Rumusan Kebijakan Pengangkutan Lumpur Tinja Secara Terjadwal

159 itu, diperlukan survey dan penyuluhan penyuluhan untuk acuan pelaksanaan kebijakan di lapangan.

6.3 Rumusan Kebijakan Pengangkutan Lumpur Tinja Secara Terjadwal

Salah satu masalah belum optimalnya pengoperasian IPLT Cibeet adalah pasokan lumpur tinja yang tidak teratur atau menunggu pesanan pemilik tangki septik yang mendapat masalah. Tangki septik bermasalah, apabila konstruksinya tidak sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku. Muka air di dalam tangki septik lebih rendah atau sama dengan muka air tanah setempat. Akibatnya pengaliran air limbah tidak lancar, bahkan dapat berbalik apabila air tanah di musim hujan lebih tinggi dari muka air di dalam tangki septik. Masalah diperparah lagi apabila lumpur tinja tidak pernah dikuras dan ketika aliran berhenti, dan menimbulkan bau busuk akibat bercampurnya lumpur tinja yang keluar dari tangki septik bercampur dengan air di halaman. Pengurasan secara teratur atau terjadwal dapat meningkatkan pasokan lumpur tinja ke IPLT, menurunkan kontak lumpur tinja dengan lingkungan, akibat pembuangan langsung ke lingkungan. Sementara itu, keberlanjutan operasional IPLT sangat tergantung dari pasokan lumpur tinja. Oleh karena itu, tindakan strategis yang dapat dilakukan adalah melalui penjadwalan pengurasan dan pengangkutan lumpur tinja secara teratur. Konsekuensinya, penerapan tarif retribusi jasa sanitasi harus dilakukan secara terjadwal pula misalnya secara bulanan. Apabila pasokan lumpur tinja dilakukan teratur, operasonalisasi IPLT dapat berlangsung secara berkelanjutan. Namun, peningkatan efisiensi pengangkutan lumpur tinja berdampak pada peningkatan retribusi per pelanggan dari Rp 5 746 efisiensi 40 menjadi Rp 12 324 efisiensi 100 atau peningkatan Rp 109.63 untuk setiap persen peningkatan efisiensi pengangkutan lumpur tinja. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi peningkatan tarif retribusi yang melebihi kemampuan membayar masyarakat perlu dilakukan pengurangan biaya operasional. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan insentif kepada pengusaha truk pengangkut tinja misalnya membebaskan biaya-biaya yang berhubungan dengan pembuangan lumpur tinja ke IPLT. Selain membebaskan biaya tersebut, insentif yang berupa pemberian subsidi BBM 160 kepada kepada pengemudi atau pengelola diharapkan dapat lebih meningkatkan keteraturan pasokan lumpur tinja tersebut. Namun, demikian pengendalian masuknya volume lumpur tinja yang melebihi kapasitas IPLT juga harus dilakukan.

6.4 Rumusan Kebijakan Peningkatan Kapasitas IPLT dan Efisiensi Sistem Setempat.