84 2-49 koli tinja faecal coliform100ml. Syarat maksimum yang diperbolehkan
untuk air bersih adalah 50 total coliform100ml atau 0 koli tinja faecal coli100ml PerMenKes 1990. Hal itu berarti bahwa fasilitas sanitasi kota
Majalaya belum terpelihara secara memadai sehingga limbah rumah tangga diperkirakan telah mencemari sumber air penduduk.
Penyediaan prasarana dan sarana sanitasi, pada dasarnya terkait dengan banyaknya air limbah rumah tangga yang dibangkitkan. Banyaknya air limbah
rumah tangga terkait erat dengan konsumsi air minum rumah tangga Dari hasil analisis data primer terhadap konsumsi air minum menyimpulkan bahwa
konsumsi rata-rata air minum kota Majalaya adalah 252.675 literoranghari, sedangkan angka maksimum dan minimumnya adalah 356 literoranghari dan
149.35 literoranghari. Hal itu berarti bahwa volume bangkitan air limbah kota Majalaya pada tahun 2005 adalah 80 x 252.675 literoranghari x 141 469 +
2 980 jiwa = 29 198 920.86 m
3
hari.
4.4.4 Prasarana dan Sarana Perumahan
Ketersediaan dan keadaan prasarana dan sarana perumahan dikaji dari banyaknya rumah i berdinding tembok, ii berlantai keramik, iii berfasilitas
listrik, dan iv berukuran luas lantai 45 m
2
, serta v kepadatannya dalam suatu kawasan.
Secara umum, rumah penduduk di daerah penelitian relatif baik karena lebih dari 67 berdinding tembok, lebih dari 97 berlantai keramik dan 97
berfasilitas listrik. Namun, dari ketiga aspek tersebut, kota Majalaya masih lebih baik bila dibandingkan dengan kecamatan lain di daerah pelayanan IPLT maupun
di kabupaten Bandung. Ditinjau dari keberadaan rumah yang memiliki luas lantai 45 m
2
, di kota Majalaya jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan kecamatan lain di
daerah pelayanan IPLT maupun kabupaten Bandung. Namun demikian, kepadatan rumah di kota Majalaya lebih tinggi bila dibandingkan kecamatan lain
di daerah pelayanan IPLT maupun di kabupaten Bandung. Ditinjau dari angka perubahannya selama 3 tiga tahun, rumah tembok di kota Majalaya cenderung
bertambah, rumah berlantai keramik cenderung berkurang dan rumah berfasilitas listrik relatif tetap, tetapi rumah dengan luas lantai 45 m
2
cenderung turun.
85 Sementara itu kepadatan rumah cenderung meningkat. Hal itu mengindikasikan
bahwa tipe rumah yang dibangun di kota Majalaya adalah rumah tipe lebih kecil dengan ukuran luas 45 m
2
. Ketersediaan dan keadaan prasarana dan sarana perumahan dari tahun 2000-2006 dirangkum pada Tabel 14.
Tabel 14. Keadaan Prasarana dan Sarana Rumah 2000-2004
No Uraian
Satuan 2002
2003 2004
1 2
3 6
7 8
Majalaya
a. Rumah tembok unittotal rumah
0.76 0.85
0.81 b. Rumah lantai keramik
unittotal rumah 1.00
0.96 0.98
c. Rumah dengan listrik PLN+Non PLN
unittotal rumah 0.99
0.98 0.99
d. Rmh dgn lantai 45 unittotal rumah
0.36 0.52
0.34 1
e. Kepadatan Rumah unitha
13.45 13.91
13.80
Daerah Pelayanan IPLT
a. Rumah tembok unittotal rumah
0.73 0.80
0.73 b. Rumah lantai keramik
unittotal rumah 0.99
0.98 0.97
c. Rumah dengan listrik PLN+Non PLN
unittotal rumah 0.98
0.99 0.99
d. Rmh dgn lantai 45 unittotal rumah
0.30 0.39
0.46 2
e. Kepadatan Rumah unitha
5.15 5.33
5.43
Kabupaten Bandung
a. Rumah tembok unittotal rumah
0.70 0.70
0.67 b. Rumah lantai keramik
unittotal rumah 0.94
0.98 0.97
c. Rumah dengan listrik PLN+Non PLN
unittotal rumah 0.97
0.98 0.99
d. Rmh dgn lantai 45 unittotal rumah
0.37 0.38
0.41 3
e. Kepadatan Rumah unitha
3.38 3.49
3.59 Sumber : Suseda, diolah
Pada skala daerah pelayanan IPLT, rumah tembok relatif tidak berubah, rumah berlantai keramik cenderung turun, rumah berfasilitas listrik relatif tetap, rumah
dengan luas lantai 45 m
2
dan kepadatan rumah cenderung bertambah. Pada skala kabupaten Bandung, rumah tembok cenderung turun tetapi rumah berlantai
keramik cenderung bertambah. Rumah berfasilitas listrik dan rumah dengan luas lantai 45 m
2
serta kepadatan rumah cenderung bertambah, Dinamika perubahan fasilitas rumah di ketiga kategori wilayah tersebut
mengindikasikan terjadinya pergeseran pembangunan rumah dengan luas lantai 45 m
2
keluar kota Majalaya.
86
4.5 Keadaan Sosial Ekonomi