Model dan Pemodelan Model

23 dalam radius kurang dari 15 km, ii dekat dengan badan air, iii berjarak minimum 5 km dari lokasi permukiman. Selain itu, kriteria-kriteria yang tertera dalam Standar Nasional Indonesia SNI tentang tata cara pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah sering digunakan pula sebagai acuan dalam memilih lokasi IPLT DPU 1991. Meskipun kriteria-kriteria tersebut telah mewakili aspek teknis operasional, lingkungan dan sosial-ekonomi, hasil pemilihan lokasi sering tidak sesuai dengan keinginan pemerintah daerah setempat. Oleh karena itu, dalam proses pemilihan lokasi IPLT mulai digunakan pendekatan partisipatif dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan metode “Analytical Hierarchy Process AHP” yang dikembangkan oleh Saaty 1980. Variabel-variabel keputusan yang digunakan dan ditawarkan kepada stakeholder dipilih dari kriteria-kriteria yang tertera dalam SNI ditambah variabel lain yang diusulkan oleh stakeholder pada saat proses perumusan berlangsung. Pendekatan inipun seringkali belum memuaskan, karena sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan persepsi perwakilan stakeholder pada masalah yang dihadapi dan harus diselesaikan. Oleh karena itu, ketika yang mewakili berubah, maka keputusan yang telah dicapai pada proses sebelumnya seringkali berubah sehingga waktu yang diperlukan dalam pengambilan keputusan secara partisipatif menjadi bertambah.

