Tuna Longline Pengembangan Sumberdaya Perikanan

2.4. Tuna Longline

Ikan tuna di PPS Bungus Padang ditangkap menggunakan armada tuna longline. Novita dalam Kosasih 2007 mengatakan bahwa konstruksi kapal ikan harus sekuat mungkin, tetapi tubuhnya tidak terlalu berat, karena perlu olah gerak selincah mungkin serta tahan terhadap gelombang. Seperti halnya setiap kapal ikan, kapal tuna longline dibangun dengan konstruksi yang disesuaikan dengan bentuk, cara penggunaan alat tangkap dan daerah penangkapannya. Tuna longline menggunakan pancing dengan panjang dapat mencapai 15-75 km dan untaian ribuan mata pancing yang umumnya dikhususkan untuk menangkap jenis bigeye dan yellowfin. Armada penangkapan merupakan salah satu faktor yang turut menentukan jumlah dan hasil tangkapan, juga sebagai sarana untuk menunjang operasional penangkapan ikan secara efesien dan efektif, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Ketersediaan armada penangkapan dalam ukuran tertentu akan sangat menentukan jumlah dan hasil tangkapan. Desain armada tangkap tuna longline skala 30 GT ditampilkan pada Gambar 5. Gambar 5. Konstruksi Armada Tuna Longline Sumber: LP Unpatti, 2012 Armada tangkap tuna longline secara khusus dirancang dan digunakan untuk mengoperasikan pancing longline yang dilengkapi dengan satu atau beberapa perlengkapan penangkapan ikan. Perlengkapan tuna longline berupa penarikpenggulung tali linehauler, pengatur tali, pelempar tali, bangku umpan, ban berjalan, bak umpan hidup atau mati dan alat penyemprot air kapal. Armada tangkap tuna longline selain untuk penangkapan juga sekaligus menampung, menyimpan mendinginkan, dan mengangkutnya. LP Unpatti, 2012.

2.5. Pengembangan Sumberdaya Perikanan

Tiga komponen sustainable fishery system menurut Charles 2001, yaitu natural system, management system, dan human system. Natural system terdiri dari sumberdaya ikan itu sendiri, ekosistem, dan lingkungan biofisik. Human system adalah aspek yang menyangkut aktivitas manusia yang terdiri atas nelayan, sektor pasca-panen dan konsumen, rumah tangga dan komunitas nelayan, serta kondisi sosial ekonomi budaya dan lingkungan di masyarakat pesisir. Management system merupakan sistem pengelolaan perikanan yang terdiri atas perencanaan dan kebijakan perikanan, pembangunan dan pengelolaan perikanan serta penelitian di bidang perikanan. Hubungan antara ketiga komponen dalam keberlanjutan sistem perikanan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Keterkaitan antar Sistem Perikanan Charles, 2001 Natural system merupakan faktor utama keberlanjutan sustainability. Sistem alam ini tidak akan terpengaruh tanpa adanya campur tangan manusia. Oleh karenanya, peran manusia sangat penting dalam keberlanjutan. Interaksi antara ketiga komponen akan menyebabkan keseimbangan yang baru pada natural system. Pada daerah tropis, tekanan sumberdaya natural system lebih besar karena jumlah masing-masing spesies yang sedikit. Dalam rangka mencapai keseimbangan semua sistem, maka diperlukan pengelolaan yang terpadu oleh segenap stakeholder. Sebagaimana yang dikemukakan Aldon et al., 2011 bahwa sebuah kemitraan yang kuat dan terorganisir antara masyarakat, nelayan dan pengambil kebijakan dengan saling melengkapi satu sama lain akan mendukung faktor lingkungan sumberdaya.

2.6. Potensi Bencana Alam di Wilayah Pesisir