Pelayanan Bantuan Hukum M. Hatta Ali, S, M

Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 115 115 BAGIAN 3 melibatkan instansi lintas sektoral dan pemangku kepentingan dari kalangan advokat dan masyarakat sipil. Kelompok kerja ini bertugas antara lain untuk menyusun pola perjanjian kerja sama penyelenggaraan Pos Bantuan hukum dalam bentuk konsep nota kesepahaman untuk kerja sama kelembagaan antara Pengadilan dan Lembaga Penyedia Bantuan Hukum, menyusun petunjuk teknis dan kerangka acuan untuk pelaksanaan seleksi penyediaan Pos Bantuan Hukum dan bantuan jasa advokat.

a. Pos Bantuan Hukum

Menurut SEMA Nomor 10 Tahun 2010, Pos Bantuan Hukum Posbakum diartikan sebagai ruang yang disediakan oleh dan pada setiap Pengadilan Negeri bagi Advokat Piket dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada Pemohon Bantuan Hukum. Ruang Posbakum dapat digunakan untuk pengisian formulir permohonan bantuan hukum, bantuan pembuatan dokumen hukum, advis atau konsultasi hukum, memberikan rujukan lebih lanjut tentang pembebasan biaya perkara, dan memberikan rujukan lebih lanjut tentang bantuan jasa Advokat. Posbakum dimaksudkan untuk memberikan layanan berupa pemberian nasihat hukum, konseling dan pembuatan gugatan bagi mereka yang tidak tahu mengenai masalah hukum dan tidak mampu membayar pengacara untuk menyelesaikan persoalan hukum mereka. Pada lingkup peradilan umum, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Badilum juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 412DJU OT.01.2IV2011 tanggal 25 April 2011 tentang Rencana Pelaksanaan Pos Bantuan Hukum dan Sidang di Tempat Sidang Tetap Zitting Plaats. Surat Edaran tersebut bertujuan memerintahkan setiap Pengadilan Negeri memiliki ruang khusus yang layak untuk dijadikan Pos Bantuan Hukum dan pendataan zitting plaats Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 116 116 BAGIAN 3 Dalam rentang tahun 2011, Badilum telah melaksanakan Pendataan Sarana Hukum Pengadilan Tahun 2011 dalam rangka Program Peningkatan Pelayanan Bantuan Hukum Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum. Inti dari pelaksanaan kegiatan ini lebih difokuskan untuk mengetahui sampai sejauh mana penyerapan realisasi anggaran kegiatan dana bantuan hukum yang disediakan kepada Pengadilan seluruh Indonesia sekaligus sosialisasi Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum dan Juklak Nomor 1DJUOT 01.3VIII2011. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada wilayah hukum Pengadilan Tinggi sebanyak 10 sepuluh lokasi yang dilaksanakan pada Oktober sampai dengan Desember 2011. Kondisi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah agar pemberian Bantuan Hukum pada setiap pengadilan dapat terserap dengan baik untuk tahun mendatang dengan adanya Buku Juklak Bantuan Hukum. Masyarakat lemah atau miskin tidak mampu dan kaum marginal juga diharapkan mendapat akses bantuan hukum dalam beperkara. Anggaran yang dialokasikan pada Ditjen Badilum pada tahun 2011 untuk Bantuan Hukum mencapai Rp34.519.500.000 untuk dilaksanakan di 344 pengadilan di seluruh Indonesia. Walaupun demikian serapan anggaran adalah sebesar Rp1.212.350.000 untuk membantu penyelesaian 1.455 perkara. Ruang Pelayanan Hukum untuk Anak dan Perempuan pada Pengadilan Negeri Stabat, Sumatera Utara Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 117 117 BAGIAN 3 Tabel 1 Pelaksanaan Bantuan Hukum di Pengadilan Negeri Tahun 2011 Jumlah PN Pagu Anggaran Rp Serapan Anggaran Rp Jumlah Perkara 344 34.519.500.000 1.212.350.000 1.455 Eksistensi Pos Bantuan Hukum di peradilan agama diperjelas dengan diterbitkannya sebuah petunjuk pelaksanannya dalam bentuk Keputusan Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 04Tuada-AgII2011 tanggal 21 Februari 2011 dan Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor 020SekSKII2011. Khusus di lingkungan peradilan agama, Posbakum pada Mahkamah Syar’iyah dimungkinkan untuk menyediakan layanan pendampingan khusus dalam perkara jinayat. Adapun jenis jasa hukum yang diberikan pada Posbakum di pengadilan agama adalah pemberian informasi, konsultasi, advis dan pembuatan surat gugatan permohonan. Khusus untuk perkara jinayah di mahkamah syar’iyah, seperti halnya di pengadilan negeri, dimungkinkan juga penyediaan advokat pendamping secara cuma-cuma untuk membela penerima jasa bantuan hukum di persidangan. Pos Bantuan Hukum pada Pengadilan Agama Palembang, Sumatera Selatan Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 118 118 BAGIAN 3 Pemberi jasa bantuan hukum yang bertugas di Posbakum adalah pihak luar pengadilan advokat, sarjana hukum dan sarjana syari’ah yang berasal dari organisasi bantuan hukum dari unsur asosiasi profesi advokat, perguruan tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang terikat dengan nota kesepahaman oleh pengadilan-pengadilan agama setempat. Pada tahun 2011 Peradilan Agama memiliki target untuk melaksanakan 11.553 perkara melalui posbakum. Anggaran untuk Posbakum dan dana pendampingan bagi seluruh perkara jinayat di Mahkamah Syar’iyah di Aceh telah dianggarkan sebesar Rp4.152.000.000. Hingga bulan Desember 2011, terdapat 34.647 pengguna Posbakum. Ini berarti terdapat peningkatan sebesar 300 dari target semula. Tabel 2 Pelaksanaan Pos Bantuan Hukum di Pengadilan Agama Tahun 2011 Jumlah PA Jumlah Layanan Perkara Anggaran Rp Target Realisasi Pagu Serapan 46 11.533 34.647 4.152.000.000 4.053.968.138

b. Pelayanan Perkara Prodeo dan Sidang Keliling

Dalam buku ‘Providing Justice to the Justice Seekers: A Report on the Indonesian Religious Courts Access and Equity Study’ yang ditulis oleh Cate Sumner, dinyatakan bahwa terdapat tingkat kepuasan yang tinggi diantara para pengguna Pengadilan Agama 70 atas pelayanan yang diberikan. Mereka mengatakan akan kembali ke Pengadilan Agama jika nanti mempunyai masalah hukum yang sama. Pelaksanaan Sidang Keliling Pengadilan Agama Giri Menang Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 119 119 BAGIAN 3 Kelompok termiskin dari masyarakat Indonesia menghadapi kendala yang signiikan dalam membawa perkara hukum keluarga mereka ke pengadilan. Akibatnya, terdapat siklus perkawinan dan perceraian illegal bagi Perempuan Kepala Keluarga kelompok yang disurvei yang hidup di bawah garis kemiskinan. Bagi masyarakat miskin, kendala utama dalam mengakses pengadilan adalah masalah keuangan yang berkaitan dengan biaya perkara dan ongkos transportasi dari dan ke pengadilan. Kendala lainnya adalah kurangnya kejelasan informasi bagi mereka yang belum melek aksara. Buku Cate Sumner memberikan rekomendasi terkait pelaksanaan layanan keadilan terhadap masyarakat miskin, yaitu: peningkatan anggaran prodeo, penyediaan informasi yang jelas dan seragam mengenai prosedur berperkara secara prodeo, peningkatan pelaksanaan sidang keliling dan penaikan anggaran sidang keliling, penyediaan informasi yang lebih baik tentang proses berperkara dan peningkatan pelayanan publik client service. Mahkamah Agung kemudian memberikan respon cepat atas temuan dan rekomendasi penelitian di atas. Anggaran untuk fasilitas prodeo dan sidang keliling ditingkatkan. Pada tahun 2007, anggaran untuk prodeo dan sidang keliling adalah sebesar Rp1 miliar. Pada tahun 2008, negara secara signiikan meningkatkan anggaran untuk sektor ini menjadi sebesar Rp30 miliar. Peningkatan anggaran untuk sidang keliling dan perkara prodeo ini memberikan peran penting dalam meningkatkan akses terhadap keadilan bagi orang-orang miskin dan mereka yang tinggal di wilayah terpencil. Biaya perkara yang umumnya dibayar oleh para pihak digunakan untuk biaya pemanggilan para pihak, pemanggilan saksi, dan juga biaya administrasi persidangan. Pelaksanaan sidang keliling pada tahun 2011 mendapat respon positif dari para pencari keadilan. Pada tahun 2011, Ditjen Badilag menargetkan pelaksanaan sidang keliling di 273 lokasi. Data terakhir, hingga bulan Desember 2011, menunjukkan bahwa sidang keliling Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 120 120 BAGIAN 3 telah berhasil dilakukan pada 338 lokasi. Demikian juga, jumlah perkara yang diselesaikan juga meningkat. Ditjen Badilag mentargetkan 11.553 dan data terkini menunjukkan ada 18.549 perkara yang diselesaikan atau terdapat kenaikan sebesar 160. Tabel 3 Pelaksanaan Sidang Keliling di Pengadilan Agama Tahun 2011 Lokasi Jumlah Layanan Perkara Anggaran Rp Target Realisasi Target Realisasi Pagu Serapan 273 338 11.553 18.549 4.188.500.00 3.463.113.528 Sidang keliling yang dilakukan oleh pengadilan agama kadang harus mengarungi lautan. Para hakim dan aparat peradilan harus menempuh lebih dari dua jam perjalanan laut hanya dengan menggunakan perahu dengan keamanan alakadarnya. Perjalanan ini harus