2.4 Model Dan Pendekatan Sistem

2.4.1 Model dan Pemodelan Model

, adalah abstraksi atau penyederhanaan dari sistem atau dari keadaan yang sebenarnya atau suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses Muhammadi et al. 2001. Model, pada dasarnya merupakan gambaran suatu realitas dari seorang pemodel dan menjadi jembatan antara dunia nyata real world dengan dunia berpikir thinking untuk memecahkan masalah Fauzi dan Anna 2005. Atas dasar hal tersebut, maka pemodelan modeling merupakan proses berpikir melalui urutan urutan yang logis. Model dapat dikelompokkan menjadi model non fisik kuantitatif, kualitatif dan model fisik atau ikonik. Model kuantitatif adalah model yang 24 berbentuk rumus-rumus matematik, statistik, atau komputer. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram, atau matriks, yang menyatakan hubungan antar unsur. Dalam model kualitatif tidak digunakan rumus-rumus matematik, statistik, atau komputer. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau diperkecil. Dengan model ikonik tersebut dapat diadakan percobaan untuk mengetahui perilaku gejala atau proses yang ditirukan. Pendekatan untuk membangun model, juga bervariasi tergantung jenis dan tujuannya. Dalam membangun model fisik, bentuk yang ditirukan sama dengan bentuk yang akan dibangun, namun dibedakan ukuran atau skalanya. Model fisik skala laboratorium, meskipun ukurannya kecil proses operasinya harus sama dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, model Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL skala laboratorium yang ukurannya bisa dirancang 110 atau 1100 skala sebenarnya, dioperasikan dengan mengalirkan air limbah yang kuantitasnya disesuaikan dengan ukuran atau skala laboratorium tersebut. Model fisik skala laboratorium tersebut dibangun untuk mempelajari efisiensi dan efektifitas unit yang dimodelkan sebelum dibangun skala prototipnya. Hasil model fisik tersebut adalah kriteria disain dan syarat syarat operasi dan pemeliharaan apabila diinginkan tingkat efisiensi dan efektifitas tertentu. Model kuantitatif yang menggunakan rumus matematis dikembangkan dengan menggunakan pendekatan statistik dan dibantu pengolahannya dengan alat komputer. Lohani 1979, 1981 mengembangkan model untuk menilai efektifitas pengelolaan sampah di beberapa negara asia dengan menggunakan analisis taxonomi dan analisis faktor. Model tersebut merupakan angka komposit dari sejumlah variabel yang terkait dengan pengelolaan sampah. Model yang dihasilkan memberi gambaran tentang keadaan dan peringkat pengelolaan sampah negara-negara yang termasuk ke dalam penilaian. Model matematis dengan menggunakan analisis Skalogram Rustandi et al. 2004 dilakukan untuk menilai perkembangan wilayah. Model ini juga merupakan angka komposit dari sejumlah variabel yang terkait dengan perkembangan wilayah. Model yang dihasilkan memberi gambaran tentang keadaan dan peringkat perkembangan wilayah dan 25 kemampuan wilayah dalam melayani penduduknya. Model matematis lainnya yang dikembangkan dalam rangka menilai keadaan atau peringkat program pembangunan manusia, program peningkatan kesejahteraan masyarakat dan program peningkatan kesetaraan gender dilakukan oleh BPS, Bappenas, UNDP 2004. Model- model tersebut memberi gambaran tentang keadaan dan peringkat wilayah-wilayah yang diperbandingkan dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya yang dinilai dari Human Development Index HDI, Human Poverty Index HPI, Gender related Development Index GDI dan Gender Empowerment Measure GEM. Model yang menggunakan pendekatan sistem dinamis, telah dikembangkan untuk menjawab berbagai pertanyaan strategis dari ratusan perusahaan dan lembaga pemerintah selama lebih dari 40 tahun Sterman 2000, Mayo dan Wichman 2003. Masalah-masalah yang dikaji dan diselesaikan bervariasi seperti masalah rantai pengadaan Ge et al. 2005, Venkateswaran dan Song 2005, Vieira dan César Jr. 2005, sumberdaya air Simonovic 2002, 2003, pendidikan Park, Chan dan Verma 2003, mitigasi lingkungan Saeed dan Fukuda 2003, pengelolaan tempat pembuangan sampah akhir secara tebar urug atau Sanitary Landfill Tipton dan Wigal 2004. Namun, sebagian besar penerapannya berhubungan dengan kebijakan dan manajemen. Sementara itu, kharakteristik pendekatan sistem dinamis adalah adanya hubungan sebab akibat, adanya umpan balik feed back loop, ada respons waktu tunda, ada respons non linier, ada gambaran aturan pengambilan keputusan. Dengan karakteristik tersebut, pemodelan sistem dinamis telah dilakukan untuk 3 tiga tujuan Angerhofer dan Angelides 2000 yaitu i membangun teori, ii penyelesaian masalah Kummerow 1999, Hines and House 2001, Black and Repeening 2001, Powell at al. 2002, dan iii perbaikan pendekatan pemodelan itu sendiri Maani and Maharaj 2004, Schwaninger 2004. Upaya membangun teori dan perbaikan model meskipun dilakukan melalui kombinasi konsep system thinking, soft operation research dan sistem dinamik. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh penemu sistem dinamik Forrester 1994 , struktur umpan balik level tampungan dan rate aliran di dalam sistem dinamik tetap merupakan landasan untuk menggambarkan keadaan nyata dari sistem sosial dan sistem fisik. 