Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

125 Penerapan ketiga metode di atas dalam pembelajaran membaca permulaan dengan media Baba sebagaimana ditemukan dalam penelitian terbukti sangat membantu siswa maupun guru dalam proses belajar-mengajar. Media Baba mudah dipahami guru dan siswa karena dalam pelaksanaannya tidak berbelit-belit atau mudah dilaksanakan. Kesesuaian media Baba dalam pembelajaran dengan siswa tunagrahita ini karena media Baba termasuk dalam jenis media visual. Levie dan Lentz seperti dikutip Cecep Kustandi dan Bambang 2011: 21-23 menyatakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran khusunya media visual yakni: 1 fungsi atensi merupakan inti, yakni menarik dan mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, 2 fungsi afektif dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa seperti ditunjukkan siswa tunagrahita SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta, 3 fungsi kognitif terlihat dari temuan- temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapain tujuan untuk memahami dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, dan 4 fungsi kompensatoris berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan dengan verbal. Media dan metode pembelajaran yang sesuai akan semakin mampu membantu siswa menguasai tujuan pembelajaran membaca permulaan jika didukung pula oleh kemampuan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan media dan metode tersebut. Menurut hasil penelitian, dalam pelaksanaan metode membaca permulan 126 dengan menggunakan media Baba di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2, guru mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang baik. Hal tersebut ditunjukkan beberapa hal, seperti persiapan media Baba, tahapan-tahapan pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba, dan cara penyampaian materi bacaan kepada siswa dengan menggunakan media Baba termasuk baik. Guru mampu memberikan pemahaman yang baik bagi siswa perihal penggunaan media Baba yang ditunjukkan dari pemahaman siswa mengenai media Baba, kemampuan siswa dalam menggunakan media Baba, dan respon siswa yang positif terhadap media Baba selama pembelajaran berlangsung. Penguasaan metode dan media belajar yang baik oleh guru dapat berpengaruh pada keterampilan siswa menggunakan dan mengambil pelajaran dari metode dan media pembelajaran tersebut. Petunjuk yang jelas dari guru dan pelaksanaannya yang sesuai tahapan membuat para siswa tunagrahita ringan dengan lancar dan aktif terlibat dalam pembelajaran membaca permulaan. Proses yang demikian menunjukkan hasilnya dengan terlihatnya perubahan pada kemampuan membaca permulaan para siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan media Baba. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian baik ALK maupun JLS memiliki kemampuan membaca permulaan yang lebih baik. Hal tersebut salah satunya dapat dilihat dari pelafalan yang cukup baik. Penerapan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba pada siswa tunagrahita di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta dapat memperbaiki pelafalan siswa. Dengan menggunakan media Baba, siswa menjadi lebih baik dalam pelafalan. Subjek ALK dalam pelafalan memiliki kemampuan membaca huruf, suku kata, dan kata dengan 127 pelafalan yang tepat dengan suara yang jelas. Hal ini ditunjukkan melalui hasil skor penilaian yang menunjukkan bahwa persentase dari kemampuan awal anak mengalami perubahan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media Baba. Dimana kemampuan awal anak pengetahuan abjad ALK menguasai 16 abjad, dan kesalahan membaca pada huruf h dibaca n, huruf n dibaca u, huruf f dibaca p dan terkadang huruf t dibaca menjadi huruf f, w dibaca m, namun setelah menggunakan media Baba dan berlatih terus menerus, kesalahan-kesalah tersebut dapat diatasi dan anak mampu melafalkannya dengan benar. Menurut orangtua ALK, siswa ALK di rumah menjadi lebih aktif dalam membaca tulisan-tulisan di rumahnya dan dengan lafal yang lebih baik. JLS memiliki lafal membaca yang lebih baik setelah adanya penerapan metode pembelajaran yang menggunakan media Baba. Hal ini menunjukkan