strategis setelah sebelumnya diberikan sosialisasi prosedur kerja alat kepada masyarakat setempat. EWS di Kota Padang difungsikan sejak tahun 2007,
awalnya hanya ada 2 unit alat. Pada tahun 2012 ini menurut data di lapangan sudah terdapat 10 unit, walaupun menurut BPBD kebutuhan Kota Padang
adalah 26 unit pada zona merah. EWS diserahterimakan pada BPBD Kota Padang untuk pengelolaannya sejak 2009, sebelumnya alat ini ditangani oleh
dinas kebakaran.
b. Rabab
Sarana komunikasi merupakan alat komunikasi Pusdalops berupa radio penerima. Cara kerjanya apabila ada bencana disampaikan berita bencana
tentang potensi tsunami pada masjid-masjid yang dipasang rabab. Saat ini jumlah masjid yang dipasangi rabab di Kota Padang berjumlah 26 buah.
Kebutuhan rbab di Kota Padang adalah setiap masjid yang berada dalam zona merah di Kota Padang dipasangi rabab.
c. Radar Tsunami
Sarana mitigasi berupa radar berfungsi sebagai pemantau gelombang tsunami. Radar dipasang di Universitas Bung Hatta UBH karena posisinya yang
strategis menghadap pantai barat Sumatera. Cara kerja alat ini berupa sistem wireless yang disampaikan berupa data informasi kepada stasiun penerima
yakni BPBD dan Walikota Padang. Penyediaan radar tsunami ini dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP bekerjasama dengan NGO
Amerika. Penggunaan alat sejauh ini belum optimal, disebabkan oleh beberapa faktor non teknis. Berdasarkan data yang dihimpun di lapangan,
orientasi penggunaan alat ini sebenarnya dikhususkan untuk membantu nelayan dalam mendeteksi datangnya gelombang yang membahayakan.
d. Peta dan Jalur Evakuasi
BPBD selaku otoritas yang diberikan wewenang dalam menangani masalah kebencanaan di Kota Padang telah membuat beberapa upaya dalam evakuasi
bencana. Pembuatan jalur evakuasi serta sarana evakuasi telah dibangun di beberapa lokasi yang dinilai strategis dan rawan. Jalur evakuasi ini berupa
papan informasi, jembatan, jalan, titik point dan lain-lain. Sementara untuk
peta evakuasi telah dibuat dan terus diperbaharui oleh BPBD bekerjasama dengan instansi lain.
e. Kelompok Siaga Bencana
Kelompok Siaga Bencana KSB merupakan perpanjangan tangan dari BPBD. Unit ini berasal dari anggota masyarakat dan relawan yang peduli
terhadap risiko bencana alam. Beberapa kegiatan atau program yang dilaksanakan KSB antara lain; sosialisasi penanggulangan bencana dan
kebijakan kebencaan kepada masyarakat, latihan evakuasi bencana dan lainnya.
6.3.2.2. Prioritas Bentuk Mitigasi
Dalam rangka menentukan prioritas bentuk mitigasi bencana yang akan diambil terkait pengembangan sumberdaya perikanan, maka dalam tahap ini
digunakan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Teknik analisis MPE menggunakan informasi dari pakar terkait keputusan yang akan diambil. Kriteria
pembentuk MPE ini adalah; ekologi dinamika perairan pesisir dan faktor keberlanjutan sumberdaya perikanan, ekonomi kesejahteraan masyarakat dan
sosial kesesuaian dengan karakteristik masyarakat dan SDM lokal. Alternatif bentuk mitigasi bencana yaitu:
1 Pembuatan peraturan, UU dan kebijakan lain terkait mitigasi bencana dan keberlanjutan SD Perikanan
2 Sosialisasi mitigasi bencana, simulasi bencana 3 Sistem penyelamatan dini, jalur evakuasi
4 Pendampingan pendirian bangunan fasilitas standar 5 Sistem peringatan dini, sistem informasi terpadu
6 Remangrovisasi, artificial reeft, beach nourishment
7 Pemecah ombak, peredam abrasi, penahan sedimentasi sejajar pantai 8 Pengembangan sistem mitigasi berbasis kearifan local
9 Penyediaan GPS, APS, Aplikasi informasi bencana untuk nelayan 10 Pendirian bangunan pelabuhan dan prasarana perikanan lainnya yang
berperspektif mitigasi bencana