Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana

6.5.2. Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana

Kelembagaan masyarakat terkait mitigasi bencana di Kota Padang berupa kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal terdiri atas lembaga dan institusi serta peraturan dan kebijakan terkait penanggulangan bencana yang resmi dibentuk pemerintah Kota Padang. Lembaga ini seperti BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah, serta undang-undang dan kebijakan dalam menanggulangi setiap potensi bencana baik berupa mitigasi, evakuasi, recovery ataupun pembangunan paska kejadian bencana. Sementara itu, untuk kelembagaan informal di Kota Padang berupa kearifan lokal masyrakat setempat. Upaya meminimalisir dampak bencana, dihadapkan pada kerentanan kelembagaan formal dalam hal mitigasi bencana di Kota Padang, keterbatasan dan kelemahan itu antara lain:  Belum optimalnya fungsi dari badan penanggulangan bencana, BPBD yang diberi tugas dalam menanggulangi bencana di Kota Padang masih terkendala dengan terbatasnya prasarana dan sarana mitigasi bencana.  Minimnya SDM dan institusi terkait penanggulangan bencana, baik secara kualitas maupun kuantitas.  Masih sedikitnya lembaga dan peran serta masyarakat sebagai pendukung kinerja badan penanggulangan bencana dalam pelaksanaan penanggulangan bencana di Kota Padang Kelembagaan yang terlahir di tengah masyarakat hasil inisiasi pemerintah ataupun swasta adalah berupa Kelompok Siaga Bencana KSB. Di Kota Padang ada dua model KSB, yaitu KSB yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Pemko Padang dan yang dibentuk oleh lembaga non-pemerintah contohnya KSB yg dibentuk oleh Komunitas Siaga Tsunami –Kogami, Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat –LP2M. Kelompok Siaga Bencana KSB merupakan program dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota Padang untuk menyiapkan masyarakat yang terlatih dan siap dalam menghadapi risiko bencana di daerah masing-masing di tingkat kelurahan. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan berupa pelatihan, kegiatan penyadaran masyarakat dan simulasi penanggulangan bencana. Secara umum kelembagaan mitigasi bencana belum berjalan optimal di Kota Padang. Berbagai sarana mitigasi aktif banyak yang tidak sesuai SOP di dalam pelaksanaannya. Mulai dari EWS, sistem peringatan dini hingga berbagai perlengkapan tanggap darurat. Hal ini terbukti dari hasil data lapangan bahwa beberapa kejadian bencana terakhir menunjukkan bahwa panduan dan evakuasi yang dilakukan tidak berjalan dengan efektif. Masyarakat Minangkabau memiliki kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Kearifan lokal itu antara lain terdapat pada desain membangun rumah dengan model Rumah Gadang. Rumah panggung ini dibangun nenek moyang Minangkabau tetap dapat berdiri kokoh meski terjadi gempa, banjir dan bencana lainnya. Kearifan lokal yang lain adalah berupa prediksi atau perkiraan kejadian bencana yang akan terjadi dimana berakar dari pengalaman, wawasan ataupun suatu hal yang sudah menjadi tradisi daerah setempat. Dari data di lapangan dik etahui bahwa masyarakat Minang mengenal petuah “alam takambang jadikan guru ”. Dari falsafah ini masyarakat belajar dari fenomena alam terkait kejadian alam yang bakalan terjadi sehingga terlebih dahulu mengambil langkah antisipasi. Pada masyarakat pesisir masih dijumpai masyarakat dan nelayan yang percaya dengan kearifan lokal ini, seperti adanya tanda-tanda pohon yang bergerak ribut tanpa adanya angin, kondisi ini dipercaya akan ada bencana sehingga nelayan-pun tidak jadi melaut dan melakukan evakuasi.

6.5.3. Analisis Stakeholder dalam Pengembangan Perikanan Berperspektif