109
Subjek JLS dalam mengikuti memahami perintah, responnya sangat baik diawal namun dalam pertengahan sering beralih pada hal yang dia rasa
menarik, khususnya saat mendengar suara ribut di luar kelas, JLS sering mau cepat-cepat keluar dari kelas meskipun belum waktunya. Namun dengan
bimbingan guru JLS kembali fokus pada pembelajaran. Kemampuan dan keterampilan siswa juga diperlihatkan dengan respon
siswa terhadap petunjuk guru selama pembelajaran sebagaimana tampak pada hasil observasi dalam Tabel 10.di bawah ini:
Table 10. Observasi mengenai Respon Siswa saat Pelaksanaan pembelajaran dengan Media Baba di Kelas D II di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2
Yogyakarta
Sub- yek
Aspek Hasil Observasi
ALK Respon
siswa saat pelaksanaa
n pembelajar
an -
Awal menggunakan media Baba subjek masih kesulitan dan butuh bimbingan dari guru, karena media ini merupakan hal yang baru bagi
anak, namun dalam latihan berikutnya anak sudah merespon dengan baik dan mampu untuk menyusun huruf pada kotak abjad Baba secara
mandiri.
- Saat pembelajaran berlangsung anak menyimak dengan baik, hal
dikarenakan menggunakan media Baba yang sangat konkret. -
Subjek dalam proses kegiatan pembelajaran sangat aktif hal ini terlihat dari respon anak bertanya ketika tidak tahu dalam penyusunan
huruf dan saat membaca dalam mengeja suku kata dan kata JLS
- Respon siswa ketika saat pelaksanaan pembelajaran mengunakan
media Baba sangat antusias dan gembira dan anak merasa seperti bermain maka ketika di suruh menyusun subjek pertama kali tidak
mengikuti langkah-langkah penggunaan media Baba, dia menyusun sesuai keinginanya dan sering memasukan huruf pada kotak abjad
Baba salah menempatkan maka ketika diakhir pembelajaran guru harus mengatur kembali kotak abjda JLS.
- Dengan latihan yang terus- menerus JLS mampu menyimak
pembelajaran yang diberikan oleh guru. -
Keaktifan subjek saat proses belajar mengajar sangat baik hal ini terlihat dari respon siswa saat di suruh kedepan mengerjakan tugas
menyusun di alamri Baba anak mampu tanpa bantuan dan mau bertanya apabila tidak menemukan huruf yang mau di susun. Dan
subjek memiliki percaya diri yang tinggi.
Sumber: hasil observasi, diolah
110
Baik subjek ALK maupun JLS memiliki respon yang baik dan positif terhadap penggunaan media Baba dalam pembelajaran. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa subjek ALK pada awal penggunaan media Baba subjek tersebut masih kesulitan dan butuh bimbingan dari guru, karena media
ini merupakan hal yang baru bagi anak. Akan tetapi, dalam latihan berikutnya subjek ALK sudah merespon dengan baik dan mampu untuk menyusun huruf
pada kotak abjad Baba secara mandiri. Saat pembelajaran berlangsung subjek ALK menyimak dengan baik. Hal itu dikarenakan pembelajaran dengan
menggunakan media Baba dirasakan sangat konkret. Subjek ALK dalam proses kegiatan pembelajaran sangat aktif. Hal ini terlihat dari respon subjek
tersebut untuk bertanya ketika tidak tahu dalam penyusunan huruf dan saat membaca dalam mengeja suku kata dan kata.
Subjek JLS juga menunjukkan respon yang baik dan positif mengenai penggunaan media Baba. Hasil observasi memperlihatkan bahwa siswa JLS
ketika saat pelaksanaan pembelajaran mengunakan media Baba, subjek tersebut sangat antusias dan gembira. Subjek ini terlihat sangat senang karena
pembelajaran dirasakan seperti bermain, misalnya ketika disuruh menyusun subjek JLS pertama kali tidak mengikuti langkah-langkah penggunaan media
Baba. Subjek ini menyusun sesuai keinginanya dan sering memasukan huruf pada kotak abjad Baba dan salah menempatkan. Sehubungan dengan itu,
ketika diakhir pembelajaran guru harus mengatur kembali kotak abjad JLS. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dikatakan bahwa dengan latihan
yang terus-menerus JLS mampu menyimak pembelajaran yang diberikan oleh
111
guru. Keaktifan subjek saat proses belajar mengajar sangat baik. Hal ini terlihat dari respon siswa JLS saat disuruh ke depan mengerjakan tugas
menyusun di almari Baba, JLS mampu tanpa bantuan dan mau bertanya apabila tidak menemukan huruf yang mau disusun. Subjek JLS memiliki
percaya diri yang tinggi.
4. Kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas Dasar II
SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta dengan adanya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Baba
Implementasi atau pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba pada siswa tunagrahita bertujuan untuk membantu
siswa agar lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran. Sebelum pelaksanaan metode ini, siswa kelihatan mengalami kesulitan dalam membaca huruf-huruf
tertentu, suku kata, dan kata. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil tes yang dilakukan pada awal sebelum pelaksanaan metode membaca permulaan dengan
menggunakan media Baba dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes tersebut dapat diketahui pengetahuan dan penguasaan
abjad siswa masih cukup terbatas. Hal ini dapat dicontohkan dengan siswa ALK yang umumnya sudah mengetahui huruf kecil, yakni dari 21 huruf yang diteskan
diawal yakni a, b, c, d, e, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, r, s, t, u, y, w. Ketika siswa ALK diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh guru dengan menyuarakan
nama abjad, namun ada kesulitan dalam membedakan huruf yang hampir mirip ukuranya seperti u dibaca n atau sebaliknya, l dibaca i, tetapi ketika
membaca huruf i siswa tetap membaca huruf i dan huruf y dibaca j. Subjek
112
ALK juga mengalami kesulitan dalam mengucapkan huruf r tapi siswa tersebut mengetahui konsep huruf r. Hal ini dikarenakan organ artikulasi siswa ALK
yakni lidahnya agak pendek. Sementara JLS, dari hasil tes 21 huruf a, b, c, d, e, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, r, s, t, u, p, y,w yang diteskan, siswa ini sudah
mengetahui huruf kecil, dan mampu membaca huruf yang ditunjukkan guru dengan menyuarakan nama abjad. Subjek ini kesulitan dalam membedakan huruf
d dan b serta h dan n t dibaca f huruf m dan w. Mengacu pada kondisi kemampuan siswa dalam membaca abjad ini,
penerapan metode membaca permulaan dengan media Baba ternyata dapat membantu siswa untuk lebih mudah dalam membaca mulai dari membaca abjad,
suku kata, dan kata. Kemampuan membaca permulaan siswa dalam penelitian ini dilihat dari tiga aspek, yakni: pelafalan, intonasi, dan kelancaran.
a. Pelafalan
Penerapan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba pada siswa tunagrahita di SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta
dapat memperbaiki pelafalan siswa. Hal tersebut didukung hasil wawancara dengan Ibu Suryani selaku guru Kelas D II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2
Yogyakarta seperti berikut: Dengan menggunakan media Baba ini, siswa menjadi lebih mudah
dalam pelafalan. Saya lihat siswa ALK dan JLS sebelumnya, agak sulit melafalkan, seperti tes pengucapan abjad yang dilakukan, kedua
siswa ini mengalami kesulitan dalam melafalkan huruf-huruf tertentu. Dengan menerapkan metode membaca permulaan ini,
kelihatan siswa memiliki lafal yang lebih baik. Ini dikarenakan adanya contoh-contoh atau gambar yang ada dalam alat peraga
sehingga siswa lebih mudah untuk mengingatnya Hasil wawancara, 16042012
113
Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa dengan menggunakan media Baba, siswa menjadi lebih baik dalam pelafalan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan kemampuan ALK dan JLS dalam hal lafal yang lebih baik. Hal senada dikemukakan orangtua siswa ALK seperti berikut:
Ya anak saya lafalnya menjadi lebih baik. Dulu anak saya gak bisa ngucapin r dengan baik, selalu dibaca l el. Tapi sekarang sudah
lebih baik. Waktu saya ke sekolah nanya ke gurunya, katanya ada metode baru yang digunakan. Saya lihat banyak kemajuan terutama
dalam membaca kata. Misalnya, di rumah kan ada tulisan-tulisan gitu, sekarang ini sudah lebih lancar dan lafalnya sudah cukup bagus
dan lebih baik. Ini dikarenakan adanya contoh-contoh atau gambar Hasil wawancara, 16042012
Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa media Baba mampu
membuat siswa ALK membaca dengan lafal yang lebih baik. Menurut orangtua ALK tersebut, siswa ALK di rumah menjadi lebih aktif dalam
membaca tulisan-tulisan di rumahnya dan dengan lafal yang lebih baik. Hal senada dikemukakan orangtua JLS bahwa anaknya telah memiliki lafal
membaca yang lebih baik seperti berikut: Saya lihat memang ada perkembangan dari anak saya JLS dalam
membaca tulisan kata. Lafal membacanya sudah semakin baik. Dulu anak saya itu susah membedakan beberapa huruf seperti
membedakan huruf d dan b serta h dan n t dibaca f. Sekarang lafalnya sudah lebih baik. Saya tidak tahu apa yang
dilakukan guru kog bisa lebih maju. Saya sendiri sering melatih tapi gak bisa-bisa. Tapi ini sudah lebih baik ya Hasil wawancara,
16042012
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa JLS memiliki lafal
membaca yang lebih baik setelah adanya penerapan metode pembelajaran yang menggunakan media Baba. Hal ini menunjukkan bahwa media Baba
114
yang digunakan guru dalam mengajar siswa tunagrahita membaca permulaan dapat memperbaiki lafal siswa ALK dan JLS dalam membaca.
Kemajuan yang dimiliki kedua siswa ini khususnya dalam hal lafal membaca menunjukkan bahwa metode membaca permulaan dengan
menggunakan media Baba merupakan salah satu cara yang efektif dalam memperbaiki lafal membaca khususnya siswa tunagrahita yang memiliki
keterbatasan dalam belajar.
b. Intonasi
Salah satu hal yang ingin diperbaiki dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan adalah intonasi membacanya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedua siswa ALK dan JLS sebelumnya memiliki kelemahan dalam membaca yakni intonasi yang
kurang jelas. Pelaksanaan metode membaca permulaan dengan menggunakan media Baba mampu memperbaiki intonasi ALK dan JLS.
Hal tersebut seperti dikemukakan Ibu Suryani selaku guru Kelas D II SLB C Dharma Rena Ring Putra 2 Yogyakarta seperti berikut:
Salah satu kelemahan siswa seperti ALK dan JLS dalam membaca adalah intonasi yang kurang jelas. Kadang saya sendiri tidak mudah
untuk menangkap apa isi dari yang dibaca oleh ALK dan JLS. Pengaruh lidah mungkin yang agak pendek bisa menjadi salah satu
penyebab tidak jelasnya intonasi dari siswa ini kalau membaca menjadi kurang jelas. Tapi dengan adanya metode pembelajaran
yang menggunakan media Baba ini cukup membantu menurut saya Hasil wawancara, 16042012
Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa siswa ALK dan JLS sama-sama memiliki kelemahan dalam intonasi. Kelemahan membaca