Kebijakan Pengaturan Total Allowable Effort Kebijakan Pengembangan Teknologi Perikanan

pengembangan ekonomi perikanan berperspektif mitigasi bencana di Kota Padang diuraikan pada point-point berikut ini.

a. Kebijakan Pengaturan Total Allowable Effort

Kebijakan pemerintah dalam mengatur jumlah effort yang diperkenankan tetap menjadi alternatif yang penting, sebab walaupun kondisi aktual suatu sumberdaya masih dibawah kondisi lestari, tetap saja akan membahayakan keberlanjutan apabila dibiarkan terbuka open access tanpa adanya regulasi yang kuat. Pengaturan Total Allowable Effort menjadi solusi dalam rangka mencapai optimalisasi dan keberlanjutan. Pengelolaan sumberdaya perikanan tuna Kota Padang sebaiknya menggunakan rezim pengelolaan MEY atau Sole Owner. Diantara langkah teknis yang dapat dilakukan pemerintah sesuai dengan hasil analisis bioekonomi adalah menetapkan kebijakan dengan menambah effort E sebanyak 133 trip atau dengan hasil tangkapan tertinggi 1.105,21 ton pertahun. Kebijakan penambahan jumlah effort ini dilakukan juga mengingat kebutuhan terhadap tenaga kerja pada sektor ini tinggi. Penambahan effort ini dimungkinkan karena berdasarkan analisis bioekonomi masih terdapat potensi penambahan pada kondisi lestari.

b. Kebijakan Pengembangan Teknologi Perikanan

Dalam rangka meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan, maka segenap upaya terarah perlu dilakukan. Pengembangan teknologi perikanan menjadi salah satu solusi untuk mencapai tujuan tersebut. Pemerintah perlu mengembangkan riset dan teknologi pada pengelolaan sumberdaya perikanan yang mengutamakan keberlanjutan, baik dari segi budidaya maupun penangkapan. Sebagaimana yang disampaikan Kusumastanto 2003, perikanan sebagai salah satu sumberdaya pulih yang menjadi faktor kunci sustainability, maka investasi dalam penyediaan teknologi ramah lingkungan yang mengedepankan optimasi dan keberlanjutan perlu dilakukan. Perikanan sebagai sektor basis Kota Padang sudah seharusnya menjadi sektor unggulan daerah yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi setempat.

c. Kebijakan Pengembangan Pasca Panen