoman SPM perkotaan tersebut, maka sumber daya lingkungan binaan manmade environment yang digunakan untuk memelihara danatau meningkatkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan maupun perdesaan dapat diperkirakan besarannya. Hasil perkiraan tersebut digunakan untuk merumuskan upaya-upaya pengendalian dampak pembangunan, sedemikian rupa sehingga fungsi sumber daya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang ada dapat terpelihara untuk kemanfaatan generasi sekarang maupun generasi mendatang konsep pembangunan berkelanjutan. 19

2.3 Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan