Mitigasi Bencana Alam PENDAHULUAN

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 47 UU Nomor 24 tahun 2007 dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan yang rawan bencana. Forum Mitigasi 2007 membedakan mitigasi bencana atas dua macam yaitu mitigasi pasif non struktural dan mitigasi aktif struktural, kategori mitigasi ini antara lain :  Mitigasi Pasif Non Struktural - Penyusunan peraturan perundang-undangan. - Pembuatan pedomanstandarprosedur. - Penyesuaian rencana tata ruang berdasarkan peta risiko bencana serta pemetaan masalah. - Pembuatan brosurposter. - Pembuatan rencana alternatif tindakan kedaruratan contigency plan. - Penelitianpengkajian karakteristik bencanaanalisis risiko bencana - Internalisasi Penanggulangan Bencana PB dalam muatan lokal pendidikan. - Pembentukan satuan tugas bencanaperkuatan unit-unit sosial masyarakat. - Pengutamaan PB dalam pembangunan dan sosialisasi.  Mitigasi Aktif Struktural - Pembuatan dan penempatan tanda peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah rawan bencana atau tanda peringatannya. - Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan ke daerah aman. - Pembangunan penampungan sementara, daerah jalur evakuasi. - Pembuatan bangunan struktur seperti: pengaman lereng slope protectionseawalls, pemecah ombak breakwaterdetached breakwater, krib tegak lurus penahan gerakan sedimentasi sejajar gisik groyne, dan pengaman gisik beach protective. Menurut Diposaptono dan Budiman 2006, upaya mitigasi bencana secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu upaya strukturfisik hardsoft solution yang sering disebut hardware dan upaya non strukturnon fisik yang disebut juga dengan software.  Upaya mitigasi struktur dilakukan dalam mitigasi bencana melalui dua metode, yaitu metode perlindungan alami revegetasiremangrovisasi, sand- dune, pengisian gisik beach nourishment dan lainnya, serta metode perlindungan buatan seperti peredam abrasi bank revetment, pemecah ombak breakwater, pengaman lereng slope protectionseawall, dan lain- lain.  Upaya non struktur yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana seperti pembuatan peta rawan bencana, pembuatan peraturan perundangan terkait, norma standar prosedur manual NSPM dan sosialisasi yang intensif kepada masyarakat dan aparat terkait dalam upaya pengurangan risiko bencana mitigasi bencana seperti pelatihan penyelamatan diri. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat Carter, 1991. Dengan demikian pengurangan risiko bencana alam adalah suatu upaya untuk menekan kerugian masyarakat yang diakibatkan oleh peristiwa bencana alam BNPB, 2009. Jika upaya ini ditingkatkan menjadi suatu kebijakan maka upaya tersebut ditujukkan untuk mengamankan seluruh aset pemerintah termasuk seluruh hasil pembangunan yang selama ini telah dilaksanakan agar tidak rusak, sehingga hasil pembangunan akan tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Mengurangi jumlah bencana adalah suatu hal yang tidak akan mungkin terjadi, tetapi mengurangi risiko bencana yang terjadi merupakan suatu keharusan. Langkah penting yang harus segera diambil adalah melakukan modernisasi jaringan dan integrasi sistem pengamatan. Lembaga Pengetahuan dan Teknologi Nasional Amerika Serikat-Bidang Pengurangan Risiko Bencana dalam laporan bulan Juni 2005, menyebutkan tantangan utama dalam pengurangan risiko bencana adalah identifikasi tiga tema menuju suatu masyarakat pegas bencana three themes in moving towards a disaster resilient society yaitu:  Menyediakan informasi bahayabencana dimana dan kapan hal ini diperlukan.  Memahami proses alamiah gejalatanda bahaya.  Membangun strategi dan teknologi mitigasi bencana gempa bumi, banjir pesisir dalam kaitan dengan tsunami, badai hurikane, gunung api, longsor dan amblesan.

2.8. Kelayakan Investasi

Studi kelayakan investasi menurut Husnan dan Suwarsono 1997 adalah penelitian tentang dapat tidaknya usaha investasi dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sebuah studi kelayakan dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan mengenai peluang usaha cukup ekonomis dan menjanjikan keuntungan yang layak apabila dilaksanakan. Semakin sederhana usaha yang akan dilaksanakan, maka semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Pada tahapan studi kelayakan perlu diperhatikan ruang lingkup kegiatan usaha, cara kegiatan usaha dilakukan, evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh usaha, sarana yang diperlukan serta hasil kegiatan usaha tersebut. Jika dipandang dari sudut perusahaan saja, minimal ada tiga penyebab mengapa kegiatan studi kelayakan investasi yang dilaksanakan menjadi faktor pertimbangan yang cukup penting dalam pengambilan keputusan Anggoro, 2004, yaitu:  Investasi umumnya menyangkut pengeluaran modal yang besar.  Pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang. Salah satu contoh yang mudah dilihat adalah apabila sebagian besar modal investasi didapatkan dari pinjaman bank konvensional, maka pihak pengusaha harus tetap mengembalikan modal yang dipinjam berikut bunganya baik itu investasi sukses maupun tidak.  Komitmen pengeluaran modal adalah keputusan yang sulit untuk diubah, karena jika dipertengahan dirasa usaha tidak akan berjalan lancar maka modal yang telah ditanamkan sulit ditarik kembali. Studi kelayakan investasi tujuannya adalah agar modal yang ditanamkan dapat dimanfaatkan dan menghindari penanaman modal yang terlalu besar untuk bagian yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek memerlukan biaya, tetapi biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah yang besar Anggoro, 2004. Tahapan dalam melakukan proyek investasi umumnya adalah identifikasi untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut, perumusan untuk menerjemahkan kesempatan investasi kedalam suatu rencana proyek yang konkret, penilaian untuk menganalisis dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan dan perekonomian, pemilihan untuk mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai serta tahap implementasi yaitu menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran. Langkah awal sebelum melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek -aspek yang akan dipelajari yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajerial, aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial Kadariah et al., 1999.

2.9. Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat

Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal atau diikuti secara baik oleh anggota masyarakat yang memberi naungan liberty dan meminimalkan hambatan constraints bagi individu atau anggota masyarakat. Kelembagaan kadang ditulis secara formal dan ditegakkan oleh aparat pemerintah, tetapi kelembagaan juga tidak ditulis secara formal seperti aturan adat dan norma yang dianut masyarakat. Kelembagaan itu umumnya dapat diprediksi dan cukup stabil serta dapat diaplikasikan pada situasi berulang Wiratno dan Tarigan, 2002. Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan yang dianut oleh masyarakat atau organisasi yang dijadikan panutan oleh anggota masyarakat atau anggota organisasi dalam mengadakan transaksi satu dengan yang lainnya. Hal ini sejalan dengan Tjondronegoro 1999 yang mengatakan bahwa kelembagaan adalah suatu tata aturan yang dibentuk oleh masyarakat sehingga memiliki ciri tradisional dan non formal. Menurut Jentoft 2004 kelembagaan memiliki peran yang penting bagi sektor perikanan, baik bagi sumberdaya ikan itu sendiri ataupun untuk kelangsungan hidup nelayan. Perikanan, seperti praktek sosial-ekonomi, tidak bisa ada tanpa mereka, pengguna user tidak akan tahu bagaimana harus bersikap. Kelembagaan memungkinkan orang di industri untuk melakukan apapun tugas