Ringkasan Amar Putusan 1 Mengadili Resume Perkara

Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 361 361 BAGIAN 10 syarat pencairan dana Tahap Ke-2 berupa penyerahan dokumen- dokumen terkait dengan Perijinan Mendirikan Bangunan dan Pembayaran Biaya Notaris yang dibebankan kepada Pemohon Banding I; 2 Para pihak kemudian membawa sengketa ke Badan Arbitrase Syariah Nasional Basyarnas MUI, yang kemudian pada pokoknya menyatakan mengabulkan permohonan Pemohon Pemohon Banding I secara sebagian; 3 Terhadap putusan Basyarnas tersebut Termohon Banding, mengajukan permohonan pendaftaran pembatalan putusan Arbitrase ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat, yang kemudian pada pokoknya mengabulkan permohonan pembatalan putusan Arbitrase Syariah tersebut; 4 Pengadilan Agama Jakarta Pusat, pada pokoknya memberikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 5 Menyatakan berhak mengadili perkara permohonan yang diajukan atas dasar bahwa permohonan tersebut didasarkan pada penafsiran Pengadilan Agama Jakarta Pusat terhadap Pasal 72 Undang-Undang Arbitrase yang menyatakan sepanjang kalimat “Pengadilan Negeri” dibaca “Pengadilan Agama”, khusus untuk Arbitrase Syariah, dikarenakan berdasarkan SEMA Nomor 8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah, pendaftaran eksekusi dilakukan melalui Pengadilan Agama. Oleh karenanya, Pengadilan Agama berhak memutus Pembatalan Arbitrase Syariah; 6 Pengadilan Agama menyatakan bahwa Termohon II Pembanding II dapat ditetapkan sebagai pihak, namun tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban secara hukum; 7 Pengadilan Agama menyatakan bahwa putusan tersebut telah dilakukan dengan adanya “tipu muslihat”, sesuai dengan penjelasan Pasal 70 Undang-Undang 30 Tahun 1999, karena tidak Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 362 362 BAGIAN 10 dipenuhinya persyaratan Akad Murabahah No.53 Tahun 2005 tentang IMB, Biaya Notaris, dst, sebagai alasan untuk membatalkan putusan Arbitrase.

b. Ringkasan Pertimbangan Majelis

Pada pokoknya: 1 Bahwa, pasal 71 UU Nomor 30 Tahun 1999, telah secara tegas menyatakan bahwa pembatalan arbitrase dilakukan oleh Pengadilan Negeri, hal ini menegaskan kompetensi absolut dari Pengadilan Negeri dalam memutus pembatalan Keputusan Arbitrase; 2 Bahwa SEMA Nomor 8 Tahun 2008 adalah keliru, dengan menafsirkan kata pada Pengadilan Negeri menjadi Pengadilan Agama, sepanjang arbitrase Syariah dengan mendasarkan diri pada UU Nomor 3 Tahun 2006. Terlebih-lebih, penegasan Kompetensi Absolut Pengadilan Negeri juga dilakukan dalam Pasal 59 ayat 3 UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Oleh karenanya, SEMA Nomor 8 Tahun 2008 telah kehilangan landasan hukumnya; 3 Bahwa Pengadilan Agama telah salah dalam menerapkan hukum tentang pembatalan putusan Arbitrase yang didasarkan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Bahwa tipu muslihat telah terbukti dengan ketidakjujuran Pembanding I, seperti tidak memenuhi persyaratan Akta Murabahah tentang IMB, biaya notaris dan sebagainya. Hal ini merupakan kekeliruan, dikarenakan seharusnya, pembuktian tipu muslihat dalam Pasal 70 Undang- Undang Nomor 30 tahun 1999, dibuktikan dengan putusan pengadilan pidana sesuai Penjelasan Pasal 70 tersebut; 4 Bahwa pertimbangan Pengadilan Agama judex facti, yang menafsirkan Pasal 21 UU 30 Tahun 1999 adalah salah, dikarenakan tidak menganggap arbiter sebagai hakim. Arbiter adalah quasi hakim yang diakui oleh Undang-Undang 30 Tahun 1999 dan tidak mempunyai kepentingan yang bersifat “langsung” terhadap perkara dan tidak dapat dituntut untuk putusan dalam suatu perkara, kecuali adanya itikad tidak baik. Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011 363 363 BAGIAN 10

c. Ringkasan Putusan Majelis 1 Dalam Eksepsi

• Mengabulkan eksepsi Termohon I dan II; • Menyatakan Pengadilan Agama Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo; 2 Dalam Pokok Perkara • Menolak permohonan pembatalan putusan Badan Arbitrase Syari’ah Nasional BASYARNAS Nomor : 16Tahun 2008 BASYARNASKa.Jak, yang diajukan oleh Pemohon; • Menghukum termohon BandingPemohon untuk membayar biaya perkara dalam tingkat banding sebesar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah 3. 394 KAG2010 No. Perkara : 394 KAG2010 Jenis Perkara : Perkawinan Isu Kunci : Besarnya nafkah anak harus memenuhi kebutuhan hidup minimum, kepatutan dan keadilan Majelis Hakim : 1. Drs. H. Andi Syamsu Alam, S.H., M.H. 2. Prof. Dr. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum. 3. Drs. H. Hamdan, S.H., M.H.

a. Resume Perkara

Pada prinsipnya permohonan kasasi dalam perkara ini diajukan sehubungan perkara perceraian yang telah diputus oleh pengadilan di tingkat bawah. Pemohon kasasi mantan isteri mengajukan permohonan kasasi karena menganggap bahwa haknya sebagai isteri dalam perkawinan dulu tidak diberikan sebagaimana mestinya, padahal kondisinya sendiri menderita sakit. Selain itu, pemohon juga menuntut supaya besarnya nafkah anak dan biaya pendidikan yang telah ditetapkan oleh pengadilan tingkat banding supaya ditanggung oleh termohon kasasi mantan suami perlu dikoreksi, karena dianggap tidak mencukupi. Sebelumnya, Mahkamah Syar’iyah Blangkejeren telah mengabulkan permohonan pihak suami termohon kasasi untuk mengikrarkan talak