Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
15
34, karakteristik anak tungrahita ringan mild level severity pada masing- masing domain antara lain:
a. Domain konseptual: pada anak pra-sekolah belum ada perbedaan
konseptual yang jelas. Pada anak usia sekolah dan dewasa, terdapat kesulitan dalam mempelajari keahlian akademik seperti membaca,
menulis, berhitung, baik waktu maupun uang. Pada usia dewasa, tidak dapat berpikir abstrak apalagi untuk fungsi-fungsi eksekutif
seperti merencanakan, menyusun strategi, menyusun prioritas maupun fleksibilitas kognitif; dan memiliki daya ingat yang
singkat. b.
Domain sosial: tidak matang dalam interaksi sosial seperti kesulitan berkomunikasi dengan teman sebaya, berkomunikasi
hanya untuk hal konkrit, sulit mengatur emosi dan perilaku yang sesuai usianya, dan memiliki pemahaman yang terbatas tentang
resiko situasi sosial dan mudah dibohongi oleh orang lain. c.
Domain praktis: ketika dewasa, individu mungkin memiliki kemampuan merawat dirinya secara baik tetapi membutuhkan
bantuan untuk tugas sehari-hari yang kompleks seperti berbelanja, bepergian, merawat anak dan rumah, memperhatikan asupan gizi
dan pengaturan keuangan. Individu juga tidak bisa terlibat dalam persaingan pencarian pekerjaan dan harus dibantu dalam
pengambilan keputusan atas kesehatannya dan atas persoalan hukum.
16
Selain itu, Lumbantobing 2001: 7 mengemukakan bahwa, individu dengan reterdasi mental ringan dapat menggunakan bahasa dalam
keperluan sehari-hari, dapat mengurus diri sendiri, namun dalam bidang akademik mengalami kesulitan khususnya dalam hal membaca dan
menulis. Akan tetapi, mereka dapat ditolong dengan pendidikan yang disusun secara khusus untuk meningkatkan kecakapannya dan
mengkompensasikan mengalihkan hambatannya. Anak tunagrahita ringan juga memiliki karakteristik yang tidak
jauh berbeda dengan anak normal. Secara fisik anak tunagrahita sama seperti dengan anak normal pada umumnya. Perbedaannya adalah anak
tunagrahita ringan memiliki kesulitan berfikir abstrak dan keterbatasan di bidang kognitif. Hal ini berimplikasi pada aspek kemampuan lainnya yaitu
perhatian, ingatan, dan kemampuan generalisasi, yang digunakan dalam proses belajar. Karena itu, anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan di
bidang akademik, miskin perbendaharaan bahasa, serta perhatian dan ingatan yang lemah Mumpuniarti, 2007: 16-17.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Somantri 2007: 106- 107 bahwa karakteristik anak tunagarahita ringan antara lain: keterbatasan
dalam penguasaan bahasa, pemusatan perhatian, dan akademiknya yang kurang. Selain itu, dibantu dengan memberikan semangat, juga mengulang
perbendaharaan kata-kata hingga pengulangan tugas dari yang sederhana ke arah yang lebih sulit, dengan menggunakan pendekatan yang konkret.
Walaupun demikian, mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan
17
berhitung sederhana dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya sendiri. Efendi 2006: 98 mengemukakan beberapa karakteristik anak
tunagrahita ringan sebagai berikut. a.
Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. b.
Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. c.
Kemampuan sosialisasinya terbatas. d.
Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. e.
Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. f.
Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD.
James dan Pages dalam Mumpuniarti, 2003:24 menguraikan karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut:
a. Ciri Kecerdasan
Kapasitas belajar sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, anak lebih banyak belajar dengan cara membeo bukan pengertian.
b. Ciri Fungsi Mental
Anak tunagrahita mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, jangkauan perhatian sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang
tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan mengalami kesukaran mengungkap kembali ingatan, kurang mampu membuat asosiasi, serta
sukar membuat kreasi baru. Sehingga dalam proses pembelajaran, pelajaran yang diberikan harus berulang-ulang hingga mencapai
tujuan pembelajaran.