Meningkatkan Kualitas Informasi pada Sistem Informasi Perkara Mahkamah Agung RI

Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 23 23 BAGIAN 2 Untuk mengantisipasi hal tersebut, Mahkamah Agung RI melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas informasi pada sistem informasi perkara Mahkamah Agung RI. Diantara upaya tersebut adalah : melakukan audit data base, membuat itur sistem quality control, dan membentuk tim monitoring update data.

6. Melakukan standardisasi dan sertiikasi template putusan Mahkamah Agung RI

Template putusan merupakan faktor yang mempengaruhi upaya percepatan penyelesaian minutasi perkara di Mahkamah Agung RI. Ketersediaan template untuk semua jenis perkara yang menjadi kewenangan dan standarisasinya akan memudahkan penyediaan draft putusan sebelum putusan tersebut dibacakan. Keberadaan template yang terstandarkan memiliki keterkaitan dengan ketersediaan dokumen elektronik yang diwajibkan oleh SEMA 14 Tahun 2010. Sejalan dengan modernisasi manajemen perkara, Mahkamah Agung RI akan melakukan elektronisasi template berbasis aplikasi. Indikator Kinerja Utama Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2005 tentang Kepaniteraan Mahkamah Agung RI jo Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor : KMA018SKIII2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Mahkamah Agung RI dijelaskan bahwa Kepaniteraan Mahkamah Agung RI mempunyai tugas pokok melaksanakan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi justisial kepada Majelis Hakim Agung dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara, serta melaksanakan administrasi penyelesaian putusan Mahkamah Agung RI. Sesuai dengan tugas pokoknya tersebut dalam melaksanakan aktivitas rutinnya diarahkan pada pencapaian program yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahunan yaitu penyelesaian perkara. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan program tersebut, Kepaniteraan Mahkamah Agung RI telah menyusun tiga Indikator Kinerja Utama Key Indicator Performance yaitu : a. Penyelesaian perkara dilakukan dengan cepat b. Penyelesaian minutasi perkara yang tepat waktu; c. Penurunan tunggakan perkara; Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 24 24 BAGIAN 2 Dari tiga indikator kinerja utama Kepaniteraan Mahkamah Agung RI tersebut menunjukkan bahwa persoalan waktu penyelesaian perkara dan penurunan tunggakan perkara masih menjadi perhatian utama sekaligus menjadi program yang berkesinambungan. Sebagai standar norma dalam penyelesaian perkara Mahkamah Agung RI masih berpatokan pada SK Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 1382009 tanggal 11 September 2009. Selain itu, untuk mengukur kinerja penyelesaian perkara Mahkamah Agung RI juga menggunakan pada standar internasional yang digunakan oleh peradilan di seluruh dunia yakni clearance rate . Berdasarkan standar ini, Mahkamah Agung RI dinilai kinerja penyelesaian perkaranya baik apabila jumlah perkara yang keluar dikirim lebih banyak dari pada perkara yang masuk dalam satu periode. Adapun untuk mengukur turunnya tunggakan perkara Mahkamah Agung RI mendasarkan pada perbandingan dengan tahun sebelumnya mengenai tiga hal, yakni: pertama, jumlah perkara belum putus pada akhir tahun; kedua, jumlah perkara tunggak yang meliputi perkara belum putus dan perkara belum minutasi yang sudah melampaui jangka waktu penanganan perkara, dan ketiga jumlah perkara aktif beredar di Mahkamah Agung RI. Dalam penyusunan laporan tahunan bagian manajemen perkara ini, pertama kali akan dipaparkan mengenai keadaan perkara di Mahkamah Agung RI. Informasi keadaan perkara ini akan memberikan gambaran mengenai kinerja Mahkamah Agung RI dalam setahun, sekaligus memberi tafsiran terhadap capaian kinerja utama. Kemudian diuraikan mengenai keadaan perkara pada pengadilan tingkat pertama dan banding. Gambaran mengenai keadaan perkara tingkat pertama dan banding ini sangat penting untuk melihat beban kerja pengadilan, potret kesadaran hukum, dan tren upaya hukum. Selain itu informasi lain yang bisa diperoleh dari keadaan perkara ini adalah kontribusi pengadilan terhadap keuangan negara, khususnya recovery asset. Selanjutnya akan disampaikan pula upaya pembaruan fungsi teknis dan manajemen perkara yang telah dilakukan selama satu tahun terakhir sebagai wujud akuntabilitas terhadap pelaksanaan cetak biru pembaruan peradilan.