bahwa media Baba yang digunakan guru dalam mengajar siswa tunagrahita membaca permulaan dapat memperbaiki lafal siswa ALK dalam membaca. Hal yang sama juga terjadi pada subjek JLS. Hasil observasi memperlihatkan bahwa subjek JLS, kemampuan awal pelafalan anak sebelum dilakukan treatment dalam pelafalan huruf masih ada dibaca terbalik. Hal tersebut terdapat pada huruf d dibaca b atau sebaliknya b dibaca d, h dibaca n dan m dibaca w. Namun setelah diberikan latihan membaca melalui media Baba kesalahan pelafalan tersebut dapat diatasi dan akhirnya subjek JLS mampu melafalkan dengan tepat. Kemajuan yang dimiliki kedua siswa ini khususnya dalam hal lafal membaca menunjukkan bahwa metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba merupakan salah satu cara yang efektif dalam 128 memperbaiki lafal membaca khususnya siswa tunagrahita yang memiliki keterbatasan dalam belajar. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedua siswa ALK dan JLS sebelumnya memiliki kelemahan dalam membaca yakni intonasi yang kurang jelas. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta mampu memperbaiki intonasi ALK dan JLS. Baik siswa ALK maupun JLS sama-sama memiliki kelemahan dalam intonasi. Kelemahan membaca dengan intonasi yang kurang jelas, membutuhkan metode pembelajaran yang mampu memperbaikinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba ternyata mampu memperbaiki intonasi siswa ALK dan JLS dalam membaca. Dilihat dari intonasi membaca ALK juga sudah lebih jelas. Hasil observasi memperlihatkan bahwa intonasi membaca subjek ALK menjadi lebih baik seperti saat membaca huruf, suku kata, dan kata dapat dilakukan dengan intonasi yang tepat. Subjek ALK sebelumnya ketika membaca masih sering dengan intonasi yang kurang tepat terutama dalam pengucapannya. Hal yang sama juga terjadi pada subjek JLS bahwa kemampuan awal subjek JLS dimana intonasi membaca permulaan terkadang terdengar intonasi sengau, dan jeda yang agak lama dalam membaca huruf, suku kata, dan kata, namun setelah menggunakan media Baba masalah yang dihadapi anak mampu membaca huruf, suku kata dan kata dengan intonasi yang tepat. Metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba dapat memperbaiki intonasi siswa ALK dan JLS. Dengan metode ini, intonasi membaca subjek penelitian menjadi lebih baik. Metode membaca permulaan dengan 129 menggunakan media Baba dapat memperbaiki intonasi membaca subjek JLS. Hal tersebut seperti dikemukakan orangtua siswa, misalnya ketika JLS menggunakan media Baba di rumahnya seperti alat peraga Baba yang memuat gambar-gambar binatang dan nama-nama benda konkret lainnya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba mampu memperbaiki intonasi membaca subjek baik ALK maupun JLS. Hal ini mengindikasikan bahwa media Baba merupakan salah satu cara yang baik dan tepat untuk memperbaiki intonasi membaca siswa tunagrahita seperti ALK dan JLS. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba merupakan salah satu cara yang baik digunakan untuk memperlancar siswa dalam membaca. Guru telah mengupayakan berbagai metode dan model pembelajaran sebelumnya. Di antara metode pembelajaran yang dilakukan guru, metode membaca permulaan dengan penggunaan media Baba dinilai sebagai metode yang yang sangat cocok khususnya untuk membantu siswa agar bisa membaca lebih lancar. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba dapat bermanfaat bagi siswa tunagrahita seperti memperlancar membaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek ALK dalam membaca huruf, suku kata dan kata memiliki kemampuan dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan membaca anak yang sebelumnya anak membaca huruf, suku kata, dan kata masih terbata-bata. Namun setelah menggunakan Media Baba anak mampu membaca dengan lancar. Hal yang sama juga dimiliki oleh subjek JLS. Kemampuan awal membacanya seperti membaca huruf, suku kata, dan kata masih 130 belum lancar, dan membutuhkan bantuan dari guru. Akan tetapi, setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Baba maka kemampuan membaca subjek termasuk dalam kategori baik dan dapat membaca huruf, suku kata dan kata dengan baik. Hal