95 tangki septik adalah sekitar Rp 20 000.- atau setengah dari tarif yang telah
dibayar sebelumnya. Apabila frekuensi pengurasan tangki septik rata rata diasumsikan 2 tahun
sekali dan tarif pengurasan tersebut dikonversikan menjadi tarif bulanan, maka untuk tarif sebesar Rp 75 000.- ekivalen dengan Rp 1 562.5pelangganbulan,
tarif sebesar Rp 40 000.- ekivalen dengan Rp 833.33pelangganbulan. Tabel 23. Biaya Penyedotan Tinja di 3 tiga kecamatan
Biaya Penyedotan Tinja Kecamatan
Ibun Kecamatan
Ciparay Kecamatan
Rancaekek Rata-rata
1 2
3 4
5
a. Rp 40.000 28.00
57.14 71.43
52.19 b. Rp 45.000 – Rp 50.000
8.00 8.57
11.43 9.33
c. Rp 50.000 – Rp 75.000 4.00
2.86 2.86
3.24 d. Rp 75.000 – Rp 100.000
0.00 0.00
0.00 0.0
e. Rp 100.000 0.00
0.00 0.00
0.0 Tidak Menjawab
60.00 31.43
14.29 35.24
Jumlah 100.00
100.00 100.00
100.00 Sumber: Hasil Survey 2005
4.6.2.3 Pengolahan Lumpur Tinja di IPLT
Pengolahan lumpur tinja terkait erat dengan frekuensi pengangkutan dan volume lumpur tinja yang disedot. Volume lumpur yang disedot per hari
diperkirakan sebesar 17.51 m
3
hari atau 78.17 dari volume lumpur tinja kota Majalaya dan 27.59 dari total volume lumpur yang dibangkitkan di daerah
pelayanan IPLT. Sementara itu, pengoperasian IPLT Cibeet tidak berlangsung setiap hari,
bahkan menganggur. Hal itu mengindikasikan bahwa lumpur tinja yang telah disedot tidak dikirim ke IPLT untuk diolah, melainkan dibuang ke media
lingkungan seperti sungai dan lahan kosong.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keadaan Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan
Uraian pada Bab IV telah menjelaskan keadaan lingkungan daerah penelitian secara sektoral, tetapi belum dapat memberi gambaran menyeluruh
tentang kondisi pelestarian fungsi lingkungan kota Majalaya dan kota kecamatan lainnya yang terletak di daerah pelayanan IPLT maupun kota lain yang terletak di
kabupaten Bandung, tetapi di luar daerah pelayanan IPLT. Walaupun demikian, keadaan sanitasi di kota Majalaya dinilai paling buruk bila dibandingkan kota
kecamatan lainnya. Pada bab berikut ini akan dibahas keadaan pelestarian fungsi lingkungan perkotaan dengan mengunakan pendekatan komprehensif yang
dibangun dari variabel yang terkait.
5.1.1 Analisis Faktor Untuk Indeks Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan
Evaluasi terhadap keadaan pelestarian fungsi lingkungan perkotaan di daerah penelitian didasarkan pada hasil perhitungan dan analisis variabel- variabel
yang menjelaskan 2 dua aspek yang berbeda yaitu i ketersediaan prasarana dan sarana kota termasuk proses pemanfaatannya oleh masyarakat, dan ii
keadaan kehidupan dan penghidupan penduduk yang memanfaatkan prasarana dan sarana kota yang disediakan. Ketersediaan prasarana dan sarana beserta
proses pemanfaatannya menjelaskan besarnya masukan input investasi dan upaya pemanfaatannya. Keadaan kehidupan dan penghidupan penduduk
menjelaskan output keluaran dan hasil outcome dari investasi dan proses pemanfaatan investasi yang telah dilakukan.
Hasil analisis yang menggunakan metoda Analisis Faktor Tabel 24 menghasilkan jumlah faktor yang berbeda untuk setiap tahun pengamatan.
Namun persen kumulatif yang dihasilkan berkisar antara 69.94 2000 hingga 79.02 2004. Hal tersebut mengindikasikan bahwa parameter yang membentuk
setiap variabel telah merepresentasikan pelestarian fungsi lingkungan perkotaan. Nilai bobot faktor dan komunalitas bobot faktor berkisar antara 0.350.70 hingga