26 Model- model non fisik untuk membantu proses pengambilan keputusan, khususnya yang menggunakan pendekatan sistem dinamik, dapat dinyatakan baik apabila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang ditirukan relatif kecil. Model yang memenuhi syarat dan mampu dijadikan sarana analisis kebijakan haruslah merupakan wahana untuk menemukan jalan dan cara intervensi yang efektif dalam suatu sistem Tasrif 2001. Oleh karena itu, model yang dibentuk untuk tujuan tersebut harus memenuhi syarat berikut: a. Mempunyai unsur waktu karena pengaruh intervensi kebijakan merupakan kejadian berikutnya b. Mampu mensimulasikan berbagai intervensi dan dapat memunculkan perilaku sistem karena adanya intervensi tersebut c. Perilaku sistem tersebut dapat merupakan perilaku yang pernah dialami dan teramati historis ataupun perilaku yang belum pernah teramati d. Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang pengaruhnya dapat berbeda secara dramatik dalam jangka pendek maupun jangka panjang e. Mampu menjelaskan me gapa suatu perilaku tertentu dapat terjadi Penggunaan model akan sangat bermanfaat bila menghadapi suatu sistem yang kompleks Muhammadi et al. 2001. Di dalam menghasilkan bangunan pemikiran model yang bersifat sistemik, terdapat lima langkah yang dapat ditempuh yaitu i identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata, ii identifikasi kejadian yang diinginkan, iii identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan keinginan, iv identifikasi dinamika menutup kesenjangan, v analisis kebijakan. Identifikasi proses dilakukan untuk mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata actual transformation yang menimbulkan kejadian nyata actual state. Proses nyata tersebut merujuk kepada objektivitas dan bukan proses yang didasarkan atau subyektivitas. Selanjutnya, identifikasi kejadian yang diinginkan dilakukan untuk memikirkan kejadian yang seharusnya, yang diinginkan, yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan desired state. Proses tersebut merujuk kepada waktu mendatang, pandangan ke depan atau visi. Agar visi tidak dianggap mimpi, maka perumusannya harus memenuhi kriteria layak feasible dan dapat diterima acceptable. Layak artinya dapat diantisipasi akan 27 menjadi kenyataan, sedangkan dapat diterima artinya dapat diantisipasi tidak akan menimbulkan tantangan. Dengan dua kriteria tersebut, maka pemikiran terhadap batasan kejadian dengan kinerja sistem yang direncanakan akan bersifat mantap stable dalam dalam mengantisipasi dinamika perubahan masa lampau maupun masa mend atang. Identifikasi kesenjangan antara kenyataan dengan yang diinginkan diperlukan untuk mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi. Ukuran tingkat kesenjangan dinyatakan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif. Selanjutnya, identifikasi mekanisme menutup kesenjangan dilakukan untuk mengenali dinamika variabel- variabel dan mekanisme proses untuk menutup kesenjangan yang terjadi. Dinamika tersebut merupakan aliran informasi tentang keputusan- keputusan yang telah bekerja dalam sistem. Keputusan-keputusan tersebut pada dasarnya adalah pemikiran yang dihasilkan melalui proses pembelajaran learning, yang dapat bersifat reaktif ataupun kreatif. Pemikiran reaktif ditunjukkan dengan tindakan yang bentuk atau polanya sama dengan tindakan masa lampau dan kurang antisipatif terhadap kemungkinan kejadian masa mendatang. Sebaliknya, pemikiran kreatif ditunjukkan dengan tindakan yang bentuk atau polanya berbeda dengan tindakan masa lampau dan dapat bersifat penyesuaian tindakan masa lampau adjustment ataupun berorientasi ke masa datang visionary, bersifat baru atau terobosan. Sebagai sebuah proses dinamis, mekanisme tersebut bekerja dalam dimensi waktu karena perencanaan suatu tindakan sampai ke pelaksanaannya memerlukan waktu. Sementara itu sistem yang ada tetap bekerja menghasilkan kinerja dan mempengaruhi tingkat kesenjangan antara kejadian aktual dengan seharusnya. Analisis kebijakan adalah proses penyusunan alternatif tindakan atau keputusan policy yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata actual transformation sebuah sistem dalam menciptakan kejadian nyata actual state. Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan desired state. Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi bentuk-bentuk intervensi, baik yang bersifat struktural atau fungsional. Intervensi struktural bersifat mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional bersifat mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem. Pengembangan dan 28 penetapan alternatif intervensi tersebut dipilih setela h melakukan pengujian dengan simulasi komputer ataupun simulasi pendapat. Kriteria yang digunakan untuk memilih alternatif adalah aman dan efektif. Aman berarti keputusan yang diambil tidak mengakibatkan sistem menjadi labil atau collaps, sedangkan efektif menyatakan berfungsinya keputusan untuk mencapai kejadian yang diinginkan.

2.4.2 Sistem dan Pendekatan Sistem