PIDANA MILITER Penandatanganan MoU antara Mahkamah Agung RI dengan Mahkamah Agung Sudan.

Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 350 350 BAGIAN 10

a. Resume Perkara

Perkara ini merupakan perkara pembunuhan yang dilakukan oleh seorang kolonel terhadap mantan istrinya dan seora ng hakim di ruang sidang Pengadilan Agama Sidoarjo. Perbuatan tersebut dilakukan saat dilakukan pembacaan putusan perceraian dan pembagian harta gono gini, di mana saat Majelis Hakim membacakan putusan tiba-tiba terdakwa keluar ruang sidang menuju mobil Terdakwa untuk mengambil sangkur yang ada di dalam mobilnya dan kembali ke ruang sidang untuk mendengarkan putusan. Setelah putusan selesai dibacakan tak lama kemudian Terdakwa menusukkan pisaunya ke arah mantan istrinya dan hakim yang berusaha mencegah perbuatan Terdakwa tersebut hingga mengakibatkan keduanya meninggal dunia. Atas perbuatan tersebut Terdakwa didakwa melakukan pembunuhan berencana terhadap mantan istrinya dan pembunuhan terhadap seorang hakim. Oditur Militer menuntut Terdakwa dengan pidana mati dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai anggota TNI. Di tingkat Pengadilan Militer Tinggi Terdakwa dijatuhi hukuman mati dan pemberhentian tidak dengan hormat. Putusan ini diperkuat di tingkat Pengadilan Militer Utama. Namun putusan tersebut khususnya mengenai hukuman mati diubah oleh Mahkamah Agung menjadi pidana penjara seumur hidup dengan pokok pertimbangan bahwa penjatuhan pidana mati harus dilakukan dengan sangat selektif dan hanya untuk kejahatan-kejahatan tertentu saja yang luar biasa yang menimbulkan efek yang luas atau membahayakan atau merugikan masyarakat umum atau banyak orang. Sementara itu dalam perkara ini Majelis Kasasi tidak melihat adanya unsur-unsur tersebut sehingga penjatuhan hukuman mati terhadap Terdakwa dipandang tidak tepat. Namun demikian salah seorang hakim anggota berpendapat lain, menurutnya bahwa penjatuhan hukuman mati terhadap Terdakwa telah tepat.

b. Pertimbangan Mahkamah Agung

Menimbang, bahwa terlepas dari alasan-alasan kasasi tersebut di atas, Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan kasasi Pemohon Kasasi dapat dibenarkan, karena judex facti Pengadilan Militer Tinggi dan Pengadilan Militer Utama telah kurang dalam pertimbangannya sekedar mengenai penjatuhan pidana, dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut: