Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPLT
2.1.1 IPLT dan Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya memenuhi kebutuhan saat ini dengan tidak mengabaikan kemampuan generasi masa datang untuk memenuhi
kebutuhannya Marten 2001. Perangkat kebijakan untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut adalah AGENDA 21 yaitu suatu Cetak Biru Blue Print
untuk acuan melakukan kegiatan atau tindakan action pembangunan berkelanjutan sustainable development pada abad 21. Agenda ini memuat
berbagai hal yang mencakup aspek fisik, biologi, sosial ekonomi dan budaya termasuk di dalamnya penerapan pembangunan itu sendiri. Konsepsi dasar
pembangunan berkelanjutan di dalam Agenda 21 tersebut adalah “membangun yang tidak merusak lingkungan yaitu pembangunan yang arif dan bijaksana
sehingga kualitas lingkungan selalu terjaga sepanjang masa”. Agenda 21 dunia digunakan sebagai acuan untuk menyusun Agenda masing-
masing negara termasuk Indonesia. Kebijakan pengelolaan limbah tertera pada bagian ke-2 Agenda 21 dunia Konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam
untuk pembangunan, dan bagian ke-2 Agenda 21 Indonesia Pengelolaan limbah. Strategi untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut adalah i
minimisasi limbah, ii maksimisasi daur ulang dan pengomposan, iii meningkatkan pelayanan, iv meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah
yang akrab lingkungan KMNLH 1997. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan berkelanjutan, maka pada konferensi tingkat tinggi bangsa-bangsa
di Johanesburg 2002 disepakati untuk menetapkan tujuan pembangunan yang harus dicapai pada akhir tahun 2015. Tujuan pembangunan tersebut dikenal
dengan Millenium Development Goal 2015 MDG-2015. Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah bahwa setengah penduduk yang belum memperoleh akses
terhadap hasil pembangunan, harus sudah terlayani pada akhir tahun 2015. Di bidang sanitasi, setengah dari penduduk yang belum mendapat akses ke fasilitas
sanitasi yang diperbaiki, harus sudah terlayani pada akhir tahun 2015. Rumusan
11 sasaran tersebut adalah : Penduduk dilayani tahun 2015 = [Fraksi Penduduk
dilayani pada tahun 2000 + 0.5 fraksi penduduk dilayani tahun 2015 – fraksi penduduk dilayani tahun 2000] × Jumlah Penduduk tahun 2015.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IPLT merupakan salah satu upaya
terencana untuk meningkatkan pengolahan dan pembuangan limbah yang akrab lingkungan. IPLT adalah unsurkomponen sistem pengelolaan air limbah rumah
tangga yang dibangun di daerah perkotaan dan berfungsi mengolah lumpur tinja faecal sludge sehingga hasil olahannya tidak mencemari lingkungan, bahkan
dapat digunakan kembali untuk keperluan pertanian. Bahan baku IPLT adalah lumpur tinja yang terakumulasi di cubluk dan tangki septik yang secara reguler
dikuras atau dikosongkan kemudian diangkut ke IPLT dengan menggunakan truk tinja. Volume lumpur tinja yang terakumulasi di dalam cubluk atau tangki septik
adalah sekitar 40-70 literkapitatahun Eawag-Sandec 2003. Hasil olahan IPLT berupa lumpur kering dan fraksi air yang pada derajat kualitas tertentu sudah
dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya dan dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan pertanian.
Pengolahan lumpur tinja di IPLT merupakan pengolahan lanjutan karena lumpur tinja yang telah dio lah di tangki septik, belum layak dibuang ke media
lingkungan. Oleh karena itu, pengolahan lumpur tinja di IPLT ditujukan untuk memastikan bahwa lumpur tinja yang dibuang lebih higienis sehingga tidak
mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat. Di dalam pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan lumpur tinja merupakan sebagian dari
upaya untuk memelihara lingkungan hidup. Sistem IPLT merupakan salah satu pendekatan atau pilihan teknologi dalam
sistem pengelolaan air limbah rumah tangga domestik. Sebagaimana tertera pada Gambar 2, sistem pengelolaan air limbah terdiri dari berbagai unsur, dan
penerapannya berbeda dari lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Pengelolaan kotoran manusia di daerah perdesaan umumnya menggunakan kakus jongkok
yang diletakkan diatas lubang tanah yang disebut cubluk pit latrine atau yang dibawahnya diberi tempat pengumpul tinja. Kotoran tinja padat dapat diolah di
tempat di dalam cubluk atau diangkut dengan gerobak ke suatu lokasi tertentu
12 untuk diolah. Pengola han kotoran padat tersebut dilakukan dengan menggunakan
teknologi kompos yang menghasilkan pupuk organik atau gas bio.
SUMBER: Diolah dari PACEY 1978, UNEPGPA 2000, Straus dan Monttangero 2003, EawagSandec 2003
Gambar 2. Unsur-Unsur Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga dan Berbagai Cara Kombinasinya
Pengelolaan air limbah di daerah perkotaan, umumnya menggunakan sistem setempat on-site system atau sistem terpusat centralized system atau off site
system. Hasil olahan limbah yang menggunakan sistem setempat maupun sistem terpusat, apabila pengolahannya memadai, secara teoritis dapat dimanfaatkan
kembali misalnya untuk irigasi, pupuk organik dan air baku air minum. Sistem IPLT faecal sludge treatment, merupakan bagian dari sistem sanitasi setempat
on-site system dan dikelola secara terdesentralisasi decentralized. Sistem IPLT
Keterangan: Elemen atau unsur-unsur sistem Sanitasi Air Limbah kota berbasis IPLT
Aliran proses pengelolaan Air Limbah berbasis IPLT Eksisting Potensi Pemanfaatan hasil olahan air limbah Daur Ulang di Indonesia
TEMPAT BUANGAN DISPOSAL
Gas B io
EmberBin
Cubluk Basah
Tangki Septik
TS Gerobak
Truk Tinja
Pipa Outlet TS
Pupuk
Irigasi
Kakus Jongkok
Kakus Gelontor
Siram Kakus
Gelontor dg bak
Pengge- lontor
Bidang Resapan
PENGUMPULAN PENGANGKUTAN
PENGOLAHAN PEMANFAATAN
DAUR ULANG
IPAL Terpusat
IPLT
Cubluk Kering
Komposter
Air Tanah
Air Baku Minum
IPAL Komunal
Budidaya Kolam Air
Sewerasi perpipaan
Air Permukaan
Sungai, danau dll
PEMBUANGAN
Irigasi
13 dibangun di pinggiran kota peri urban atau di kota sedang dan kota kecil,
khususnya negara- negara berkembang yang pendapatannya termasuk kategori menengah ke bawah. Pengelolaan air limbah dengan pendekatan konvensional
dan terpusat centralized yang mengalirkan air limbah melalui sistem pipa sewerasi ke Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL umumnya digunakan
untuk kota besar danatau kota kota yang penduduknya padat. Pengelolaan air limbah terpusat untuk kategori kota sedang dan kota kecil serta pinggiran kota
banyak mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengumpulkan, membuang limbah rumah tangga dan lumpur tinja dari tangki
septik. Hal tersebut disebabkan karena biaya investasi maupun biaya operasi serta pemeliharaan sistem terpusat relatif mahal sehingga keberlanjutan operasionalnya
sulit dijamin bila diaplikasikan di daerah pinggiran kota atau kota sedang dan kota kecil. Oleh karena itu, penerapan sistem terdesentralisasi merupakan perubahan
paradigma dalam sistem pengelolaan air limbah rumah tangga Bakir 2001, Ingallinella et al. 2002, Parkinson dan Tayler 2003.Walaupun demikian,
pengembangan sistem IPLT harus disertai dengan peningkatan kapasitas capacity building kepada lembaga pengelolanya maupun kepada masyarakat pemilik
tangki septik dan peningkatan teknologi sistem sanitasi setempat sedemikian sehingga lebih dapat dijamin keberlanjutannya.
IPLT mengolah lumpur tinja dari tangki septik dan fasilitas sanitasi setempat yang sejenis. Oleh karena itu, keberadaan dan kelangsungan operasionalnya
sangat tergantung kepada keberadaan dan kemajuan teknologi tangki septik. Sejalan dengan pengembangan IPLT, dilakukan pula berbagai upaya perbaikan
teknologi tangki septik untuk meningkatkan efisiensi dan daya reduksinya terhadap bahan pencemaran yang masuk. Pengembangan tangki septik bersekat
banyak multi baffled, dilakukan oleh Ingallinella et al. 2003, Wanasen 2003. Sekat tersebut ditujukan untuk memperbesar kemampuan reduksi beban cemaran
yang masuk ke dalam tangki septik. Selain itu, perbaikan teknologi dilakukan pula terhadap unit pengolah tambahan di luar tangki septik Koné dan Straus 2004
misalnya bidang resapan bervegetasi vegetated leach field dan lahan basah terkonstruksi constructed wetland. Perbaikan teknologi tersebut selain untuk
14 meningkatkan daya reduksi beban cemaran di sumbernya, juga ditujukan untuk
memperingan beban operasional IPLT.
2.1.2 Komponen sistem yang mempengaruhi IPLT