55 asimilasi air tanah untuk menerima beban cemaran, terkait pula dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang memiliki rumah beserta pekarangannya. Sebelum masalah terjadi misalnya kekeringan sumur atau air sumur menjadi bau dan
berasa, maka pengambilan air tanah cenderung tanpa batas. Demikian pula pengaliran air limbah ke media lingkungan cenderung tidak dilengkapi dengan
fasilitas pengolah air limbah. Sementara itu, hak dan kewajiban masyarakat maupun pemerintah telah
diatur dalam undang-undang pengelolaan lingkungan hidup. Di dalam pasal  5 UU-231997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, termasuk menerima informasi mengenai lingkungan hidup dan perannya dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Hak-hak masyarakat untuk  berperan dan pelaksanaan perannya dalam pengelolaan lingkungan hidup, diatur pula dalam
pasal  7 undang-undang pengelolaan lingkungan tersebut. Sebaliknya, di dalam pasal  6 UU-231997 ditegaskan mengenai kewajiban setiap orang untuk
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Kewajiban dan
kewenangan pemerintah di dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan dan mengatur serta menguasai sumber daya lingkungan, masing- masing diatur di
dalam pasal 10 dan pasal  8 UU-231997 tersebut. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan kepentingan maupun standar kehidupan.
3.4.3  Identifikasi Sistem.
Identifikasi sistem diperlukan sebagai landasan pengembangan model dinamis. Identifikasi sistem didekati dengan metoda input-output dan diagram
lingkar sebab akibat causal-loop yang menggunakan faktor- faktor permasalahan yang dikembangkan pada Tabel 8.
Hasil identifikasi sistem dengan menggunakan metode diagram lingkar sebab-akibat  causal loop disajikan pada Gambar  7  skala  pelestarian  fungsi
lingkungan  perkotaan  dan Gambar  8 skala  pengelolaan air limbah rumah tangga.  Identifikasi sistem skala  pengelolaan air limbah rumah tangga dengan
menggunakan pendekatan  input-output disajikan pada Gambar 9.
56
PS Perumahan
PS Air Minum Dan Sanitasi
+
Rumah Tak Sehat
-
Beban Cemaran
-
Lingkungan Tak Sehat
+ -
PS Kesehatan
+ -
Penduduk Berobat
+
Kasus Penyakit
- +
Ps Pendidikan
+
Penduduk Bersekolah
Penduduk Berijazah
+ +
Penduduk Melek Huruf
+
PS Ekonomi Peluang
Bekerja
+ +
Penduduk Bekerja
+ +
+
Daya Beli Masyarakat
+ -
-
+
+ +
kebijakan pembangunan
perumahan dan permukiman
Kebijakan pelayanan minimal
PS Air Minum Sanitasi
Kebijakan pelayanan
Kesehatan
Kebijakan Pelayanan
Pendidikan
+
Kebijakan pembangunan
prasarana dan sarana perekonomian
Gambar 7.  Diagram Lingkar Sebab-akibat Causal loop diagram  Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan
Diagram lingkar sebab akibat causal loop diagram  pelestarian  fungsi lingkungan  perkotaan  pada Gambar  7,  menjelaskan tentang keterkaitan antara
unsur-unsur  pelestarian  fungsi  lingkungan  hidup  yang terdapat di dalam sistem perkotaan.  Variabel- variabel  prasarana dan sarana lingkungan kota PS
Kesehatan, PS Pendidikan, PS Perumahan, PS Air Minum dan Sanitasi serta PS Ekonomi  berinteraksi dengan variabel  beban cemaran, rumah tak sehat,
penduduk berobat, pendud uk bersekolah, penduduk bisa baca tulis, penduduk bekerja, daya beli masyarakat, kasus penyakit dan lingkungan tak sehat.  Tanda
positif menjelaskan keselarasan atau  kesamaan  similarity hubungan sedangkan tanda negatif menjelaskan ketidakselarasan hubungan  atau hubungan yang
bertentangan opposite.
57 Hubungan antar variabel yang dijelaskan oleh diagram tersebut adalah sebagai
berikut: a.
Peningkatan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi akan mengurangi beban cemaran yang masuk ke media lingkungan hubungan yang tidak
selaras atau negatif.  Pengurangan beban cemaran di media lingkungan akan  mengurangi  areal lingkungan yang tidak sehat hubungan yang
selaras atau positif. Akhirnya, pengurangan  areal lingkungan yang tidak sehat akan mengurangi  kebutuhan fasilitas air minum dan sanitasi
hubungan yang selaras atau positif. b.
Peningkatan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi akan mengurangi kebutuhan prasarana dan sarana kesehatan hubungan yang tidak selaras
atau negatif. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan akan menambah jumlah penduduk yang berobat  hubungan yang selaras atau positif
sehingga  banyaknya penduduk berobat akan mengurangi  kasus penyakit hubungan yang tidak selaras atau negatif. Akhirnya, berkurangnya kasus
penyakit mengindikasikan berkurangnya areal lingkungan yang tidak sehat hubungan yang selaras atau positif.
c. Peningkatan jumlah prasarana dan sarana perumahan yang mengikuti
standar minimal akan mengurangi jumlah rumah yang tidak sehat dan bertkurangnya rumah tak sehat akan mengurangi areal lingkungan yang
tidak sehat. d.
Peningkatan prasarana dan sarana pendidikan akan meningkatkan penduduk yang bersekolah, meningkatkan jumlah penduduk yang
memiliki ijazah, meningkatkan jumlah penduduk yang melek huruf  dan keduanya akan meningkatkan jumlah penduduk yang bekerja.
e. Bertambahnya jumlah penduduk bekerja akan meningkatkan daya beli
masyarakat hubungan selaras dan mengurangi areal atau kawasan  yang tidak sehat hubungan yang tidak selaras karena kemampuan memelihara
lingkungan meningkat. f.
