Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
114 114
BAGIAN 3
II. PELAYANAN DAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN MARGINAL
1. Pelayanan Bantuan Hukum
Pada Agustus 2010, Mahkamah Agung telah mengambil langkah signiikan dalam mendorong upaya agar akses masyarakat miskin dan marginal dapat
ditingkatkan. Langkah strategis yang ditempuh Mahkamah Agung RI adalah penyempurnaan mekanisme bantuan hukum pada Pengadilan.
Langkah signiikan tampak antara lain lewat Surat Edaran Mahkamah Agung RI SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian
Bantuan Hukum yang kemudian ditindaklanjuti dengan serangkaian penyempurnaan kebijakan dan proses. Pada prinsipnya SEMA Nomor 10
Tahun 2010 berupaya untuk menata kembali prosedur hukum penanganan dan pemberian bantuan hukum pada lingkungan peradilan umum, agama,
militer dan tata usaha negara yang sebelumnya pernah ada dan dirasakan perlu untuk ditingkatkan.
Perubahan meliputi beberapa hal. Pertama, pembentukan Pos Bantuan Hukum dan tata cara pengelolaannya yang dinilai sudah kurang efektif.
Kedua , pengaturan pemberian Bantuan Jasa Advokat, yang mengatur
kompensasi biaya pendampingan bagi advokat, sekaligus mengatur tata cara memperoleh bantuan hukum advokat dengan cara yang jauh
lebih mudah bagi pencari keadilan. Ketiga, pembebasan biaya perkara perdata prodeo yang selama ini dalam praktik menghadapi kendala.
SEMA ini mengatur secara spesiik operasionalisasi mekanisme perkara prodeo. Keempat, operasionalisasi sidang keliling dan tempat sidang tetap
zittingplaats untuk makin mendekatkan pengadilan ke masyarakat miskin dan marginal yang secara geograis sulit untuk mencapai pengadilan.
Khusus untuk zittingplaats, maka mulai dilakukan revitalisasi terhadap zittingplaats
lama yang merupakan warisan dari era dua atap dan banyak yang saat ini tidak terurus.
Menindaklanjuti SEMA tersebut, Mahkamah Agung RI membentuk Kelompok Kerja Pengembangan Operasionalisasi Pemberian Bantuan
Hukum Berdasarkan SEMA Nomor 10 Tahun 2010 melalui SK KMA Nomor 192KMASKXII2010 yang selain beranggotakan kalangan internal, juga
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
115 115
BAGIAN 3
melibatkan instansi lintas sektoral dan pemangku kepentingan dari kalangan advokat dan masyarakat sipil.
Kelompok kerja ini bertugas antara lain untuk menyusun pola perjanjian kerja sama penyelenggaraan Pos Bantuan hukum dalam bentuk konsep
nota kesepahaman untuk kerja sama kelembagaan antara Pengadilan dan Lembaga Penyedia Bantuan Hukum, menyusun petunjuk teknis dan
kerangka acuan untuk pelaksanaan seleksi penyediaan Pos Bantuan Hukum dan bantuan jasa advokat.
a. Pos Bantuan Hukum
Menurut SEMA Nomor 10 Tahun 2010, Pos Bantuan Hukum Posbakum diartikan sebagai ruang yang disediakan oleh dan pada setiap
Pengadilan Negeri bagi Advokat Piket dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada Pemohon Bantuan Hukum. Ruang Posbakum
dapat digunakan untuk pengisian formulir permohonan bantuan hukum, bantuan pembuatan dokumen hukum, advis atau konsultasi hukum,
memberikan rujukan lebih lanjut tentang pembebasan biaya perkara, dan memberikan rujukan lebih lanjut tentang bantuan jasa Advokat.
Posbakum dimaksudkan untuk memberikan layanan berupa pemberian nasihat hukum, konseling dan pembuatan gugatan bagi mereka yang
tidak tahu mengenai masalah hukum dan tidak mampu membayar pengacara untuk menyelesaikan persoalan hukum mereka.
Pada lingkup peradilan umum, Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Badilum juga mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 412DJU
OT.01.2IV2011 tanggal 25 April 2011 tentang Rencana Pelaksanaan Pos Bantuan Hukum dan Sidang di Tempat Sidang Tetap Zitting Plaats.
Surat Edaran tersebut bertujuan memerintahkan setiap Pengadilan Negeri memiliki ruang khusus yang layak untuk dijadikan Pos Bantuan
Hukum dan pendataan zitting plaats