Bab VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah berapa kesimpulan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini.
7.1.1 Keadaan eksisting 1.
Keadaan pelestarian fungsi lingkungan kota Majalaya, dinilai lebih baik bila dibandingkan dengan kota kecama tan lainnya di kabupaten
Bandung. Namun, fasilitas sanitasi kota Majalaya lebih buruk bila dibandingkan dengan kota kecamatan lainnya di kabupaten Bandung.
2. Rasio fasilitas sanitasi setempat di kota Majalaya yaitu rasio tangki
septik dan sistem pengolahan pasca tangki septik tidak seimbang, sehingga pengolahan limbah tidak sempurna dan meningkatkan
beban cemaran. 7.1.2 Model yang dikembangkan
1. Dua Model Pelestarian Fungsi Lingkungan berbasis EkoSanita
IPLT yang telah dikembangkan pada penelitian ini adalah i model IPFLH dan ii model EkoSanita-IPLT
2. Model IPFLH dikembangkan untuk digunakan sebagai perangkat
evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan perkotaan sedangkan model EkoSanita-IPLT untuk merumuskan kebijakan dan strategi
perbaikan pengelolaan lumpur tinja 7.1.3 Perbandingan Model Eksisting dengan model ideal
1. Keunggulan model ideal terhadap model eksisting dinilai dari
bangkitan volume air limbah di badan air, daya tampung lingkungan perkotaan dan tarif retribusi per pelanggan
2. Simulasi model ideal EkoSanita-IPLT dapat menurunkan volume
air limbah di badan air sebesar 2 362 609 m3, meningkatkan daya tampung lingkungan perkotaan sebesar 1 457 734 kg,
168 meningkatkan indeks daya tampung lingkungan sebesar 16.83
skala indeks dan menurunkan retribusi per pelanggan per bulan sebesar Rp 8 322.-
7.1.4 Simulasi Model 7.1.4.1 Simulasi Model Pelestarian Fungsi Lingkungan Perkotaan PFLH
1. Skenario pesimis, moderat, optimis dan ideal diaplikasikan
terhadap variabel rasio tangki septik TS, sarana pengolahan air limbah SPAL, rasio guru dan murid, rasio murid per kelas dan
rasio fasilitas kesehatan per penduduk. 2.
Indeks Pelestarian Fungsi Lingkungan IPFLH untuk masing masing skenario adalah 68.64 pesimis, 82.02 moderat, 88.66
optimis dan 95.75 ideal 3.
Skenario kebijakan moderat 50 cakupan pelayanan dapat meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
perkotaan optimal sebesar 0.89 skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan.
7.1.4.2 Simulasi Model EkoSanita-IPLT 1.
Skenario eksisting, pesimis, moderat, optimis dan ideal diaplikasikan terhadap variabel i cakupan pelayanan, ii efisiensi
pengangkutan lumpur tinja, iii kapasitas IPLT, iv efisiensi sistem setempat, v jumlah daerah pelayanan dan vi konsumsi air
rumah tangga serta vii kombinasi variabel variabel tersebut. 2.
Bangkitan air limbah di badan air per kapita untuk masing masing skenario tersebut adalah 13.45 m3kapita eksisting, 8.83
m3kapita pesimis, 5.63 m3kapita moderat, 3.48 m3kapita optimis dan 0.06 m3kapita ideal.
3. Indeks daya tampung lingkungan perkotaan untuk masing masing
skenario tersebut adalah 0.58 eksisting, 1.43 pesimis, 15.89 moderat, 64.67 optimis dan 17.41 ideal.
169 4.
Skenario kebijakan optimis pelayanan 60 menghasilkan peningkatan daya tampung lingkungan yang optimal yaitu 4.88
skala indeks untuk setiap persen peningkatan cakupan pelayanan. 7.4.1.3 Aplikasi Model
Kedua model yang dibangun tersebut dinilai dapat digunakan sebagai perangkat untuk merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan air
limbah rumah tangga yang berkelanjutan. 7.1.5 Rumusan Kebijakan
1. Peningkatan pelayanan dari 20 menjadi 35 secara empiris
dapat mengendalikan kasus penyakit diarhe dan menganisipasi peningkatan kasus kematian balita.
2. Perbaikan kinerja pengelolaan air limbah kota Majalaya dilakukan
melalui i peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas sanitasi yang telah diperbaiki improved yaitu minimal dari 20 menjadi
35 penduduk, kemudian ditingkatkan menjadi 50 pelayanan, ii perluasan daerah pelayanan IPLT dari 4 empat kecamatan
menjadi 6 enam kecamatan. 3.
Strategi implementasi kebijakan tersebut adalah i mengangkut lumpur tinja secara terjadwal, ii meningkatkan jumlah tangki
septik yang sama jumlahnya dengan fasilitas pengolahan lanjutan seperti bidang resapan, iii menambah jumlah tangki septik yang
telah ditingkatkan kemampuan teknologinya, iv memberlakukan tarif sanitasi secara bulanan, dan v meningkatkan kapasitas IPLT
karena IPLT Cibeet Majalaya hanya mampu melaya ni 20 penduduk kota Majalaya sampai tahun 2005. Selain itu, pengolahan
limbah cair domestik sudah diperlukan untuk mengoptimalkan upaya pelestarian fungsi lingkungan perkotaan.
4. Partisipasi masyarakat dalam membayar tarif penyedotan dan
pengelolaan lumpur tinja sebesar Rp 3 500.- per bulan, dapat menjamin keberlanjutan operasionalisasi IPLT, bahkan memberi
170 kontribusi signifikan pada peningkatan akses penduduk terhadap
fasilitas sanitasi yang telah diperbaiki improved. 5.
Hasil simulasi juga mengindikasikan bahwa pelestarian fungsi lingkungan hidup, terkait erat dengan kinerja pengelolaan lumpur
tinja. Fungsionalisasi IPLT dapat dilakukan secara berkelanjutan apabila masyarakat dan swasta terlibat dalam pengelolaannya.
6. Peningkatan kinerja pengelolaan lumpur tinja yang melibatkan
masyarakat membayar retribusi dan swasta mengelola armada pengangkut lumpur tinja dapat menunjang keberlanjutan
operasionalisasi IPLT sehingga akan mendorong peningkatan intensitas pelestarian fungsi lingkungan hidup.
7.2 Saran