tersebut seperti dikemukakan orangtua JLS bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan media Baba cocok bagi siswa tunagrahita. Orangtua JLS mengemukakan bahwa cara membaca anaknya sudah lebih lancar terutama setelah anaknya sering menggunakan media Baba saat belajar di rumah. Kesesuaian media Baba ini dalam pembelajaran bagi siswa tunagrahita ini terkait dengan esensi dari media Baba itu sendiri sebagai salah satu contoh media grafis. Karena media grafis termasuk media visual, di antaranya mengandung pengungkapan kata-kata dan gambar Sadiman Arief dkk 2009: 29. Media Baba terdiri dari huruf-huruf, kata-kata, kalimat serta gambar ini mempermudah siswa tunagrahita dalam menangkap materi bacaan yang diberikan guru. Pembelajaran membaca permulaan dengan media grafis atau semi konkrit ini bagi anak tunagrahita secara teoretis dapat disebut sebagai pembelajaran dengan paradigma functional reading atau membaca fungsional Myreddi Narayan, 1998: 1. Functional reading didefinisikan sebagai tindakan atau tanggapan seorang siswa sebagai hasil dari membaca kata-kata tercetak. Kata fungsional menjadi kata kunci karena berkaitan dengan pengesahan komunitas terhadap kata-kata yang terbaca dan tercetak tersebut. Maksudnya, kata-kata yang dipilih dan dibaca harus bersifat fungsional atau terpakai dalam hidup harian sehingga membantu siswa belajar menjadi lebih mandiri dalam hidup bersama komunitasnya. 131 Aktivitas membaca fungsional begitu penting bagi anak tunagrahita karena berkaitan erat dengan kerangka pemikiran tentang tujuan mepengajaran membaca bagi anak-anak yang memiliki disabilitas oleh Kirk dan Monroe dalam Myreddi Narayan, 1998: 1-2 yakni; 1 membaca untuk perlindungan read for protection atau agar dapat bertahan hidup survive dengan mengetahui arti tulisan petunjuk, label atau simbol; 2 membaca untuk informasi dan petunjuk information and instruction agar anak dengan disabilitas dapat mengetahui hal-hal semacam lamaran kerja, iklan surat kabar, buku telepon dan sejenisnya; 3 membaca untuk kesenangan pleasure yakni agar anak dengan disabilitas dapat menikmati isi bacaan seperti dalam majalah, komik dan buku-buku cerita. Anak-anak dengan disabilitas bisa saja meraih ketiga tujuan tersebut, dua atau satu saja bergantung pada tingkat disabilitasnya. Menurut Myreddi Narayan 1998: 2, salah satu pendekatan yang populer bahkan yang paling berhasil dalam pengajaran membaca fungsional bagi anak tunagrahita adalah pendekatan keseluruhan kata whole word approach atau perbendaharan kata-kata konkrit sight word vocabulary. Melalui pendekatan ini, siswa belajar untuk menyadari recognize dan membaca kata-kata kemudian memperoleh petunjuk decoding untuk dilafalkan. Dari sekian banyak strategi untuk mengajarkan perbendaharaan kata konkrit, menurut Myreddi Narayan 1998:3, perhatian terkini berfokus pada tingkat penggambaran imagery level dari kata-kata yang hendak dipelajari. Artinya, penggambaran dengan apa yang paling mudah agar sebuah kata dapat menghasilkan sebuah gambar yang konkrit Imagery level refers to the ease with which a word evokes a concrete picture. 132 Kata-kata dengan level imagery tinggi biasanya kata-kata konkrit seperti bola, mangga, rumah dan sebagainya. Sedangkan yang rendah level penggambarannya adalah istilah-istilah abstrak seperti cantik, baik, kaya dan sebagainya. Dalam beberapa contoh, kata-kata dengan level penggambaran tinggi mengandung pula kata dengan level penggambaran rendah yang jika digunakan bersamaan justru semakin mengkonkritkan ga mbaran kata tersebut. Misalnya, “Saya makan mangga. Mangga ini manis.” Dengan penggunaan seperti ini, kata mangga semakin konkrit bagi para siswa tunagrahita. Karena itu, memasangkan kata-kata dengan obyek atau gambar konkrit dapat meningkatkan level penggambaran kata bagi para siswa. Memperhatikan konsep dan strategi mengajarkan functional reading dengan pendekatan whole word approach di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran membaca permulaan bagi anak tunagrahita dengan menggunakan media Baba merupakan salah satu strategi pendekatan whole word approach untuk pembelajaran functional reading.

E. Limitasi Penelitian

Sebagai sebuah penelitian deskriptif, hasil penelitian ini hanya mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Baba mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi sejauh yang dilaksanakan di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Agar lebih mendalam, hasil penelitian juga mendeskripsikan gambaran komponen yang utama dalam pelaksanaan pembelajaran seperti kemampuan guru, metode, keterampilan siswa dan kemampuan siswa menurut 133 hasil evaluasi. Karena itu, penelitian ini tidak bermaksud mengukur efektivitas penggunaan media Baba, tidak pula mengukur tingkat kemampuan guru maupun kemampuan membaca permulaan siswa tetapi hanya pada persoalan bagaimana melaksanakan sebuah bentuk pembelajaran permulaan dengan media Baba. 134

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan peneliti atas hasil penelitian dan pembahasan atas pelaksanaan metode pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media Baba. Selain itu, peneliti juga memberikan usulan dan saran bagi penelitian lain jika hendak mengkaji topik yang sama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan secara keseluruhan tentang pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba di Kelas Dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba di kelas Dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta dilaksanakan sesuai dengan tahapan yang sesuai dan didukung oleh komponen pelaksanaan pembelajaran yang sesuai seperti kemampuan guru yang memadai, metode yang sesuai dan keterampilan siswa yang memadai. 2. Persiapan pembelajaran sudah dilaksanakan sesuai dengan hal-hal yang perlu disiapkan seperti penyediaan media Baba berupa gambar peraga Baba dengan tema-tema tertentu seperti tema binatang dan buah-buahan. Selain itu, guru juga telah mempersiapkan ruangan kelas yang mendukung pembelajaran dengan penggunaan media Baba, seperti penataan gambar- 135 gambar, meletakkan almari abjad Baba, membagi kotak abjad Baba secara individu pada siswa sehingga dapat membantu pembelajaran dengan baik. 3. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba di kelas Dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta telah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun. Tahapan- tahaan tersebut mencakup: persiapan, pelaksanaan, dan penutup. Dalam ketiga bagian tersebut, guru mampu melaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur penggunaan media Baba. 4. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba di kelas Dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta berjalan dengan baik karena didukung oleh kemampuan guru yang baik dalam menggunakan media Baba. Hal tersebut ditunjukkan dari persiapan yang dilakukan oleh guru tergolong baik, cara penyampaian materi dengan menggunakan media Baba oleh guru juga termasuk baik sehingga siswa dapat lebih mudah menangkap materi yang disampaikan guru. Cara penyampaian materi bacaan dengan menggunakan media Baba dilakukan guru dengan baik yakni melalui metode pembelajaran: metode tanya jawab, metode demonstrasi, dan metode penugasan. 5. Hasil penelitian memperlihatkan siswa tunagrahita ringan kelas Dasar II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta memiliki kemampuan membaca permulaan yang baik. Kemampuan membaca permulaan tersebut dilihat dari tiga hal, yakni: pelafalan, intonasi, dan kelancaran. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian baik ALK maupun

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA.

0 5 29

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

5 13 24

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan.

0 1 191

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMASAK BAGI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB-C DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA.

5 15 134

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS I SEKOLAH DASAR DI SLB C WIYATA DHARMA 2 SLEMAN YOGYAKARTA.

0 6 185

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAGI SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS III DI SEKOLAH DASAR INKLUSI BANGUNREJO II YOGYAKARTA.

0 0 203

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PICTOGRAPH SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI NON VERBAL ANAK AUTISTIK TIPE RINGAN KELAS TKLB DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA II YOGYAKARTA.

1 1 237

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DASAR 1 SEKOLAH LUAR BIASA SEKAR TERATAI 1 SRANDAKAN BANTUL.

0 5 103

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BUKU POP-UP PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS IV DI SLB DHARMA RENA RING PUTRA 1 YOGYAKARTA.

1 6 161

Pemanfaatan program geogebra dalam membantu kesulitan siswa kelas III di SLB Dharma Rena Ring Putra II Yogyakarta dalam memahami bentuk-bentuk bangun datar : studi kasus siswa tunagrahita ringan - USD Repository

0 1 189