53
Tabel 7. Analisis Kebutuhan Stakeholder Pada Pelestari
an Lingkungan
No STAKEHOLDER
PRAKIRAAN KEBUTUHAN STAKEHOLDER
1 2
3
A
Masyarakat Pemilik cubluk, Tangki
Septik 1. Tarif retribusi murah
2. Sumur air bersih tidak tercemar
B
Pemerintah Pusat cq. Departemen Teknis
1. Masyarakat mengolah kotorannya sebelum dibuang ke media lingkungan.
2. Tangki septik dikosongkan secara reguler 3. Masyarakat pemiik tangki septik membayar retribusi yang
memadai 4. Masyarakat berhemat dalam memakai air
C
Pemerintah KotaKabupaten cq
Dinas Kebersihan 1. Swasta penyedia jasa penyedot tinja memanfaatkan IPLT
2. Masyarakat menyediakan tangki septik yang baik 3. Masyarakat membayar tarif air limbah
D
Penyedia jasa penyedotan dan
pengangkutan Lumpur tinja.
1. Ada pembebasan tarif pembuangan lumpur di IPLT 2.
Lumpur tinja dapat disedot setiap hari Penerimaan jasa air limbah dapat ditingkatkan
E
Pengelola WCMCK Umum
1. Lingkungan MCKWC Umum tetap bersih 2. Dibebaskan dari retribusi pengelolaan air limbah
3.4.2 Rumusan Masalah
Di dalam rangkaian pengembangan model dinamis, rumusan masalah ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang saling bertentangan
dan berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja pengelolaan lumpur tinja dan pelestarian lingkungan kota.
Pada dasarnya, kebutuhan stakeholder tidak selalu sama satu dengan lainnya. Adanya perbedaan kepentingan tersebut merupakan permasalahan yang
harus diselesaikan. Permasalahan adalah rincian kebutuhan dari para stakeholder
aktor yang saling bertentangan dan memerlukan pemecahan. Permasalahan atau perbedaan kepentingan dapat terjadi antara 2 dua aktor atau lebih. Permasalahan
yang terjadi, pada dasarnya diakibatkan adanya perbedaan persepsi terhadap hak dan tanggung jawab untuk mengelola lingkungan.
Tabel 8 merupakan identifikasi permasalahan yang dijabarkan dari hasil analisis kebutuhan.
54
Tabel 8. Identifikasi Adanya Perbedaan Kebutuhan Permasalahan
No Faktor
Keterangan
1 2
3
1 Tarif Jasa
penyedotan Tinja
Masyarakat menghendaki tarif yang semurah-murahnya sedangkan pengelola menghendaki penerimaan tarif yang
maksimal. Perbedaan kepentingan ini bepengaruh pada mutu hasil pengolahan air limbah setempat apabila pemeliharaan
fasilitasnya tidak memadai.
2 Konsumsi Air
Rumah Tangga Kuantitas air baku setempat dari air sumur yang berkualitas
relatif terbatas. Tetapi jumlah penduduk cenderung meningkat sehingga volume air yang dikonsumsi juga meningkat. Hal itu
berakibat pada peningkatan volume air limbah yang harus diolah sebelum dialirkan ke media lingkungan.
3 Fasilitas
Sanitasi Setempat
Pemerintah menghendaki agar fasilitas Sanitasi setempat Tangki Septik atau Cubluk yang disediakan masyarakat telah
memenuhi standar yang ditetapkan sehingga berfungsi optimum. Namun, masyarakat dan juga pengembang menyesuaikan
dengan daya yang dapat disediakan. Akibatnya, mutu fasilitas sanitasi bervariasi. Bahkan dalam banyak hal tidak memenuhi
standar minimal. Akibatnya, produk olahan fasilitas sanitasi tidak memenuhi syarat dan sumber air baku semakin tercemar.
4 Kesehatan
Masyarakat Pemerintah menghendaki agar memanfaatkan lumpur tinja yang
higienis, memelihara kesehatan lingkungan dan kualitas air tanah dangkal dari pencemaran air limbah yang berasal dari dapur dan
tempat cuci grey water. Pemerintah juga menghendaki agar kasus kematian Balita dapat ditekan serendah mungkin. Untuk
itu diperlukan kontribusi dari masyarakat secara memadai. Namun, pengetahuan Masyarakat tentang hal tersebut relatif
terbatas. Hal tersebut dapat dipelajari dari kecenderungannya dalam
menyediakan anggaran yang terbatas untuk fasilitas sanitasi.
5 Penerimaan
Retribusi Air Limbah
Masyarakat ingin tarif murah atau bahkan gratis, pemerintah ingin agar tarif berbasis cost recovery, artinya harus ada retribusi
dengan nilai yang memadai. Retribusi tersebut diperlukan untuk kelancaran pengelolaan lumpur tinja.
6 Pengumpulan,
pengangkutan Lumpur tinja
Pemerintah menghendaki agar pengumpulan dan pengangkutan lumpur tinja dilakukan sendiri. Swasta menghendaki sebaliknya
sedangkan masyarakat menginginkan pelayanan yang baik dan murah.
7 Pengolahan Air
Limbah dan Produk Olahan
Swasta yang menyediakan jasa angkutan, menghendaki agar tidak dipungut biaya retribusi Pengolahan Lumpur Tinja. Tetapi
pemerintah atau operator memerlukan biaya Operasi Pemeliharaan yang memadai untuk memenuhi standar produk
olahan.
Pengelolaan sumber daya lingkungan di pekarangan rumah, baik yang terlihat di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah tergantung pada
pemahaman dan kesadaran pemiliknya. Pemahaman tentang keterbatasan daya
55 asimilasi air tanah untuk menerima beban cemaran, terkait pula dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang memiliki rumah beserta pekarangannya. Sebelum masalah terjadi misalnya kekeringan sumur atau air sumur menjadi bau dan
berasa, maka pengambilan air tanah cenderung tanpa batas. Demikian pula pengaliran air limbah ke media lingkungan cenderung tidak dilengkapi dengan
fasilitas pengolah air limbah. Sementara itu, hak dan kewajiban masyarakat maupun pemerintah telah
diatur dalam undang-undang pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam pasal 5 UU-231997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, termasuk menerima informasi mengenai lingkungan hidup dan perannya dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Hak-hak masyarakat untuk berperan dan pelaksanaan perannya dalam pengelolaan lingkungan hidup, diatur pula dalam
pasal 7 undang-undang pengelolaan lingkungan tersebut. Sebaliknya, di dalam pasal 6 UU-231997 ditegaskan mengenai kewajiban setiap orang untuk
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kewajiban dan
kewenangan pemerintah di dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dan mengatur serta menguasai sumber daya lingkungan, masing- masing diatur di
dalam pasal 10 dan pasal 8 UU-231997 tersebut. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kepentingan maupun standar kehidupan.
3.4.3 Identifikasi Sistem.