ditempuh karena tidak ada cara lain untuk menuju lokasi sidang keliling. Dapat dipahami karena kebanyakan wilayah di Indonesia adalah wilayah kepulauan. Penyelenggaraan sidang keliling telah banyak membantu menyelesaikan masalah “akte kelahiran”. Pada tahun 2011, pengadilan agama menerima sebanyak 25.180 perkara isbat nikah pengesahan perkawinan dan telah berhasil menyelesaikan sebesar 22.789 perkara. Dengan putusan tentang sahnya suatu perkawinan yang sebelumnya tidak tercatat, masyarakat dapat memperoleh akta kelahiran buat anak- anak mereka. Persiapan Sidang Keliling Pengadilan Agama Soasio, Maluku Utara. Para Hakim dan para staf pengadilan menempuh perjalanan laut ke daerah tempat pelaksanaan sidang keliling. Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 121 121 BAGIAN 3 Pada tahun 2011, Pengadilan Agama menargetkan 11.553 perkara prodeo dengan anggaran sebesar Rp3.465.900.000 dengan serapan sebesar Rp1.620.440.301 atau sekitar 46,8. Pengadilan Agama telah menerima sebanyak 10.507 perkara prodeo atau sekitar 91. Tabel 4 Pelaksanaan Sidang Perkara Prodeo di Pengadilan Agama Tahun 2011 Jumlah Layanan Perkara Anggaran Rp Target Realisasi Pagu Serapan 11.533 10.507 3.465.900.000 1.620.440.301 Sidang Isbat Nikah di Kinabalu, Sabah, Malaysia Mahkamah Agung RI melakukan terobosan baru untuk meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat. Akses terhadap keadilan tidak hanya dapat dinikmati oleh warga masyarakat yang tinggal di Indonesia, tetapi juga bagi warga yang berjuang di negeri orang. Dengan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 084KMA SKV2011 tentang Izin Sidang Pengesahan Perkawinan Itsbat Nikah di Kantor Perwakilan Republik Indonesia, tertanggal 25 Mei 2011, Pengadilan Agama Jakarta Pusat melakukan sidang isbat nikah di Kinalau, Sabah, Malaysia untuk pertama kalinya. Pelaksanaan Sidang Isbat Nikah di Sabah, Malaysia Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 122 122 BAGIAN 3 Sidang Isbat Nikah ini bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi warga negara Indonesia atau tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri dan juga untuk memberikan akses terhadap keadilan yang seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia. Kebijakan Mahkamah Agung ini merupakan sikap peka dan peduli terhadap persoalan hukum yang dihadapi masyarakat. Perkawinan siri yang marak terjadi di kalangan Warga Negara Indonesia WNI atau Tenaga Kerja Indonesia TKI yang berada di luar negeri menimbulkan persoalan-persoalan keimigrasian. Secara hukum, pelaku perkawinan sirri tidak mendapatkan akta nikah yang menjadi sangat penting dalam kelengkapan dokumen keimigrasian. Sidang isbat nikah menjadi solusi terbaik bagi WNI atau TKI untuk memperoleh akta nikah setelah perkawinan sirri mereka disahkan melalui sidang ini. Sidang isbat nikah ini yang merupakan kerjasama antara Pengadilan Agama Jakarta Pusat dan Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu ini telah berhasil menyidangkan 367 perkara pengesahan kawin sirri. Dari jumlah itu, 335 permohonan dapat dikabulkan. Sementara sisanya, 27 permohonan yang tidak dapat dikabulkan karena pemohon tidak hadir, 4 permohonan ditolak karena masih dalam proses perceraian di Indonesia dan 1 permohonan ditolak karena beristri dua.

