Laju Pertumbuhan Ekonomi KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

8,82 9,05 9,12 6,48 -7,76 1,49 4,47 4,07 5,30 5,55 5,89 5,29 5,12 6,14 6,21 5,08 -10,0 -8,0 -6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 la ju per tum buhan 2009, maka kondisi Kota Padang jauh lebih baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor bencana menjadi salah satu parameter penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 11. Tabel 17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang No. T a h u n Laju Pertumbuhan Ekonomi Keterangan 1 1994 8,82 2 1995 9,05 3 1996 9,12 4 1997 6,48 5 1998 -7,76 krisis ekonomi 6 1999 1,49 7 2000 4,47 8 2001 4,07 9 2002 5,30 Mulai digunakan tahun dasar 2000 untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan 10 2003 5,55 11 2004 5,89 12 2005 5,29 13 2006 5,12 14 2007 6,14 15 2008 6,21 16 2009 5,08 Sumber : Padang Dalam Angka 1999 –2010, Bappeda Kota Padang dan BPS Kota Padang. Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang Sumber : Padang Dalam Angka 1999 –2010, Bappeda Kota Padang dan BPS Kota Padang.

b. Struktur Perekonomian

Struktur perekonomian Kota Padang pada tahun 2009 masih didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi dengan kontribusi sebesar 24,31 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konstribusi sebesar 20,85 persen. Besaran nilai PDRB Kota Padang berdasarkan harga berlaku menunjukkan nilai PDRB yang meningkat dari Rp 20,14 triliun tahun 2008 meningkat menjadi Rp 21,84 triliun menjadi 2009, walaupun dengan kenaikan yang tidak sebesar dari tahun 2007 yang sebesar Rp 17,37 triliun. Nilai PDRB Kota Padang berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga menunjukkan peningkatan dari Rp 10,80 triliun tahun 2008 meningkat menjadi Rp 11,35 triliun menjadi 2009, terjadi kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. PDRB Kota Padang dan PDRB Provinsi Sumatera Barat atas harga konstan termuat dalam Lampiran 7 dan Lampiran 8. Struktur ekonomi Kota Padang pasca gempa pada tahun 2009 masih tetap didominasi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran sektor jasa-jasa sebesar 16,99 persen dan sektor industri sebesar 14,97 persen.

c. Inflasi

Pasca gempa bumi 30 September 2009, Kota Padang mengalami deflasi selama 2 bulan berturut-turut. Satu bulan pasca gempa bumi terjadi, inflasi Kota Padang merupakan yang tertinggi dibandingkan kota lain di Indonesia yaitu sebesar 1,78 persen m-t-m. Pada bulan selanjutnya, Kota Padang justru mengalami deflasi yang cukup dalam yaitu sebesar -0,53 persen m-t- m di Bulan November dan -0.65 persen m-t-m di Bulan Desember. Banyaknya obat-obatan dan bahan makanan yang masuk ke Kota Padang selama periode ini lebih bersifat bantuan sehingga dapat dikatakan bahwa sebenarnya sebagian besar aktivitas ekonomi di Kota Padang masih terhenti. Selain itu, hancurnya beberapa pusat perdagangan serta terbatasnya kapasitas konsumsi masyarakat membuat tingkat inflasi juga tidak mengalami lonjakan seperti yang dikhawatirkan oleh banyak pihak sebelumnya. Perkembangan laju inflasi Kota Padang dalam beberapa tahun terakhir ditampilkan pada Tabel 18. Tabel 18. Perkembangan Laju Inflasi di Kota Padang Laju Inflasi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 10,99 9,86 10,22 5,55 6,98 19,33 8,05 6,73 13,09 17,56 Sumber : BPS Kota Padang Padang Dalam Angka 2001 –2010 5.4. Potensi Perikanan dan Kelautan 5.4.1. Potensi dan Karakteristik Sub Sektor Perikanan Kota Padang memiliki potensi perikanan yang besar, baik pada usaha perikanan laut maupun perairan umum. Potensi ini dinyatakan dalam kontribusi yang dihasilkan bagi perekonomian daerah. Hal ini ditandai dengan tingginya produksi dan nilai yang dihasilkan bagi peningkatan ekonomi daerah. Rincian nilai produksi menurut jenis usaha perikanan di Sumatera Barat ditampilkan pada Tabel 19 sebagai berikut: Tabel 19. Nilai Produksi menurut Jenis Usaha Perikanan di Sumatera Barat No. KabupatenKota Total Sektor Perikanan Penangkapan Laut Budidaya Laut Penangkapan Perairan Umum 1 Kab. Kep.Mentawai 238.177.565 238.177.565 748.630 - 2 Kab. Pesisir Selatan 463.938.325 458.980.350 129.320 4.957.975 3 Kab. Padang Pariaman 563.032.548 559.652.548 - 3.380.000 4 Kab. Pasaman Barat 1.233.810.200 1.233.810.200 - - 5 Kota Padang 255.011.970 251.201.500 574.475 3.810.470 6 Kota Pariaman 144.035.880 144.035.880 - - Sumber: DKP Provinsi Sumatera Barat, 2010 Usaha perikanan tangkap laut di Kota Padang memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian daerah. Kontribusi ini sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 19 menunjukkan usaha penangkapan di laut memberikan nilai sebesar Rp 251.201.500.000. Nilai ini setara 86 persen dari total nilai produksi sektor perikanan di Kota Padang selama tahun 2010 sebesar Rp 293,31 milyar. Salah satu potensi perairan wilayah Kota Padang yang telah dimanfaatkan adalah sumberdaya perikanan. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota