Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
364 364
BAGIAN 10
terhadap isterinya, dengan ketentuan membayar nafkah iddah 2 juta rupiah, kiswah 1 juta rupiah, maskan 1,5 juta rupiah, mut’ah 5,5 juta
rupiah. Sementara itu, pada tingkat banding, dengan membatalkan putusan sebelumnya, Mahkamah Syar’iyah Aceh menetapkan bahwa
kedua orang anak berada di bawah hadlanah pengasuhan mantan isteri, serta menetapkan besarnya nafkah iddah 9 juta rupiah, kiswah 3
juta rupiah, mut’ah 30 juta rupiah, nafkah dua orang anak 2 juta rupiah, dan biaya pendidikan anak 1,5 juta rupiah, yang harus dibayar oleh
mantan suami. Atas permohonan kasasi mantan isteri seperti disebutkan tadi, dengan
pertimbangan bahwa jumlah nilai nafkah anak belum memenuhi kebutuhan hidup minimum, kepatutan dan keadilan, maka majelis hakim
kasasi, meskipun menolak permohonan kasasi tersebut, menetapkan bahwa mantan suami harus membayar mut’ah sebesar 5,5 juta rupiah,
nafkah, maskan dan kiswah 4,5 juta rupiah, serta nafkah untuk dua orang anak minimal sebesar 3,75 juta rupiah. Besaran nafkah, kiswah,
maskan, dan mut’ah yang ditetapkan ini pada prinsipnya sama dengan putusan pengadilan tingkat pertama, dengan tambahan nilai nafkah
untuk dua orang anak yang sedikit lebih besar dari yang ditentukan oleh pengadilan tingkat banding.
b. Ringkasan Pertimbangan Mahkamah Agung:
• Bahwa oleh karena jumlah nilai nafkah anak yang telah ditetapkan oleh judex facti belum memenuhi kebutuhan hidup minimum,
kepatutan dan keadilan, Mahkamah Agung memandang perlu untuk menambah jumlah nilai nafkah tersebut […]
c. Ringkasan Amar Putusan 1 Mengadili:
• Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: […] tersebut;
• Memperbaiki amar Putusan Mahkamah Syar’iyah Aceh […] yang memperbaiki amar putusan Mahkamah Syar’iyah
Blangkejeren […] sehingga amar selengkapnya sebagai berikut: […]
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
365 365
BAGIAN 10
4.
224 KAG2010 No. Perkara
: 224 KAG2011
Jenis Perkara :
Waris
Isu Kunci :
Hukum waris bersifat memaksa, pengakuan anak angkat harus mendapatkan ridho para ahli waris, harta bersama
dalam perkawinan dengan dua isteri yang menjadi harta waris adalah 13 dari harta almarhum bersama kedua
isterinya
Majelis Hakim :
1. Prof. Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum.
2. Drs. H. Mukhtar Zamzami, S.H., M.H.
3. Dr. H. Habiburrahman, M. Hum.
a. Resume Perkara
Pada pengadilan tingkat pertama, penggugat termohon kasasi sebagai isteri pertama, menggugat isteri kedua dan anak-anaknya
untuk menyerahkan harta waris bagian penggugat, serta memohon pengadilan untuk membagi harta waris tersebut. Di tengah proses
tersebut, dua orang anak angkat, ikut mengajukan tuntutan untuk juga diakui sebagai pihak yang berhak atas harta waris. Pengadilan
Agamakemudian membagi harta waris almarhum itu kepada para pihak, termasuk sebagian kepada anak angkat.
Para tergugat mengajukan banding terhadap putusan ini. Pengadilan Tinggi Agama kemudian menetapkan kedua anak angkat sebagai anak
angkat almarhum dan isteri pertama, dengan demikian sah sebagai ahli waris. Ditentukan juga bahwa harta waris terdiri dari setengah
harta bersama almarhum dengan isteri pertama, serta sepertiga harta bersama yang didapatkan setelah perkawinannya dengan isteri kedua.
Pihak tergugat mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan ini. Yang pertama dipermasalahkan adalah status anak angkat yang
dapat diakui mempunyai hak atas harta waris. Menurut pihak tergugat pemohon kasasi, anak angkat baru dapat diakui berdasarkan penetapan
pengadilan sebelumya Pasal 171 huruf h Kompilasi Hukum Islam KHI. Pendapat ini kemudian dibenarkan oleh majelis hakim kasasi.
Majelis menyatakan kedua anak angkat tidak dapat dianggap secara resmi sebagai anak angkat yang berhak atas hak waris dari harta yang
ditinggalkan almarhum, karena dalam hal ini tidak ada ridho dari para ahli waris.