Rumusan Kebijakan Peningkatan Cakupan Pelayanan

157 Hasil rumusan kebijakan peningkatan pengelolaan air limbah rumah tangga Tabel 45 menunjukkan bahwa: a. Skenario pesimis dapat meningkatkan daya tampung lingkungan dari 0.58 sampai dengan 1.43 pada skala indeks atau peningkatan 0.06 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. Tabel 46 Rumusan Skenario Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Skenario Kebijakan No Unsur yang dinilai Satuan Eksisting Pesimis Moderat Optimis Ideal 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Penduduk Kota Jiwa 179 499 558 446 558 446 855 384 855 384 2 Daerah Layanan Kota kecamatan 1 4 4 6 6 m3 2 414 409 4 932 862 3 141 665 2 975 541 51 890 3 Limbah di Badan Air m3kapita 13.45 8.83 5.63 3.48 0.06 4 Daya Tampung Lingkungan Kota Kghari -1 518 449 - 615 926 55 447 225 557 60 715 5 Indeks Daya Tampung Lingkungan Kota Tanpa Satuan 0.58 1.43 15.89 64.67 17.41 6 Retribusi per pelanggan Rupiah 10 035 3 576 3 099 2 259 1 713 b. Skenario moderat dapat meningkatkan daya tampung lingkungan dari 1.43 pada skala indeks sampai dengan 15.89 skala indeks atau peningkatan 0.96 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. c. Skenario optimis dapat meningkatkan daya tampung lingkungan dari 15.89 sampai dengan 64.67 pada skala indeks atau peningkatan 4.88 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. d. Skenario ideal mengurangi daya tampung lingkungan dari 64.67 menjadi dengan 17.41 pada skala indeks atau penurunan 2.36 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. Dari hasil rumusan tersebut terdapat indikasi bahwa skenario kebijakan optimis 60 cakupan pelayanan menghasilkan peningkatan pelayanan pengelolaan air limbah yang optimum.

6.2 Rumusan Kebijakan Peningkatan Cakupan Pelayanan

Hasil simulasi peningkatan cakupan pelayanan mengindikasikan bahwa daya tampung lingkungan hidup perkotaan dapat ditingkatkan. Hal itu berarti 158 bahwa peningkatan jumlah fasilitas pengolahan air limbah setempat dapat meningkatkan daya tampung lingkungan. Cakupan pelayanan 20, 35, 50 dan 60 tersebut masing masing menghasilkan peningkatan indeks daya tampung lingkungan sebesar 6.1 skala indeks 20-35, 9.1 skala indeks 35-50 dan 9.1 skala indeks 50- 60. Hal itu berarti bahwa peningkatan cakupan pelayanan dari 50 menjadi 60 menghasilkan peningkatan daya tampung lingkungan yang optimum yaitu 0.91 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. Suatu telaahan empiris menyatakan bahwa peningkatan 10 akses penduduk ke fasilitas sanitasi yang diperbaiki dapat mengurangi 6.37 kasus diare dan mengurangi kasus kematian bayi sebesar 17.9 kasus per 1000 penduduk. Atas dasar hal tersebut, maka peningkatan pelayanan dari 20 menjadi 35, diperhitungkan dapat menurunkan kasus penyakit diare sebesar 9.56 kasus per 1000 penduduk dan menurunkan kasus kematian bayi sebesar 26.9 kasus per 1000 penduduk. Sementara itu, sampai dengan akhir tahun 2004, jumlah kasus penyakit diare di kota Majalaya adalah 8 kasus per 1000 penduduk. Oleh karena itu, peningkatan cakupan pelayanan diperkirakan mampu mengendalikan terjadinya kasus penyakit diare dimasa datang. Fasilitas sanitasi setempat yang perlu ditingkatkan adalah jumlah tangki septik dengan jumlah bidang resapan atau unit pengolah lanjutan setelah tangki septik harus sama banyaknya. Selain itu, jumlah tangki septik yang ditambah kemampuan teknologinya juga ditingkatkan. Secara teknis hal tersebut relatif mudah dilakukan apabila ada subsidi atau insentif dari pemerintah daerah atau lembaga pengelola sistem IPLT. Insentif atau subsidi tersebut berasal dari penyisihan sebagian laba operasional yang diterima pengelola. Kepada masyarakat dapat ditawarkan pilihan untuk melaksanakan sendiri perbaikan fasilitas sanitasi yang diperlukan atau dibantu perbaikannya oleh pemerintah yang akan menunjuk kontraktor pelaksananya. Pilihan masyarakat mungkin berbeda dari lokasi yang satu dengan lokasi lainnya. Masyarakat yang tinggal di kompleks perumahan mungkin akan memilih menyerahkan perbaikan sarana sanitasi kepada kontraktor, tetapi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran kota mungkin memilih melaksanakan sendiri perbaikan yang diperlukan. Oleh karena 159 itu, diperlukan survey dan penyuluhan penyuluhan untuk acuan pelaksanaan kebijakan di lapangan.

6.3 Rumusan Kebijakan Pengangkutan Lumpur Tinja Secara Terjadwal