Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
285 285
BAGIAN 8
materi penelitian seperti di bawah ini. Puslitbang juga menghadiri 10 kali undangan rapat kordinasi dengan instansi lain, menerima 1 kali audiensi dari
organisasi mahasiswa hukum, juga menerima sejumlah buku atau majalah hasil publikasi dari instansi lain dalam rangka tukar menukar hasil publikasi maupun
sebagai bentuk komunikasi antar lembaga:
1. PenelitianPengkajian 2011 a. SubyekMateri Penelitian:
Aksesibilitas Pencari Keadilan Miskin Untuk Mendapatkan Bantuan Hukum di Muka Peradilan.
Hasil Penelitian:
1 Eksistensi bantuan hukum bagi kaum miskin dan marginal di Indonesia, diakui sebagai salah satu hak konstitusional yang telah
diatur dan dijabarkan dalam berbagai peraturan perundang- undangan. Antara lain dalam Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 pada Pasal 27 Ayat 1, Pasal 28 D ayat 1 dan Pasal 28 I ayat 1; Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP pada pasal 54 dan Pasal 56, Hukum Acara Perdata Reglement op de
Rechtsvordering , S.1847-52 jo.1849-63, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat pada Pasal 22 Ayat 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 40, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 83
Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma pada Pasal 2, Pasal 3 ayat 1 dan
Pasal 3 ayat 2; serta Surat Edaran Mahkamah Agung RI SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Hukum Pasal 3. Dengan adanya pengaturan tersebut, negara telah menerapkan prinsip access to justice dan equality before the law
dalam rangka mewujudkan justice for all. 2 Implementasi dalam praktek terhadap berbagai peraturan tersebut
termasuk dalam SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum masih banyak mengalami kendala dan
menuai kritik dari masyarakat pencari keadilan khususnya pencari keadilan miskin dan marginal. Kritik yang muncul antara lain tidak
meratanya keberadaan Pos Bantuan Hukum Posbakum di setiap
Laporan Tahunan Mahkamah Agung RI - Tahun 2011
286 286
BAGIAN 8
pengadilan, tidak jelasnya kriteria siapa yang berhak menerima bantuan hukum pada perkara pidana dan penerima bantuan
Prodeo dalam perkara perdata, berapa masing-masing prosentase untuk perkara pidana dan perdata dari dana yang dialokasikan
negara untuk bantuan hukum, serta mekanisme penggunaan dan pengawasan atas dana bantuan hukum.
b. SubyekMateri Penelitian: Kedudukan Pengadilan Pajak Dalam
Sistem Peradilan di Indonesia
Hasil Penelitian: 1 Pengadilan Pajak merupakan institusi yang pada saat ini berada
di bawah dua atap, dimana pembinaan teknis peradilan menjadi tanggung jawab Mahkamah Agung sedangkan pembinaan
organisasi, administrasi dan keuangan diselenggarakan oleh Kementerian Keuangan. Sebagai sebuah institusi peradilan yang
seharusnya independen dan tidak memihak, Pengadilan Pajak yang masih berada di bawah dua atap menyiratkan ketidakmandirian
serta bertentangan dengan Ketentuan Pasal 24 UUD 1945 dan prinsip pemisahan kekuasaan separation of power dalam trias
politica .
2 Pengadilan Pajak lebih merupakan rezim dari Undang-undang Perpajakan, bukan merupakan rezim dari Undang-Undang tentang
Kekuasaan Kehakiman. 3 Tidak terdapat upaya hukum banding dan kasasi mengakibatkan
putusan Pengadilan pajak tidak mencerminkan adanya kepastian hukum dan rasa keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.
Demikian juga kontrol terhadap pelaksanaan Pengadilan Pajak sangat lemah.
4 Pengawasan optimal secara internal terkait dengan teknis peradilan belum dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung sebagai lembaga
Pengadilan Tertinggi Negara, karena posisi Pengadilan Pajak yang lebih cendurung berada di bawah kekuasaan eksekutif Kementerian
Keuangan RI. Demikian juga dalam hal pengawasan secara eksternal oleh Komisi Yudisial KY belum dapat dilaksanakan,