Peningkatan keseluruhan prasarana dan sarana lingkungan perkotaan akan meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi sehingga
58 peluang bekerja dan pend uduk bekerja meningkat yang akhirnya
meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi. Adanya  hubungan yang selaras  akan memacu pertumbuhan, sebaliknya
hubungan yang tidak selaras akan mengurangi pertumbuhan sehingga terjadi keseimbangan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan  prasarana
dan sarana air minum dan sanitasi pada sistem pelestarian fungsi lingkungan perkotaan tersebut, pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan  kinerja
pelayanan  kepada masyarakat   sedemikian sehingga kehidupan dan penghidupan penduduk  di daerah perkotaan dapat ditingkatkan. Hubungan pelayanan air
minum dengan pelayanan sanitasi juga menghasilkan hubungan yang selaras karena peningkatan konsumsi air minum akan meningkatkan kebutuhan pelayanan
sanitasi. Peningkatan pelayanan air minum berarti meningkatkan konsumsi air rumah tangga dan peningkatan  konsumsi air rumah tangga akan meningkatkan
volume air limbah yang harus dikelola secara baik sebelum dialirkan kembali ke media lingkungan, karena mengandung bahan cemaran. Variabel- variabel
pengelolaan air limbah rumah tangga dan sifat hubungannya disajikan dalam Gambar 8.
Diagram lingkar sebab akibat causal loop diagram pengelolaan air limbah rumah tangga, khususnya pengelolaan lumpur tinja pada Gambar  8 tersebut,
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelestarian fungsi lingkungan hidup daerah perkotaan. Diagram tersebut  menjelaskan tentang
keterkaitan antara unsur- unsur pengelolaan lumpur tinja di dalam sistem pelestarian lingkungan kota. Variabel-variabel sosial budaya penduduk, konsumsi
air, pembuangan kotoran dan air limbah, kesehatan dan kematian balita berinteraksi dengan variabel ekologi sumber air baku air minum dalam hal
peningkatan beban pencemaran. Variabel teknologi pengolahan setempat, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan lumpur tinja menawarkan alternatif
untuk mengurangi beban limbah rumah tangga sehingga pencemaran sumber air baku dapat dikendalikan. Variabel sosial ekonomi pemanfaatan produk
pengolahan lumpur tinja, alternatif tarif retribusi dan penerimaan masyarakat berinteraksi dengan variabel- variabel teknologi dalam hal penentuan kinerja
sistem.  Seperti  diagram pelestarian fungsi lingkungan perkotaan, pada diagram
59 pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan  juga terdapat hubungan-hubungan yang
selaras maupun yang tidak selaras. Analisis terhadap hubungan-hubungan tersebut merupakan proses untuk merumuskan upaya  peningkatan kinerja pengelolaan
lumpur tinja dengan menggali berbagai alternatif intervensi sistem, baik secara struktural maupun fungsional.
Air Limbah Rumah Tangga
Sistem Stempat Jamban, TS, Cubluk
Kotoran Manusia
+
+
Pembuangan Air Limbah Ke
Lingkungan
Ketersediaan Sumber Air
Konsumsi Air Rumah Tangga
Penduduk
Kematian Balita
Kesehatan Lingkungan
Pemanfaatan Lumpur Tinja Secara Tak
Higienis
+
+
-
+
-
+ +
+ +
Kualitas Effuent Sistem Setempat
+
+
-
Pemanfaatan Lumpur Tinja
Secara Higienis
+
Produk IPLT
Pembuangan Lumpur Tinja ke
Lingkungan Angkutan
Lumpur Tinja
+
-
+
Pengolahan Lumpur Tinja
+ +
Penerimaan Retribusi
+
+ +
+ +
+ Standar Konstruksi
dan Operasi serta Pemeliharaan
+ Kebijakan
Tarif Retribusi
Kebijakan Pengangkutan dan pembuangan lumpur tinja
Kebijakan Tarif Pengambilan Air Tanah
dan Tarif Air Minum
Kebijakan Investasi IPLT
kebijakan Investasi Sarana Angkutan
Lumpur Tinja
Gambar 8.  Diagram Lingkar Sebab Akibat Causal Loop Diagram Pengelolaan Lumpur Tinja Berkelanjutan
Diagram input-output pengelolaan lumpur tinja berkelanjutan  pada Gambar 9 menjelaskan  sasaran  atau target  keluaran output  untuk menurunkan  tingkat
pencemaran sumber air baku dan peningkatan kesehatan masyarakat. Untuk mencapai sasaran output tersebut  diperlukan input endogen yaitu input terkendali
dan input tak terkendali serta input eksogen atau input lingkungan. Input terkendali mencakup i konsumsi air rumah tangga, ii volume air
limbah, iii pengolahan setempat, iv akumulasi lumpur tinja, v pengumpulan dan transportasi lumpur tinja, vi pengolahan lumpur tinja termasuk potensi
pemanfaatannya, dan vii tarif retribusi.
60
Gambar  9.   Penyederhanaan Diagram Input-Output  Pengolahan Lumpur Tinja Berkelanjutan
Input tak terkendali  mencakup  perkembangan penduduk dan  penerimaan masyarakat, sedangkan input lingkungan berupa peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan pengelolaan air limbah. Input- input tersebut merupakan peubah sistem untuk melaksanakan fungsi yang dikehendaki, sedangkan
parameter rancang bangun merupakan ukuran yang menentukan keberhasilan pengelolaan lumpur tinja yang dilaksanakan.
3.4.4   Penyusunan Model Sistem Dinamis