162 peningkatan daya tampung lingkungan keairan juga dapat lebih tinggi. Walaupun
demikian, penerapan tarif Rp 3 500 per KK per bulan dan peningkatan pelayanan sampai dengan 35, meskipun ada kecenderungan perbaikan, belum mampu
memperbaiki kualitas lingkungan keairan yang ada sampai standar air baku. Hal tersebut diindikasikan dari tanda negatif pada angka daya tampung lingkungan.
Apabila kebijakan ini dikombinasikan dengan kebijakan pembangunan instalasi pengolahan air limbah IPAL misalnya dengan memanfaatkan
keberadaan lahan basah rawa, kolam retensi alami, dll, sebagai instalasi pengolahan air limbah alami atau di bangun instalasi buatan, maka daya tampung
lingkungan berubah dari negatif menjadi positif. Alternatif lainnya adalah dengan meningkatkan efisiensi pengolahan sistem setempat on-site misalnya
melengkapi sistem tangki septik dengan saringan dengan aliran keatas up flow filter atau konstruksi lahan basah buatan constructed wetland.
Penerapan kebijakan tersebut memerlukan kemauan dan kesadaran bersama baik jajaran pemerintah daerah dan pemerintah pusat, dan juga masyarakat yang
nantinya akan menerima manfaat lingkungan bersih dan sehat. Oleh karena itu, setiap upaya investasi harus dirancang secara baik dan dilakukan dengan dan
bersama sama masyarakat sesuai tingkatan kewenangan maupun peran yang dapat dilakukan.
6.7 Rekomendasi Kebijakan
Simulasi pelestarian fungsi lingkungan hidup daerah perkotaan PFLH mencapai hasil optimum pada skenario moderat yaitu kombinasi peningkatan
fasilitas tangki septik TS dan prasarana pengolahan lanjutannya SPAL menjadi 50 disertasi dengan peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Simulasi model EkoSanita-IPLT mencapai hasil optimum pada skenario optimis yaitu kombinasi dari cakupan pelayanan 60 di 6 enam kota kecamatan
dan kapasitas IPLT sebesar 150 m3hari serta efisiensi pengolahan sistem setempat on-site.
Berdasarkan hasil simulasi tersebut, kebijakan yang direkomendasikan dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan air limbah dan lumpur tinja
adalah sebagai berikut:
163 a.
Kebijakan-1: Menambah jumlah fasilitas sanitasi setempat on-site yang telah diperbaiki improved dari 20 menjadi 50 selama 5 tahun
2005-2010. Strategi implementasi kebijakan ini adalah:
- Melakukan pemetaan lokasi dan penyebaran fasilitas sanitasi yang
yang memerlukan memerlukan perbaikan -
Memperbaiki sistem cubluk tunggal menjadi cubluk kembar twin leaching pit
- Memodifikasi cubluk agar dapat berfungsi menjadi tangki septik
dengan cara memperkeras dasar cubluk dengan semen. b.
Kebijakan-2: Penambahan daerah pelayanan IPLT dari 4 empat kota kecamatan menjadi 6 enam kota kecamatan dengan cakupan pelayanan
sebesar 35 penduduk 2005-2010 kemudian ditingkatkan menjadi 50 penduduk 2010-2015.
Strategi implementasi kebijakan ini adalah: -
Melakukan pemetaan lokasi dan penyebaran fasilitas sanitasi setempat yang akan dilayani secara terjadwal.
- Menambah jumlah truk pengangkut lumpur tinja yang dikelola
sendiri oleh dinas kebersihan, atau -
Menambah rekanan mitra pengusaha angkutan lumpur tinja -
Menambah jumlah ritasi pengangkutan lumpur tinja berdasarkan pembagian zonasi pelayanan
c. Kebijakan-3: IPLT berkapasitas 150 m3hari mulai beroperasi pada awal
tahun 2010 Strategi imple mentasi kebijakan ini adalah:
- Menambah dan atau memperbesar unit unit pengolahan lumpur
tinja di lokasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang ada Cibeet
- Memperbaiki atau membangun kembali serta memfungsikan IPLT
yang terletak di Babakan di Ciparay.
164 d.
Kebijakan-4: Peningkatan efisiensi sistem pengolahan setempat on-site dari 30 menjadi 60 atau 65 2005-2010 dan dari 60 menjadi 70
atau 75 2010-2015 Strategi implementasi kebijakan ini adalah:
- Memperbaiki konstruksi tangki septik yang ada misalnya dengan
menambah sistem sekat baffle atau menambah saringan dengan aliran keatas
- Menambah sistem pengolahan pasca tangki septik constructed
wetland, IPAL komunal dll e.
Kebijakan-5: Peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah dan kelembagaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran operator dan
pelanggannya terhadap pentingnya penyedotan lumpur tinja dilakukan secara terjadwal.
Strategi implementasi kebijakan ini adalah: -
Mengembangkan sistem tarif retribusi terjadwal -
Menyusun pedoman dan prosedur operasiona l yang mencakup pembagian zona blok pelayanan, penyedotan dan pengangkutan
terjadwal -
Melakukan pendidikan dan pelatihan diklat ketrampilan operator -
Melakukan penyuluhan kepada masyarakat -
Membentuk organisasi kemasyarakatan untuk pemanfaatan produksi IPLT
f. Kebijakan-6: Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelestarian
fungsi lingkungan perkotaan termasuk kinerja pengelolaan air limbah dan pengelolaan lumpur tinja, perlu diselenggarakan secara berkala mulai
tahun 2007. Strategi implementasi kebijakan ini adalah:
- Mengembangkan format format standar pengumpulan data
sekunder dan data primer -
Melakukan pelatihan tentang penerapan format format standar yang dibuat
165 -
Mengumpulkan data secara berkala minimum setiap tahun sekali.
- Melakukan analisa data dan sintesa hasil hasil analisis
- Simulasi model untuk penilaian kinerja dan perumusan tindakan
perbaikan kinerja yang diperlukan
6.8 Urutan Langkah Implementasi Kebijakan