74
V
PLT
: VolumeLumpur Tinja yang Diolah m
3
TARIF
PLT
: Tarif Pengolahan Lumpur Tinja per bulan Rpm
3
TOT RET
COST REV
RG LB
− =
..................................................3-39 dimana ,
LB RG : Laba atau Rugi
COST
TOT
: Biaya Total
3.4.6 Kalibrasi, Verifikasi Dan Validasi Model
Model yang dibangun, diuji terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai perangkat perumusan kebijakan. Uji model mencakup kalibrasi, verifikasi dan
validasi. Kalibrasi dilakukan untuk mengetahui tingkat ketelitian rumusan empiris
yang dikembangkan dari data statistik dan digunakan dalam model seperti model pertumbuhan penduduk. Verifikasi dan validasi akan dilakukan terhadap
kesesuaian teoritis maupun kestabilan struktur serta konsistensi dimensi variabel- variabel sistem yang telah teridentifikasi.
Model pelestarian fungsi lingkungan perkotaan diuji dengan menggunakan galat baku R
2
dan mean absolute deviation MAD. Model EkoSanita-IPLT diuji dengan menggunakan absolute means error AME, absolute variation error
AVE dan kalman filter KF. AME menjelaskan penyimpangan antara nilai rata rata simulasi terhadap
aktual, sedangkan AVE menjelaskan penyimpangan nilai variasi simulasi terhadap aktual. KF menjelaskan kesesuaian fitting antara simulasi terhadap aktual. Batas
penyimpangan yang dapat diterima untuk AME dan AVE adalah 5-10, sedangkan batas yang diijinkan adalah 0.5 Aminullah dkk 2001. Uji model
yang dibangun dengan menggunakan sistem dinamis, selain diuji kesesuaian teoritisnya juga dilakukan uji kestabilan struktur dan konsistensi dimensi variabel-
variabel sistem yang telah teridentifikasi. Konsistensi dimensi atau satuan-satuan yang digunakan untuk mengukur
besaran-besaran variabel, dilakukan terhadap variabel- variabel sosial, ekonomi dan ekologi serta kombinasi-kombinasinya.
75
3.4.7 Implementasi Model Dan Analisis Kebijakan
Implementasi atau aplikasi model dinamis digunakan sebagai acuan analisis kebijakan. Tahapan ini merupakan tahapan untuk mempelajari secara
lebih mendetail tentang alternatif-alternatif tindakan kebijakan dalam rangka menyelesaikan suatu masalah. Analisis kebijakan dilakukan untuk menghasilkan
berbagai alternatif tentang upaya peningkatan kinerja pengelolaan lumpur tinja yang mampu meningkatkan intensitas pelestarian lingkungan kota. Untuk
mencapai tujuan tersebut, akan dilakukan simulasi dinamis dan mempelajari respons dan perilaku model sistem Ekosanita-IPLT terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi. Perilaku dinamis akan dipelajari dari perubahan-perubahan terhadap
variabel- variabel kebijakan yang dalam penelitian ini terdiri dari i cakupan pelayanan, ii jadwal pengangkutan lumpur tinja, iii konsumsi air rumah tangga,
iv daerah pela yanan IPLT, v tarif retribusi, vi perbaikan teknologi sanitasi yang ada, dan vii kombinasi variabel-variabel kebijakan tersebut. Sementara itu,
variabel keputusan yang digunakan dalam analisis adalah i volume air limbah maupun lumpur tinja yang memasuki badan air, ii daya tampung sungai
penerima air limbah yang belum dan sudah diolah, iii tambahan penduduk dilayani dari investasi baru yang menggunakan sebagian perolehan laba
operasional. Simulasi akan dilakukan dengan melakukan intervensi yang
bersifat struktural maupun fungsional terhadap jalannya sistem. Intervensi struktural dilakukan untuk mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem
sedangkan intervensi fungsional dilakukan untuk mempengaruhi unsur-unsur dalam sistem.
Intervensi struktural yang akan dipelajari antara lain adalah i kemungkinan pengumpulan dan pengangkutan lump ur tinja secara terjadwal, ii
pemberlakuan tarif bulanan, iii pengelolaan jasa penyedotan, dan pengangkutan lumpur tinja serta IPLT oleh swasta. Kemungkinan pembagian peran pengelolaan
lumpur tinja oleh masyarakat, operator pemerintah atau swasta akan dipelajari pula termasuk pengaruh-pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja sistem
pengelolaan lumpur tinja yang dihasilkan. Alternatif kebijakan yang
76 dikembangkan dari intervensi- intervensi struktural tersebut akan dikaji
kelayakannya terhadap kemampuan masyarakat membayar tarif retribusi air limbah.
Intervensi struktural lainnya yang akan dipelajari adalah kemungkinan pengurangan volume lumpur tinja dan grey water di sumbernya. Pengurangan
volume lumpur tinja di sumbernya dapat dilakukan apabila kotoran manusia ditampung di komposter sehingga mengurangi volume lumpur tinja yang
terakumulasi di tangki septik. Pengurangan volume grey water dapat dilakukan apabila konsumsi air minum rumah tangga dapat dikendalikan. Misalnya melalui
peningkatan penyediaan air minum dari PDAM ditingkatkan sehingga penyediaan air melalui sumur pribadi dapat berkurang. Sejalan dengan hal tersebut akan dikaji
pula kemungkinan pemberlakuan kebijakan tarif progresif yang ditujukan untuk mengendalikan pemakaian air yang berlebihan oleh konsumennya.
Intervensi fungsional yang akan dipelajari adalah kemungkinan perbaikan fasilitas sanitasi setempat misalnya perbaikan konstruksi jamban, cubluk,
pengadaan tangki septik komunal, perbaikan IPLT dan fasilitas pengumpul dan pengangkut lumpur tinja. Alternatif peningkatan kinerja sistem yang dipelajari
dari analisis kebijakan merupakan hasil dari satu atau kombinasi-kombinasi intervensi- intervensi tersebut. Kelayakan dan dapat diterimanya alternatif
kebijakan yang dihasilkan akan dikaji pula berdasarkan kemampuan pemerintah menyediakan anggaran pembangunan dan kesiapan masyarakat menerima
perubahan-perubahan yang ditawarkan.
Bab IV KEADAAN LINGKUNGAN DAERAH PENELITIAN
4.1 Pembagian Wilayah Kajian
Pembagian wilayah kajian, ditujukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat pelestarian fungsi lingkungan hidup antara kota Majalaya dengan
kecamatan kota lainnya yang termasuk ke dalam wilayah penelitian. Pada penelitian ini daerah penelitian dibagi ke dalam 3 tiga skala
wilayah kajian Gambar 10 yaitu i kota Majalaya, ii daerah pelayanan IPLT dikurangi Majalaya yang terdiri dari kecamatan Ibun, kecamatan Paseh,
kecamatan Pacet, kecamatan Ciparay dan kecamatan Rancaekek, dan iii kabupaten Bandung dikurangi kota-kota kecamatan yang terletak di dalam daerah
pelayanan IPLT.
Gambar 10. Pembagian Wilayah Kajian Atas dasar hal tersebut, maka pelestarian fungsi lingkungan kota Majalaya
dibandingkan dengan rata-rata 5 lima kecamatan di daerah pelayanan IPLT dan