c. Zitting Plaats

Dalam rangka membantu para pencari keadilan yang berdomosili jauh WNITKI di Malaysia yang mendapat Buku Nikah pasca Sidang Isbat Nikah Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 123 123 BAGIAN 3 Graik 1 Jumlah Gedung Zitting Plaats Tahun 2011 dari kantor Pengadilan Negeri khususnya masyarakat tidak mampu miskin danatau terpinggirkan marginal, sampai saat ini pelaksanaan sidang di zitting plaats masih dilaksanakan oleh beberapa pengadilan negeri yang bangunangedung tempat sidangnya tidak dikembalikan ke Kementerian Hukum dan HAM dengan menggunakan anggaran perjalanan dinas yang tersedia. Hasil pendataan kembali pasca serah terima sebagian bangunan gedung tempat sidang antara Mahkamah Agung dengan Kementerian Hukum dan HAM, ternyata masih ada beberapa bangunangedung yang tetap dimiliki Mahkamah Agung dan untuk tahun 2012 sejumlah 20 pengadilan negeri telah mendapatkan DIPA untuk melaksanakan sidang di zitting plaats, dan ditindaklanjuti oleh Direktur Jenderal dengan mengeluarkan Surat Keputusan Dirjen Badilum Nomor 1DJU OT.01.3I2012 tertanggal 26 Januari 2012. Dari 59 lokasi zitting plaats yang dilakukan survei, sebagian besar sudah rusak akibat tidak ada biaya renovasi, sebagian lagi rusakmusnah akibat bencana alam, seperti tsunami dan banjir. Dari 34 lokasi zitting plaats yang dimiliki oleh Mahkamah Agung, sejumlah 19 lokasi masih dalam keadaan baik, 7 rusak ringan dan 8 rusak berat. Sedangkan sisanya sejumlah 25 lokasi zitting plaats milik Kementerian Hukum dan HAM, sejumlah 3 lokasi dalam keadaan baik, 7 rusak ringan dan 15 rusak berat. Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 124 124 BAGIAN 3

2. Kendala dan Solusi a. Pada Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum

Kendala yang kerap dihadapi dalam pelaksanaan program pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin adalah keengganan mereka untuk dibantu. Sering pula dijumpai kejadian tersangkaterdakwa yang tidak mau dibantu oleh advokat dengan biaya negara, karena sebagian dari mereka memiliki persepsi akan mendapat cap orang miskin apabila menikmati layanan bantuan atau akan mendapatkan kesulitan dalam proses persidangan. Kondisi ini banyak sekali terjadi baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Daya serap dana bantuan hukum kurang menggembirakan, dikarenakan beberapa kendala, antara lain: pada umumnya Ketua Pengadilan Negeri masih belum memahami SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Hukum, sehingga takut dan khawatir untuk mempergunakannya. Walaupun sudah dilakukan sosialisasi dalam beberapa kesempatan baik oleh pimpinan Mahkamah Agung maupun oleh pimpinan Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum. Terkait zitting plaats, beberapa kendala yang dapat dipetakan oleh Badilum adalah: i belum sepenuhnya isik gedung diserahkan kepada Mahkamah Agung RI, ii gedung yang sudah dimiliki oleh Mahkamah Agung RI banyak dalam kondisi yang tidak layak untuk digunakan. Menghadapi kendala dan permasalahan tersebut, langkah antisipasi yang diambil oleh Ditjen Badilum antara lain : • meyakinkan kepada para pencari keadilan, bahwa mereka mempunyai hak untuk mendapat bantuan hukum terutama bagi masyarakat yang digolongkan tidak mampu secara ekonomi; • sosialisasi lebih intensif tentang SEMA Nomor 10 Tahun 2010 dan petunjuk teknisnya; • Menerbitkan Surat Keputusan Dirjen Badilum Nomor 1DJU OT.01.3VIII2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan SEMA Nomor 10 Tahun 2010; • Memonitor secara berkala kegiatan Bantuan Hukum, Posbakum dan Sidang di Tempat zitting plaats agar terlaksana dengan baik, tertib dan lancar Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 125 125 BAGIAN 3

b. Pada Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama

Program bantuan hukum, merupakan program yang relatif baru bagi Pengadilan Agama, maka tidak heran bila banyak persoalan yang timbul di lapangan. Di antara persoalan tersebut adalah petugas Posbakum kurang memahami proses berperkara di Pengadilan Agama. Banyak dijumpai pembuatan surat gugatan dan permohonan, replik dan duplik yang tidak sesuai dengan peraturan berlaku di Pengadilan Agama. Akibatnya, dapat menyebabkan suatu perkara ditolak karena surat gugatan kabur atau obscuur libel. Bila ini terjadi maka para pihak akan sangat dirugikan. Hal lain yang kerap terjadi adalah petugas Posbakum tidak mengerti istilah-istilah teknis hukum Islam yang notabene menjadi hukum materiil Peradilan Agama. Ini disebabkan kebanyakan petugas Posbakum berlatar belakang sarjana hukum umum, bukan sarjana syari’ah. Kondisi tidak mendukung lainnya adalah minimnya infrastruktur yang memadai seperti ruangan yang representatif, alat tulis kantor, dan perangkat komputer. Selain itu, khusus untuk program perkara prodeo, penyerapan anggaran relatif minim. Hal ini disebabkan masyarakat mengalami kesulitan dalam memenuhi persyaratan pengajuan perkara secara prodeo. Salah satu syarat utama adalah Surat Keterangan Tidak Mampu SKTM. Kerapkali masyarakat mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mendapatkan SKTM dari pada biaya yang harus dibayarkan. Persoalan lain yang dijumpai berkaitan dengan realisasi anggaran. Setiap perkara prodeo dianggarkan sebesar Rp300.000 tiga ratus ribu rupiah. Menurut Juklak yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung, apabila penggunaan anggaran untuk tiap perkara berlebih maka harus dikembalikan ke negara. Hal ini menyebabkan anggaran tidak dapat terserap secara maksimal. Ada juga persoalan psikologis. Masyarakat merasa malu menggunakan layanan prodeo. Mereka malu menyatakan dirinya sebagai masyarakat miskin. Pengadilan Agama tidak tinggal diam dalam menghadapi masalah- masalah tersebut. Pengadilan Agama berusaha menggunakan sumber